Contractual liability Tanggung Jawab Pihak Penjual

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 164 pada penggantian barang yang telah dibeli dengan produk yang serupa tanpa disertai dengan ganti rugi atas kerugian-kerugian yang diderita oleh pembeli atau keuntungan yang mungkin didapat pembeli apabila wanprestasi tidak terjadi yang dalam konsepsi ganti rugi dalam aturan KUHPerdata disebut dengan ganti rugi tanpa disertai dengan biaya dan bunga.

c. Contractual liability

Walaupun dalam hal jual beli software khususnya dalam hal tanggung jawab pihak penjual atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik, UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak mempunyai kapasitas untuk mengaturnya, namun karena ketiadaan peraturan dan literatur yang khusus mengatur tentang hal tersebut maka kiranya tanggung jawab yang dikenal dalam UUPK undang-undang perlindungan konsumen tersebut dapat digunakan sebagai refrensi dalam mengklasifikasikan dan menentukan bagaimana tanggung jawab pihak penjual atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli software secara elektronik. Bentuk-bentuk tanggung jawab dari pelaku usaha yang terdapat dalam UUPK adalah sebagai berikut: 1 Contractual liability Dalam hal terdapat hubungan perjanjian privity of contract antara pelaku usaha dengan konsumen mengenai barang danatau jasa, maka tanggung jawab pelaku usaha di sini di dasarkan atas contractual liability pertanggungjawaban kontraktual. Dengan demikian yang dimaksud dengan contractual liabiity adalah tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha atas Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 165 kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikan. 2 Product liability Dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian no privity of contract antara pelaku usaha dengan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada product liability atau pertanggungjawaban produk. Product liability adalah tanggung jawab perdata secara langsung strict liability dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan produk yang dihasilkannya. Ketentuan ini terdapat dalam ketentuan Pasal 19 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangakan. Selain strict liability yang merupakan pertanggungjawaban langsung terdapat tortius liability dalam pertanggungjawaban produk product liability yaitu tanggung jawab yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum, dengan unsur-unsur : a unsur perbuatan melawan hukum b unsur kesalahan c unsur kerugian d unsur hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul. Dalam hal pembuktian, pembuktian unsur kesalahan bukan merupakan beban konsumen lagi, tetapi justru merupakan beban yang harus ditanggung oleh Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 166 pihak pelaku usaha untuk membuktikan ia tidak bersalah. Hal ini diatur dalam Pasal 28 UUPK yang menyatakan pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi dalam Pasal 19 UUPK yang berupa kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen adalah merupakan tanggung jawab pelaku usaha. 3 Profesional Liability Dalam hal terdapat hubungan perjanjian privity of contract antara pelaku usaha dengan konsumen, dimana pelaku usaha dalam hal ini sebagai pemberi jasa tidak terukur sehingga merupakan perjanjian ikhtiar yang didasarkan atas itikad baik, tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada tanggung jawab profesional dimana tanggung jawab profesional ini menggunakan tanggung jawab langsung strict liability dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan atau menggunakan jasa yang diberikannya. Sebaliknya ketika hubungan perjanjian privity of contract merupakan prestasi yang terukur sehingga merupakan perjanjian hasil, tanggung jawab pelaku usaha di dasarkan pada pertanggungjawaban profesional yang menggunakan tanggung jawab perdata atas perjanjiankontrak dari pelaku usaha sebagai pemberi jasa atas kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat memanfaatkan atau menggunakan jasa yang diberikan. 4 Criminal liability Mengenai hubungan pelaku usaha dengan negara dalam memelihara keamanan masyarakat konsumen tanggung jawab pelaku usaha di dasarkan atas pertanggungjawaban pidana criminal liability. Dalam hal pembuktian, Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 167 pembuktian yang dipakai adalah pembuktian terbalik yaitu menjadi tanggung jawab pelaku usaha. 144 144 Ibid. 371-377 Jika dikaitkan bentuk-bentuk tanggung jawab tersebut dengan perjanjian jual beli software secara elektronik maka apabila terjadi tuntutan pembeli atas dasar wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penjual maka tanggung jawab yang timbul adalah hanya terbatas pada contractual liability karena hanya akan terbatas pada apa yang telah ditentukan dalam perjanjian. Akan tetapi tetapi yang perlu diingat di sini bahwa bukan berarti pihak penjual dapat melepaskan tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat merugikan danatau membahayakan pihak pembeli dengan alasan tidak ada diatur dalam perjanjian. Dalam hal ini pihak penjual tetap dapat diminta pertanggungjawaban namun pertanggungjawaban dimaksud bukanlah atas dasar tuntutan wanprestasi melainkan berdasarkan tuntutan pidana atau atas dasar perbutan melawan hukum. 