Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

informasi yang relevan dengan masalah berdasarkan informasi yang diketahui disoal. 2. Kemampuan membangun keterampilan dasar mencakup kemampuan strategi dan taktik, dan memberikan alasan mengenai jawaban yang dikemukakan. Seringkali siswa hanya mampu menghafal prosedur penyelesaian dari sebuah masalah tanpa memahami mengapa masalah tersebut diselesaikan dengan langkah seperti itu. Konsep matematika yang ingin diteliti adalah siswa mampu memahami mengapa ia memilih suatu metode penyelesaian dalam suatu masalah dengan mengungkapkan alasan-alasan mengenai jawaban yang telah mereka berikan, alasan itu berupa penggunaan sifat-sifat logaritma yang dicantumkan setiap kali menggunakan sifat-sifat logaritma dalam membuktikan masalah pembuktian tersebut, seiring dengan penggunaan sifat-sifat logaritma siswa juga akan mampu menemukan strategi apa yang akan ia gunakan dalam memecahkan soal tersebut. Pada soal pembuktian logaritma ini tentu akan menggunakan sifat- sifat logaritma sehingga dengan adanya alasan dari setiap langkah dalam menyelesaikan soal pembuktian mampu memberikan informasi bahwa siswa memahami apa yang ia kerjakan. 3. Kemampuan menyimpulkan, mencakup menarik kesimpulan berdasarkan data yang diberikan dan memberikan penjelasan lebih lanjut. Kemampuan menyimpulkan dan memberikan penjelasan lebih lanjut berdasarkan data yang diberikan adalah solusi akhir dari penyelesaian suatu masalah pembuktian berupa pernyataan terbukti atau tidak terbukti. Kemampuan menyimpulkan merupakan tahap akhir siswa dalam menyelesaikan masalahnya. Solusi ini diperoleh dari dua tahap yang terjadi sebelumnya. Contoh soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis Apakah garis g menyinggung kurva dititik yang berabsis , dan garis h yang menyinggung kurva dititik yang berabsis masing-masing membentuk sudut 60 dengan sumbu X ? apa alasannya? Bagaimana kedudukan antara garis g dan garis h tersebut? Jelaskan 13 Soal tersebut merupakan soal yang mampu mengukur kemampuan berpikir kritis siswa karena pada soal tersebut merupakan masalah dimana individu tidak dapat dengan cepat mengetahui bagaimana menentukan solusi dari persoalan. Pada soal tersebut informasi yang diberikan berupa persamaan sebuah kurva, untuk dapat menyelesaikan soal tersebut siswa terlebih dahulu memvisualisasikan informasi-informasi yang ada. Selain itu pada soal tersebut memuat indikator berpikir kritis kemampuan membangun keterampilan dasar, menyimpulkan dan kemampuan memberikan penjelasan lebih lanjut. Pada soal tersebut siswa dituntut untuk mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang telah dikemukakan melalui bahasa sehari-hari siswa diikuti dengan penyelesaaian dari masalah yang dintanyakan. Selain itu, pada soal tersebut diakhir penyelesaian siswa dituntut untuk mampu menginterpretasikan jawaban yang mereka berikan menggunakan bahasa mereka masing-masing.

3. Strategi Konvensional

Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi strategi konvensional adalah strategi klasikan yang sering digunakan guru seperti yang sering dipakai disekolah setiap harinya. Strategi yang digunakan di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian adalah strategi ekspositori. Strategi ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. 14 Pada pembelajaran dengan strategi ekspositori, dominasi guru banyak berkurang karena guru tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. 13 Sumaryati dan Sumarmo, op. cit., h. 35 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009, Cet. VI, h.179 Siswa tidak hanya mendengarkan dan membuat catatan, tetapi juga mengerjakan soal latihan dan bertanya apabila tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual dan klasikal. Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori, yaitu : 15 a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini. b. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

