Memberikan Penjelasan Sederhana Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan

nomor 2 dan 5. Hal ini dikarenakan pada soal nomor dua hanya melibatkan tiga sifat logaritma yaitu sifat logaritma dari perkalian, pembagian dan sifat dasar logaritma. Sifat logaritma perkalian dan pembagian disampaikan pada satu pertemuan sehingga siswa mudah mengingatnya, karena dianggap sebagai satu kesatuan, sedangkan sifat dasar logaritma merupakan sifat logaritma yang mudah dipahami oleh siswa. Untuk soal nomor 5 hanya melibatkan satu sifat logaritma yaitu sifat perpangkatan dengan logaritma, dan operasi aljabar sehingga siswa mudah untuk memberikan alasan pada soal nomor 2 dan 5 baik untuk kelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Sedangkan untuk soal nomor 1,3,4 banyak siswa baik dari kelas eksperimen ataupun kontrol tidak dapat memberikan alasan secara lengkap. Hal ini dikarenakan untuk soal nomor 1 banyak siswa yang tidak menyertakan alasan pada perubahan dari bentuk perpangkatan menjadi bentuk logaritma adalah definisi logaritma. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 4.13 Jawaban Post Test Siswa Nomor 1 Terlihat pada pada gambar bahwa siswa merubah bentuk a x+1 = b menjadi a logb= x+1 tanpa disertai alasan bahwa perubahan tersebut bisa terjadi karena definisi logaritma. Selanjutnya untuk soal nomor 3 dan 4 dalam pengerjaannya banyak melibatkan sifat-sifat logaritma sehingga hanya sedikit siswa yang dapat memberikan alasan dari langkah pengerjaan mereka.

3. Menyimpulkan

Indikator terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyimpulkan yaitu berupa kata “terbukti” atau “tidak terbukti” pada akhir dari langkah pengerjaan penyelesaian soal. Hal tersebut dianggap benar jika siswa menuliskan kata “terbukti” atau “tidak terbukti” yang ditunjang dari langkah- langkah pengerjaan yang mereka lakukan. Indikator menyimpulkan ini mendapatkan nilai rata-rata paling rendah dibandingkan indikator lainnya, hal ini terjadi karena banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal secara tepat, dan beberapa lainnya tidak menuliskan kata “terbukti” atau “tidak terbukti” dikarenakan mereka lupa. Seperti yang nampak pada gambar berikut ini. a b Gambar 4.14 a Jawaban Siswa Yang Lupa Menuliskan Kata “Terbukti” b Jawaban Siswa Yang Tidak Menuliskan Kata “Terbukti” Karena Tidak Mampu Menyelesaikan Soal Secara Tepat Memang tidak terdapat banyak perbedaan yang terjadi antara kelas eksperimen dan kontrol, hal ini dikarenakan kelas kontrol yang merupakan kelas X.2 memiliki kemampuan awal lebih tinggi dibanding kelas eksperimen yang merupakan kelas X.1. Namun, setelah perlakuan terlihat bahwa kelas eksperimen menunjukkan lebih tinggi kemampuan berpikir kritisnya berdasarkan analisis data yang telah dilakukan menggunakan analisis kovarians Ankova. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menyatakan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematik siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran Think-Talk-Write TTW dan menggunakan pembelajaran secara konvensional. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan uji statistik menggunakan analisis kovarians dengan mengontrol kemampuan awal. Hasil analisis data didapatkan nilai F hitung = 4,971 sedangkan nilai F tabel = 4,04 dengan tingkat signifikansi 5 db pembilang = 1 dan db penyebut = 48. Diperoleh bahwa F hitung F tabel artinya tolak H , dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write TTW dan strategi konvensional, setelah mengontrol pengaruh kemampuan awal siswa. Karena pengujian main effect menunjukkan penerimaan hipotesis penelitian secara nyata, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui hubungan antara TTW terhadap kemampuan berpikir kritis. Pengujian ini menggunakan uji-t ankova, setelah dihitung t hitung = 2,625 sedangkan pada α = 0,05 dan db = 49 didapatkan t tabel = 1,684 . Karena t hitung t tabel maka tolak H . Hal ini berarti terjadi hubungan yang positif antara TTW dengan berpikir kritis setelah mengontrol kemampuan awal siswa, hal ini telihat dari uji –t yang menunjukkan bahwa terima H 1 maka, pengaruh pembelajaran TTW terhadap kemampuan berpikir kritis lebih baik dibanding pengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis. Sehingga jelas bahwa setelah kemampuan awal siswa dikontrol terdapat pengaruh pembelajaran TTW terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, namun berbagai upaya telah dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: