Sebagai kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa. b Asas Konsensualitas

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 132 Dengan kapasitas kewenangan tersebut bila dikaitkan dengan lapangan perikatan, maka harta kekayaan yang dimiliki oleh orang pribadi tersebut akan terikat dalam perikatan, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata. Apabila orang perorangan tersebut melakukan tindakan hukum dalam kapasitasnya yang berbeda yaitu tidak untuk kepentingan dirinya sendiri, maka kewenangan tersebut harus disertai dengan bukti-bukti. Pada umumnya sesuai dengan asas personalia yang diberikan oleh Pasal 1315 KUHPerdata, maka masalah kewenangan bertindak seorang sebagai individu dapat kita bedakan dalam : 1. Untuk dan atas nama serta bagi kepentingan diri sendiri 2. Sebagai wakil dari pihak tertentu, mengenai perwakilan ini dapat dibedakan ke dalam a Kewenangan sebagai wakil badan hukum dalam hubungannya dengan pihak ketiga. b Perwakilan yang ditetapkan oleh hukum, misalnya bentuk kekuasaan orang tua dan kurator.

3. Sebagai kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa. b Asas Konsensualitas

Pasal 1320 dan 1338 KUHPerdata merupakan dua pasal yang didalamnya terdapat ketentuan mengenai asas konsensualisme. Dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata penyebutannya tegas sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata ditemukan dalam istilah “semua” yang menunjukan bahwa setiap orang diberi Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 133 kesempatan untuk menyatakan keinginannya will yang dirasa baik untuk menciptakan perjanjian. 126 Asas konsensualitas merupakan ketentuan umum yang melahirkan perjanjian konsensuil, sebagai pengecualian asas konsensualitas ini terdapat pada perjanjian formil dan perjanjian riil, karena dalam dua perjanjian tersebut kesepakatan saja belum mengikat para pihak yang berjanji. Asas konsensualisme memperlihatkan bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat secara lisan oleh dua orang atau lebih telah mengikat dan melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian, segera setelah pihak- pihak tersebut mencapai kesepakatan atau konsensus. Ini berarti pada prinsipnya perjanjian itu tidak memerlukan formalitas atau disyaratkan harus adanya tindakan nyata tertentu. 127 Dengan asas kebebasan berkontrak ini para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan yang melahirkan kewajiban apa saja selama dan sepanjang prestasi yang dilakukan tersebut bukanlah suatu yang terlarang yaitu suatu prestasi yang c Asas Kebebasan Berkontrak Karena mempunyai hubungan yang erat dengan asas konsensualisme dan asas pacta sunt sevanda, maka asas kebebasan berkontrak ini juga menempatkan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai dasar hukumnya, asas kebebasan berkontrak mendapatkan dasar eksistensinya dalam rumusan angka 4 Pasal 1320 KUHPerdata. 126 Ibid. 87 127 Kartini Muljadi. Op:cit. 34-36 Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 134 mewajibkan salah satu pihak untuk melanggar undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. 128 Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas sebagai pancaran dari hak asasi manusia. Kebebasan pendapat berlatar belakang pada paham individualisme yang secara embrional lahir pada jaman yunani dan berkembang pesat pada jaman reinaissance, melalui ajaran-ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke, dan Rosseau dan puncak perkembangannya tercapai dalam priode setelah revolusi Perancis. Mariam Darus berpendapat bahwa “sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial dari hukum perjanjian asas ini dinamakan juga asas otonomi “konsensualisme” yang menentukan raison d’etre het bestaandwaarde adanya perjanjian. Asas konsensualisme yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengandung arti kemauan will para pihak untuk saling berpartisipasi dan mengikatkan diri. Kemauan itu membangkitkan kepercayaan vertrouwen bahwa perjanjian itu dipenuhi, asas kepercayaan ini merupakan nilai etis yang bersumber pada moral. 