Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 199

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mengingat di Indonesia belum ada suatu produk undang-undang yang mengatur tentang transaksi secara elektronik khususnya jual beli software secara elektronik maka agar tidak terjadi kokosongan dan ketiadaan hukum yang mengatur sehingga pada akhirnya dapat berakibat pada chaos dan kekacauan, terhadap transaksi jual beli software secara elektronik tersebut dapat diberlakukan aturan perundangan yang telah ada, berlaku serta relevan. Namun aktivitas jual beli software secara elektronik tidak dapat didasarkan hanya pada satu bentuk undang-undang saja karena mustahil dapat menjawab, mengatasi, dan mengakomodasi masalah yang mungkin timbul dari perjanjian jual beli software secara elektronik yang sifatnya kompleks. Jadi dapat dikatakan bahwa suatu proses jual beli software secara elektronik harus Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 200 dipayungi oleh beberapa produk perundang-undangan dan dalam persfektip nasional produk perundang-undangan dimaksud meliputi : KUHPerdata, UU Hak Cipta dan UU Paten, serta UU Perlindungan Konsumen. 2. Transaksi elektronik termasuk juga di dalamnya jual beli software secara elektronik merupakan transaksi yang menggunakan media elektronik sebagai perantaranya. Media elektronik di sini dapat meliputi telepon, faximile, atau internet. Media internet yang berbasiskan web merupakan metode yang paling lazim dan jamak digunakan dalam jual beli software secara elektronik. Walaupun pada dasarnya jual beli software secara elektronik memiliki kesamaan dengan jual beli konvensional pada umumnya yaitu sama-sama melalui proses penawaran dan penerimaan namun pada prakteknya bentuk jual beli software secara elektronik memiliki perbedaan dengan jual beli pada umumnya, bentuk yang berbeda tersebut dapat meliputi : a Kedudukan pihak penawar dan pihak penerima yang permanen, tidak dapat saling berganti kedudukan selam proses jual beli berlangsung seperti halnya dalam proses jual beli konvensional. b Sifat jual beli yang tidak “face to face” mengakibatkan bukan hanya pihak penjual dan pembeli yang akan terlibat dalam jual beli tetapi juga akan melibatkan pihak ketiga. c Tidak seperti sistem jual beli konvensional yang mengenal pembayaran secara langsung dan tidak langsung uang giral dan uang kartal, dalam jual beli software secara elektronik yang dikenal hanya pembayaran secara tidak langsung. Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 201 d Dalam jual beli software secara elektronik pembatalan pembelian bersifat terbatas yaitu hanya diperbolehkan ketika barang belum sampai pada tahap pengiriman. e Kemungkinan terjadi benturan aturan hukum dalam jual beli software secara elektronik akan lebih besar dibandingkan dengan jual beli pada umumnya karena jangkauan internet yang dapat melewati batas yurisdiksi. 3. Sesuai dengan asas kepribadian, dalam praktek jual beli software secara elektronik terdapat 3 tiga pihak yang terkait di dalamnya yaitu pihak penjual, pihak pembeli dan pihak ketiga. Baik pihak pembeli, pihak penjual, maupun pihak ketiga tanpa terkecuali harus bertanggung jawab apabila mereka melakukan wanprestasi atas perjanjian yang telah disepakati. Adapun bentuk tanggung jawab tersebut bila kita mengacu pada KUHPerdata dapat meliputi : a Pertama-tama sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1236 dan 1243 KUHPerdata bahwa dalam hal debitur lalai untuk memenuhi kewajibannya kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. b Selanjutnya Pasal 1237 KUHPerdata mengatakan bahwa sejak kreditur lalai maka resiko atas objek perikatan menjadi tanggung jawab debitur. c Yang ketiga ialah kalau perjanjian itu berupa perjanjian timbal balik maka berdasarkan Pasal 1266 kreditur berhak untuk menuntut pembatalan Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 202 perjanjian dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi tetapi kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari kreditur untuk tetap menuntut pemenuhan prestasi. Sedangkan dalam praktek jual beli software secara elektronik walaupun pada dasarnya bentuk tanggung jawab akibat wanprestasi yang dibebankan kepada para pihak tidak jauh berbeda dengan apa yang diatur dalam KUHPerdata, namun karena sistem jual beli softwrae secara elektronik dalam prakteknya menggunakan perjanjian standart maka dapat dikatakan kadar tanggung jawab akibat terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak adalah tidak seimbang, dimana penjual disatu pihak hanya dibebankan kewajiban berupa jaminan penggantian barang apabila ia melakukan wanprestasi, sedangkan di pihak pembeli setelah ia menyetujui klausula baku yang tertuang dalam term of use dan perjanjian lisensi, tidak hanya dapat dibebankan tanggung jawab yang dikenal dalam hukum perdata misalnya ganti rugi tetapi juga tanggung jawab pidana. Kemudian mengenai tanggung jawab pihak ketiga bila pihak ketiga tersebut melakukan wanprestasi, maka sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1340, 1315 dan 1317 maka pihak ketiga baru dapat diminta pertanggung jawaban apabila dalam perjanjian antara penjual dan pembeli terdapat klausula yang menyatakan bahwa pihak ketiga dapat diminta pertanggungjawaban apabila ia melakukan tindakan wanprestasi atau dengan kata lain hal tersebut telah diatur dalam perjanjian. Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 203 Akan tetapi dalam prakteknya pihak ketiga hanya akan berhubungan dengan penjual sehingga apabila ia melakukan wanprestasi maka tuntutan tanggung jawab hanya ada pada pihak penjual yang didasarkan atas perjanjian yang telah disepakati diantara mereka. 4. Seperti halnya perjanjian jual beli secara elektronik pada umumnya jual beli software secara elektronik juga memungkinkan terjadinya hubungan hukum antara dua atau lebih pihak yang berbeda sistem hukum yang dianutnya, baik karena kewarganegaraan, domisili atau hal lainnya. Adanya perbedaan sistem hukum ini memungkinkan timbulnya sengketa mengenai hukum dan pengadilan mana yang berkompeten menyelesaikan permasalahan yang timbul diantara para pihak. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam praktek jual beli software secara elektronik pihak penjual atau merchant telah melengkapi klausul-klausul dalam terms of use atau perjanjian lisensi yang mereka buat dengan klausula pilihan hukum dan pilihan pengadilan. Dan apabila ternyata sengketa diantara para pihak terjadi sementara pilihan hukum dan pilihan pengadilan belum ditentukan maka prinsip-prinsip dalam hukum perdata internasional dapat digunakan sebagai acuan.

B. Saran.