Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.
USU Repository © 2009
170 Dalam dunia usaha sering ditemukan klausula baku yang menempatkan
posisi tidak seimbang antara pelaku usaha dan konsumen, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak selalu menguntungkan salah satu pihak,
dalam hal ini konsumen atau mungkin boleh jadi menjadi tidak sah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata.
Dikatakan bersifat baku karena baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak mungkin untuk dinegosiasikan atau ditawar-tawar oleh pihak lainnya yang
dalam hal ini adalah konsumen take it or leave it sehingga jelas ketidakseimbangan kedudukan dalam perjanjian baku dan cendrung merugikan
konsumen. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan seringkali dilakukan oleh
pelaku usaha untuk melepaskan beban tanggung jawab yang seharusnya ditanggung oleh mereka. Umumnya dikenal dengan pencantuman klausula
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditentukan secara sepihak oleh perlaku usaha.
Klausula baku merupakan sesuatu yang lazim dalam sebuah proses jual beli secara elektronik tidak terkecuali dalam jual beli software secara elektronik.
Namun sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini akan timbul pertanyaan yang berkaitan dengan klausula baku tersebut yaitu apakah dengan dasar klausula
baku seseorang dapat dituntut telah melakukan tindakan wanprestasi.
a. Perjanjian baku dalam UUPK dan KUHPerdata
UUPK tidak merumuskan defenisi tentang perjanjian baku tetapi memberikan defenisi tentang klausula baku, yaitu : ”setiap aturan atau ketentuan
Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.
USU Repository © 2009
171 dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.
Pencantuman klausula baku dibolehkan oleh UUPK dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 UUPK sebagai berikut.
1 Pelaku usaha dilarang membuat atau mencantumkan klusula baku pada setiap
dokumen atau perjanjian apabila : a
Menyatakan pengalihan tanggung jawab b
Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli oleh konsumen.
c Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli konsumen. d
Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.
e Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.
f Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
peraturan baru, tambahan lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya.
Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.
USU Repository © 2009
172 2
Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya
sulit dimengerti. 3
Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat-
ayat di atas dinyatakan batal demi hukum. 4
Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UU Perlindungan Konsumen.
Sebagai tambahan mengenai klausula baku ini terdapat aturan dalam Konvensi Roma 1980 Pasal 5 ayat 2 yang menegaskan bahwa dalam kontrak
bisnis-konsumen, pilihan hukum yang dibuat di dalam kontrak tidak dapat menghilangkan hak-hak konsumen atas perlindungan hukum yang seharusnya ia
peroleh dari hukum perlindungan konsumen dari negara tempat ia memiliki kediaman tetap.
Sejalan dengan ketentuan yang terkandung dalam Konvensi Roma 1980 tersebut, berlaku asas bahwa hukum yang dipilih para pihak dalam sebuah kontrak
tidak dapat mengesampingkan kaidah-kaidah memaksa mandaory laws dari negara lain yang memiliki closest connection dengan kontrak.
Sebagai contoh apabila seorang konsumen Indonesia yang secara digital menutup kontrak dengan sebuah vendor Amerika Serikat di internet, misalnya dan
di dalam kontrak terdapat klausula choice of law ke arah hukum Amerika Serikat,
Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.
USU Repository © 2009
173 hal ini tidak dapat mengesampingkan hak konsumen Indonesia itu atas
perlindungan yang diberikan oleh UU Perlindungan Konsumen.
146
146
Ibid. 378-380
Sedangkan dalam ketentuan Pasal 1493 KUHPerdata yang menyatakan bahwa kedua belah pihak diperbolehkan dengan persetujuan-persetujuan
istimewa, memperluas atau mengurangi kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam undang-undang, dimana mereka diperbolehkan mengadakan persetujuan
bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung suatu apapun. Hal tersebut hanya dimungkinkan jika kedua belah pihak dalam pembuatan
perjanjiankontrak berada dalam posisi yang seimbang, artinya tidak ada penekanan dari pihak umumnya pelaku usaha terhadap ketentuan tertentu
kepada konsumen. Pada era perdagangan bebas sekarang ini tampaknya pelaku usaha dapat dengan mudah membuat aturan tertentu seperti terms and conditions
dalam suatu website yang berisikan pembatsan tanggung jawab. Acuan yang digunakan adalah prinsip take it or leave it contract.
Dalam masalah perjanjian baku ini kiranya juga perlu dilihat kaitannya dengan asas kebebasan berkontrak atau freedom of contract yang di negara
common law, dikenal dengan istilah laissez faire yang pengertiannya secara garis besar seperti dituangkan oleh Jassel M.R. yaitu seorang dewasa yang waras
mempunyai hak kebebasan berkontrak sepenuhnya dan kontrak-kontrak yang dibuat secara bebas dan atas kemauan sendiri adalah dianggap muliakudus dan
harus dilaksanakan oleh pengadilan dan kebebasan berkontrak ini tidak boleh dicampuri sedikitpun.
Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.
USU Repository © 2009
174 Asas kebebasan berkontrak di Amerika bahkan dijamin dalam konstitusi
Amerika pada Artikel 1 section 10 1 yang terkenal dengan doktrin pelarangan pembatasan transaksi dagang the restraint of trade doctrine yang intinya adalah
melarang negara-negara bagian Amerika untuk membuat undang-undang yang ikut mencampuri atau merusak kewajiban-kewajiban dari perjanjian-perjanjian.
147
147
Hardijan Rusli. Op:cit. 38
Jadi dapat dikatakan bahwa pada dasarnya keberadaan perjanjian baku dalam sebuah proses jual beli software secara elektronik adalah dibenarkan
selama sejalan dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
b. Kejelasan klausula baku