3.Tanggung Jawab Pihak Ketiga Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik Transaksi e-commerce tentunya tidak dapat dipisahkan dari peranan komputer dan perangkatnya. Karena komputer merupakan suatu alat yang punya keterbatasan, perlu dikaji juga sejauh mana peranan dari sistem komputer itu sendiri, jika ternyata suatu transaksi tidak berjalan dengan lancar karena kesalahan teknis. Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 168 Sebagai suatu alat komputer tidak dapat disalahkan jika ternyata karena kesalahan program atau perangkatnya, suatu transaksi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan suatu kerugian. Tanpa ada yang menjalankan atau tanpa ada yang memprogram, sebuah komputer tidak akan dapat bekerja. Oleh karena itu yang dapat dimintakan suatu pertanggungjawaban jika sebuah komputer atau server tidak bekerja dengan baik adalah pihak yang menjalankan program komputer tersebut atau pihak yang menyediakan jasa pelayanan. Namun dalam hal tertentu sepatutnya yang bertanggung jawab adalah pihak yang mengembangkanmembuat program komputer tersebut sebagai product liability sekiranya terdapat cacat tersembunyi dalam program tersebut. Untuk melakukan transaksi electronic commerce setidaknya terdapat dua pihak, yaitu pembeli konsumen dan penjual merchant. Sebagai suatu perjanjian jual beli, terdapat kemungkinan terjadinya wanprestasi. Wanprestasi dapat terjadi karena pembeli tidak melakukan kewajibannya atau pihak penjual tidak melakukan kewajibannya. Akan tetapi, jika ternyata wanprestasi tersebut terjadi karena kesalahan teknis, misalnya server down sehingga pesan tidak sampai, pihak ketiga dapat diminta pertanggungjawabannya. Dalam transaksi e-commerce, pihak yang dimaksud itu adalah penyedia jasa layanan provider. Mengapa pihak ketiga dapat dimintakan pertanggungjawaban ? hal ini dikarenakan antara pihak ketiga, yaitu provider dengan penjual merchant terdapat suatu perjanjian tersendiri. Provider itu sendiri mempunyai tugas yang terkadang banyak, yaitu tidak hanya mengakses internet tetapi dapat juga menjadi web designer. Tugas dan tanggung jawab provider tergantung dari perjanjian Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 169 antara merchant dan provider. Tugas utama dari provider adalah memberikan layanan penyediaan akses internet 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Akan tetapi semuanya tergantung perjanjian antara kedua belah pihak. Oleh karena itu merchant harus memperhatikan isi perjanjian itu dengan seksama. Tanggung jawab provider untuk pelayanan yang tidak sempurna tidak diatur secara pasti. Akan tetapi teori perjanjian dan kerugian dapat dipergunakan untuk menuntut provider ke pengadilan. 145 145 Ibid.265-266 Kemudian untuk mengetahui bagaimana teori perjanjian dan kerugian dimaksud, maka akan penulis uraikan pada bahasan tersendiri. Akan tetapi yang perlu dicatat di sini adalah dalam sebuah proses jual beli software secara elektronik pihak-pihak yang terlibat di dalamnya tidak hanya akan terbatas pada pihak pembeli dan penjual dan ISP saja tetapi juga akan melibatkan pihak-pihak lainya yang dalam hal ini dapat kita sebut sebagai pihak ketiga. Karena kompleksnya lapangan transaksi jual beli melalui internet e-commerce menyebabkan kompleks jugalah pihak ketiga yang terkait di dalamya yang dalam hal ini dapat meliputi juga penyedia jasa keuangan, penyedia jasa pengiriman. Berdasarkan asas kepribadian atau prinsip privity of contract yang dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1340, 1315 dan 1317, maka dalam hal ini pihak ketiga yang dimaksud tetap dapat dimintakan tanggung jawabnya atas wanprestasi yang telah dilakukan selama hal itu ada diatur dalam perjanjian. 4.Perjanjian Baku Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 170 Dalam dunia usaha sering ditemukan klausula baku yang menempatkan posisi tidak seimbang antara pelaku usaha dan konsumen, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak selalu menguntungkan salah satu pihak, dalam hal ini konsumen atau mungkin boleh jadi menjadi tidak sah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata. Dikatakan bersifat baku karena baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak mungkin untuk dinegosiasikan atau ditawar-tawar oleh pihak lainnya yang dalam hal ini adalah konsumen take it or leave it sehingga jelas ketidakseimbangan kedudukan dalam perjanjian baku dan cendrung merugikan konsumen. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan seringkali dilakukan oleh pelaku usaha untuk melepaskan beban tanggung jawab yang seharusnya ditanggung oleh mereka. Umumnya dikenal dengan pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditentukan secara sepihak oleh perlaku usaha. Klausula baku merupakan sesuatu yang lazim dalam sebuah proses jual beli secara elektronik tidak terkecuali dalam jual beli software secara elektronik. Namun sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini akan timbul pertanyaan yang berkaitan dengan klausula baku tersebut yaitu apakah dengan dasar klausula baku seseorang dapat dituntut telah melakukan tindakan wanprestasi.

a. Perjanjian baku dalam UUPK dan KUHPerdata