Landasan Teori Strategi Think-Talk-Write

Hal-hal tersebut merupakan sikap individu dalam kemampuan berpikir kritis menurut Dhand. 29 Pada aktivitas ini terjadi komunikasi antar siswa yang berada dalam satu kelompok, hal ini memungkinkan adanya adu argumen dan debat ketika terjadi ketidakcocokan. Setelah terjadinya sharing ide, bernalar, menganalisis dan membuktikannya bersama teman-teman satu kelompoknya mengenai solusi dari masalah yang disajikan diharapkan semua siswa yang berada dalam satu kelompok memahami solusi yang didiskusikan. Solusi akhir yang digunakan tiap siswa bisa merupakan jawaban mereka pada tahap think atau solusi yang merupakan hasil dari tahap talk.Secara garis besar pada tahap ini siswa akan kembali mengemukakan alasan dari solusi yang ingin digunakan setelah itu menyimpulkan dari data yang diperoleh. Hal yang terjadi pada tahap ini adalah komunikasi, dimana komunikasi merupakan komponen lain yang mestinya ada pada lingkungan belajar berpikir kritis, menurut Orton dan Lawrenz melalui komunikasi siswa memiliki kesempatan untuk bernalar, menjelaskan konsep, mendeskripsikan persoalan, menganalisis solusi, dan membuktikan. 30 Tahap 3: Write Pada tahap ini, siswa mengkonstruksikan pengetahuannya dan menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan pada tahap pertama dan kedua. Tulisan ini harus terdiri atas informasi yang relevan dengan masalah, alasan-alasan yang mendukung dari solusi yang digunakan berupa sifat-sifat logaritma dan hasil akhir berupa kesimpulan terbukti atau tidak terbukti dari soal pembuktian yang diberikan. Tulisan ini berguna untuk mengevaluasi sejauh mana keterampilan berpikir kritis siswa berkembang.

c. Masalah Tidak Rutin

Seperti yang telah diketahui bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang tidak datang dengan sendirinya harus ada upaya sistematis yang mampu merangsang aktivitas berpikir secara maksimal. Hal itu 29 Suwarma, op. cit., h. 12 30 Ibid., h.25 menunjukkan seseorang harus dihadapkan dengan masalah yang mampu membuat mereka merasa tertantang, mampu merangsang proses berpikir masalah tersebut adalah adalah masalah tidak rutin. Masalah tidak rutin adalah masalah yang metode penyelesaiannya tidak diketahui diawal, masalah tidak rutin menuntut pemikiran produktif seseorang untuk menciptakan strategi, pendekatan dan teknik untuk memahami dan menyelesaikan masalah tersebut karena pengetahuan dan keterampilan saja tidak cukup, harus dapat memilih pengetahuan dan keterampilan mana yang relevan, meramu dan memanfaatkan hasil pilihannya itu untuk menangani masalah tidak rutin yang dihadapinya. 31 Soal tidak rutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran yang lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari dikelas. 32 Dari pemaparan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan bahwa masalah tidak rutin merupakan masalah yang tidak familiar oleh siswa, persoalan yang cara menyelesaikannya tidak segera diketahui, butuh memilih pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan masalah dan memanfaatkan hasil pilihannya tersebut untuk menyelesaikan masalah. Sehingga pada penelitian ini digunakan soal-soal pembuktian dimana soal pembuktian merupakan soal yang sangat jarang sekali digunakan dalam pembelajaran oleh guru, dan sesuai dengan definisi masalah tidak rutin yang telah dirumuskan sebelumnya. Masalah pembuktian tidak dapat diselesaikan melalui penggunaan rumus atau proses baku tetapi memerlukan kemampuan yang penekanannya lebih pada pemahaman dan strategi, sehingga dalam penelitian ini masalah tidak rutin diwakili oleh masalah pembuktian matematika. 33 Masalah tidak rutin akan membuat siswa berusaha menemukan penyelesaiannya dengan berbagai strategi, ketika siswa mampu menyelesaikan masalah tidak rutin yang merupakan soal yang asing bagi siswa 31 Pembaharu. loc. cit. 32 Nyimas Aisyah, Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika, 2014, h. 5-1, http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesPengembanganPembelajaranMatematika_UNIT_5_0.pdf 33 Tarhadi, dkk, “Perbandingan Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika Mahasiswa Pendidikan Ja rak Jauh Dengan Mahasiswa Pendidikan Tatap Muka”, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol 7, No 2, September 2006, h. 125 maka siswa akan mendapatkan kepuasan intelektual. Kepuasan intelektual ini merupakan motivasi intrinsik bagi siswa. 34 Untuk mengetahui perbedaan antara soal rutin dan soal tidak rutin berikut akan diberikan contoh soal rutin dan tidak rutin. Contoh Soal rutin Buktikan bahwa jumlah setiap baris dari 6 lingkaran kecil di bawah ini adalah 9. 35 Soal diatas merupakan soal rutin karena tidak ada situasi yang membuat pemikiran lebih lanjut untuk menyelesaikannya. Apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan soal ini akan segera muncul setelah selesai membaca soal ini. Contoh Soal tidak rutin Buktikan bahwa bilangan real yang habis dibagi sepuluh adalah bilangan bulat genap. 36 Setelah selesai membaca soal tersebut kita tidak akan segera mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya. Untuk menjawab soal tersebut harus menggunakan konsep invers perkalian yaitu pembagian. Dengan memisalkan bilangan bulat x dibagi sepuluh, hasilnya bilangan bulat y. Selanjutnya y dikalikan sepuluh, hasilnya x. Jadi x = 10y = 25y. Disimpulkan bahwa x bilangan genap. Soal tersebut memiliki tiga indikator berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana, indikator ini nampak ketika siswa mengidentifikasi informasi apa saja yang relevan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Informasi yang terdapat pada soal tersebut adalah bilangan real, habis dibagi sepuluh adalah bilangan bulat genap. Setelah mengidentifikasi informasi yang bermanfaat 34 Aisyah. loc. cit 35 Ibid., h. 5-4 36 Tarhadi, op. cit., h. 128.