129 128 Ibid. 45-47 129 Mariam Darus Badrulzaman II. Op:cit.87 d Asas Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-undang Asas yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata ini menyatakan bahwa “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau oleh karena alasan-alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik” Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 135 Prof. Subekti. SH menyimpulkan bahwa Pasal 1338 mengandung suatu asas kebebasan dalam membuat perjanjian atau menganut sistem terbuka. Dengan menekankan pada perkataan semua, maka pasal tersebut seolah-oleh berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat tentang diperbolehkannya membuat perjanjian apa saja asalkan dibuat secara sah dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang Istilah semua dalam ayat 1 mengandung pengertian bahwa perjanjian yang dimaksud bukan hanya perjanjian bernama tetapi juga meliputi perjanjian tidak bernama. Dan dalam istilah semua tersebut terdapat atau terkandung asas partij outonomie. Kemudian istilah secara sah menunjukan bahwa perbuatan perjanjian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Semua persetujuan yang dibuat menurut hukum atau secara sah Pasal 1320 adalah mengikat sebagai undang- undang terhadap para pihak merupakan suatu realisasi asas kepastian hukum. 130 1 Pertama berhubungan dengan tanggung jawab hukum atas pelaksanaan prestasi tersebut oleh debitor schuld, dalam hal ini ditentukan siapa debitur Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati dan disetujui oleh para pihak harus pula dilaksanakan. Suatu prestasi untuk melaksanakan suatu kewajiban selalu memiliki dua unsur penting. 130 Ibid.82 Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 136 yang berkewajiban untuk melaksanakan prestasi tanpa mempersoalkan apakah pemenuhan kewajiban tersebut dapat dituntut oleh kreditur. 2 Hal kedua berkaitan dengan pertanggungjawaban pemenuhan kewajiban tanpa memperhatikan siapa debiturnya haftung. Dalam konteks yang demikian berarti suatu perjanjian tanpa haftung adalah perjanjian yang tidak dapat dipaksakan pelaksanaanya oleh kreditor perikatan alamiah, perjanjian yang dapat dipaksakan pelaksanaannya adalah ibarat pelaksanaan undang-undang oleh negara. Di luar perikatan alamiah setiap kreditur yang tidak memperoleh pelaksanaan kewajiban dapat atau berhak melaksanakan pelaksaannya dengan meminta bantuan pada pejabat negara yang berwenang, yang akan memutuskan dan menentukan sampai berapa jauh wanprestasi telah terjadi, semuanya dengan jaminan harta kekayaan debitur sebagaimana diatur dalam Pasal 1131. 131 131 Kartini Muljadi. Op:cit. 59-61 e Asas Kepercayaan Vertrouwensbeginsel Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua belah pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang. f Asas Kekuatan Mengikat Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 137 Bahwa dalam perjanjian terkandung asas kekuatan mengikat, tentunya para pihak dalam perjanjian itu tidak hanya semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan, kepatutan, serta moral, demikianlah sehingga asas-asas moral, kepatutan, dan kebiasaan mengikat para pihak. g Asas Persamaan Hukum Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, bangsa, dan sebagainya. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan tuhan. h Asas Keseimbangan Asas ini menghendaki para pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai kekuasaan untuk menuntut prestasi dan bila diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur. Namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat disini bahwa kedudukan kreditur yang kuat dapat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik. Dalam KUHPerdata realisasi dari asas keseimbangan ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 3 yang mengatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, hal ini memberi perlindungan kepada debitur sehingga kedudukan antara debitur dan kreditur menjadi seimbang. Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 138 i Asas Kepastian Hukum Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak. j Asas Moral Asas ini terlihat dalam perikatan wajar, dimana satu perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestrasi dari pihak debitur, juga hal ini terlihat dalam zaawaarneming dimana seorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sukarela moral yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya juga. Faktor-faktor yang memberikan motifasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu berdasarkan pada kesusilaan moral sebagai panggilan dari hati nurani Asas moral ini terdapat dalam ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata yang berbunyi : “suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang”. k Asas Kepatutan Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUHPerdata, asas kepatutan ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas kepatutan harus Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 139 dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat. 132 a Kebebasan menentukan isi kontrak

2. Pacta Sunt Servanda Dalam Perdagangan Internasional