4. Strategi Think-Talk-Write TTW

Strategi Think-Talk-Write ini diperkenalkan oleh DeAnn Huinker dan Connie Laughlin pada tahun 1996. Mereka mengatakan bahwa: “Thinking and talking are important steps in the process of bringing meaning into student’s writing”. 16 Menurut mereka berpikir dan berbicara merupakan langkah yang penting dalam proses membawa pemahaman yang pada akhirnya akan ditulis oleh siswa. Sehingga strategi ini dinamakan Think-Talk-Write. Mereka juga mengatakan: “The Think-Talk-Write strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ideas and the testing of those ideas before students are expected to write ”. 17 Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa strategi ini membangun pemikiran dan refleksi pada waktu yang sama dan pengorganisasian dari ide-ide yang dimiliki siswa lalu menguji ide 15 Ibid. 16 De Ann dan Connie Laughlin, Talk Your Way Into Writing, Communication in Mathematics: K-12 and Beyond, 1996. h. 81 17 Ibid., h. 82 tersebut melalui percakapan yang terstruktur sebelum akhirnya siswa diharapakan mampu menuliskan ide-ide tersebut. Sedangkan menurut Miftahul Huda Think- Talk-Write TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. 18 Tahap Think pada strategi TTW ini penting untuk mengubah kebiasaan siswa ketika menghadapi test, karena seringkali ketika menghadapi test tulis siswa terburu-buru untuk menulis jawaban dari soal pada test tersebut tanpa memikirkan secara seksama informasi apa saja yang ada pada soal tersebut, hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh DeAnn and Huinker Connie Laughlin “ When assigned a writing task, student are often expected to begin writing immediately ”. 19 “The talk phase of the think-talk-write strategy allows for exploratory”. 20 Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa tahap Talk pada strategi TTW memiliki manfaat untuk penyelidikan yang akhirnya akan membawa penemuan-penemuan hal-hal baru atau hal-hal yang belum diketahui. Pada tahap ini terjadi pertukaran informasi antar siswa yang berada dalam satu kelompok. Fase yang terakhir adalah writing, sebelum siswa diperintahkan untuk menulis tentu terjadi kemajuan pada siswa akibat dari komunikasi yang mereka lakukan bersama teman kelompoknya, kemajuan itu adalah bertambahnya pengetahuan dan terjadinya dialog yang reflektif dengan dirinya sendiri, terjadi pertukaran informasi atau ide-ide lalu setelah mereka yakin mengenai solusi dari permasalahan yang diberikan siswa dianjurkan untuk menuliskan solusi tersebut. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh DeAnn dan Connie, mereka mengatakan, “The flow of communication progresses from students engaging in thought or reflective dialogue with themselves, to talking and sharing ideas with one another, to writing”. 21 Strategi TTW ini merupakan penerapan kegiatan-kegiatan yang terjadi secara alami dalam kehidupan. Berpikir, berbicara dan menulis merupakan hal 18 Huda, op. cit., h. 218. 19 Ann and Laughlin, op. cit., h. 82 20 Ibid 21 Ibid alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Tetapi, jika aktivitas yang alami ini terjadi pada kegiatan pembelajaran matematika dan terorganisasi dengan baik keuntungan yang didapat bukan hanya terbentuknya komunitas belajar tapi juga membantu membangun pandangan yang lebih luas mengenai matematika, hal ini dikemukakan oleh Susan dan Kelli, mereka mengatakan “Talking and writing not only builds a community of leaners, but also helps to develop a broader view of mathematics and its connection to real life”. 22 Syntax dalam Strategi ini sesuai dengan namanya yaitu think berpikir, talk berbicaraberdiskusi, dan write menulis. Penggunaan strategi Think-Talk-Write dalam kegiatan pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan strategi TTW adalah sebagai berikut: 23 1. Kelebihan Think-Talk-Write TTW: a. Siswa menjadi kritis. b. Semua siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. c. Siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. 2. Kelemahan Think-Talk-Write TTW a. Siswa akan cukup merasa terbebani dengan tugas yang banyak b. Waktu untuk satu materi cukup banyak.

a. Landasan Teori Strategi Think-Talk-Write

Strategi Think-Talk-Write ini didukung oleh teori Vygotsky, Hal ini terlihat pada kutipan dibawah ini: According to Vygotsky 1978, constructing learning happens in the context of interacting with others. This social interaction occurs naturally through talking and writing in the classroom. Peer discussion expose students to higher-level questioning and prompt students divergen thinking. Written expression allows students to develop sequential, logical reasoning. 24 22 Susan E. Fello and Kelli R. Paquette, Talking Writing In The Classroom, Journal: Mathematics Teaching In The Middle School, Vol. 14, No 7, March 2009, h. 412 23 Ririn Rianti, “Efektivitas Model Pembelajaran Numbered Heads Together NHT dan Think-Talk-Write TTW Berbantu Macromedia Flash Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika,” Skripsi pada IKIP PGRI Semarang, Semarang, 2013, h. 14, tidak dipublikasikan. 24 Fello and Paquette, op. cit.,h.411.