Masalah Tidak Rutin Strategi Think-Talk-Write TTW

selanjutnya siswa dapat menggunakan informasi tersebut dengan memisalkan bilangan bulat x dibagi sepuluh, hasilnya bilangan bulat y. Indikator kedua yang terdapat dalam soal tersebut yaitu membangun keterampilan dasar serta strategi dan taktik. Pada penyelesaian tersebut digunakan konsep invers perkalian yaitu pembagian. Konsep invers perkalian ini merupakan alasan sekaligus strategi siswa yang mendukung jawaban yang mereka pilih. Yang terakhir adalah menyimpulkan dan memberikan penjelasan lebih lanjut. Setelah dilakukan pembuktian ternyata terbukti bahwa x merupakan bilangan bulat genap. Kalimat terbukti bahwa x meupakan bilangan bulat genap merupakan kesimpulan setelah dilakukannya proses pembuktian, dan kalimat tersebut juga merupakan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang didapatkan.

d. Implementasi Strategi

Pembelajaran Think-Talk-Write TTW Menggunakan Masalah Tidak Rutin Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika erat kaitannya dengan penalaran, seperti yang dikemukakan oleh Sumardyono bahwa matematika sebagai cara bernalar, matematika dapat dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian yang sahih valid, rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis. 37 Penalaran dan pembuktian matematika erat kaitannya dengan berpikir kritis, karena penalaran dan pembuktian merupakan sebagai elemen terkait dalam berpikir kritis menurut O’Daffer dan Thornquist. 38 Dan seperti yang telah dirumuskan sebelumnya bahwa berpikir kritis matematika adalah proses seseorang dalam memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, memenuhi hasrat keingintahuan melalui cara pembuktian yang valid atau sifat penalaran matematika yang sistematis untuk sampai pada kesimpulan atau pengambilan keputusan. Kemampuan berpikir kritis bisa dimiliki oleh setiap orang, namun kemampuan berpikir kritis itu tidak datang dengan sendirinya, harus ada upaya 37 Jainuri, op. cit., h. 3, 38 Suwarma, op. cit., h. 8 yang sistematis. Kemampuan berpikir kritis ini dapat diupayakan dengan cara memberikan masalah yang menantang untuk siswa sehingga mampu merangsang aktivitas berpikir siswa secara maksimal. Upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa ini dilakukan dengan mengubah strategi pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang diyakini akan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Strategi yang dipilih adalah strategi Think-Talk-Write TTW. Namun, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis tidaklah cukup hanya mengganti strategi konvensional menjadi strategi TTW tetapi juga harus memadukan strategi TTW tersebut dengan masalah yang mampu membuat siswa merasa tertantang, masalah tersebut adalah masalah tidak rutin yang merupakan masalah yang tidak familiar oleh siswa, persoalan yang cara menyelesaikannya tidak segera diketahui, butuh memilih pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan masalah dan memanfaatkan hasil pilihannya tersebut untuk menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini materi matematika yang digunakan adalah logaritma. Dimana soal yang diberikan merupakan soal-soal pembuktian logaritma. Masalah pembuktian merupakan masalah yang tidak dapat diselesaikan melalui penggunaan rumus atau proses baku tetapi memerlukan kemampuan yang penekanannya lebih pada pemahaman dan strategi. 39 Peneliti memilih soal-soal pembuktian dalam penelitian ini karena soal-soal yang sering diberikan pada materi logaritma adalah soal-soal mencari, menentukan nilai, sangat jarang sekali soal-soal pembuktian diberikan. Pembelajaran materi logaritma menggunakan strategi TTW diawali dengan penyampaian konsep dasar logaritma. Setelah siswa mampu menguasai konsep dasar yang dijelaskan selanjutnya siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS berisi masalah tidak rutin. Masalah tidak rutin ini diberikan agar dapat merangsang aktivitas berpikir siswa secara maksimal. Setelah siswa diberikan LKS tahap yang selanjutnya adalah think dimana dalam tahap ini siswa secara individu menganalisis masalah yang terdapat dalam LKS. Hasil dari tahap think ini yaitu siswa mampu mengidentifikasi informasi yang relevan, mampu 39 Tarhadi, op. cit., h. 125. memberikan alasan dari strategi, taktik serta jawaban yang diperoleh dan yang terakhir yaitu siswa mampu menyimpulkan. Tahap yang kedua yaitu talk siswa berdiskusi bersama teman sekelompoknya yang telah dibentuk oleh guru sebelumnya. Pada tahap ini setiap siswa dituntut untuk memahami bahwa setiap orang memiliki argumen yang berbeda. Diskusi ini merupakan sarana untuk menguji pemahaman siswa dan mempertajam analisis dari masalah tersebut. Setelah tahap ini selesai siswa bebas untuk memilih solusi yang digunakan merupakan hasil pemikirannya sendiri atau pendapat dari teman sekelompoknya yang dianggap lebih tepat. Kegiatan pada tahap ini tidak hanya siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya namun jika masih ada waktu yang tersedia ditunjuk secara acak kelompok yang akan mempresentasikan hasil yang didapat di depan kelas. Tahap yang terakhir yaitu write pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari tahap think dan talk. Tulisan ini harus terdiri atas informasi yang relevan dengan masalah, alasan-alasan yang mendukung dari solusi yang digunakan berupa sifat-sifat logaritma dan hasil akhir berupa kesimpulan terbukti atau tidak terbukti dari soal pembuktian yang diberikan. Penggunaan masalah tidak rutin yang menantang dipadukan dengan strategi TTW yang memberikan waktu khusus untuk menganalisis masalah yang diberikan dan memfasilitasi siswa dalam berkomunikasi secara terstruktur bersama teman satu kelompoknya untuk mempertajam analisisnya dan pada tahap akhir siswa diharapkan untuk menuliskan hasil analisis dan komunikasi bersama teman satu kelompoknya. Sehingga dari seluruh aktivitas yang telah dilakukan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi bagi penulis, diantaranya:  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lely lailatus 2012 yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa” pada tahun 2012 masih menyisakan permasalahan yaitu dari tiga indikator yang digunakan, indikator mengenal masalah mendapatkan persentase paling rendah yaitu 54,3. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu pada siswa kelas VII SMPN 3 Tangerang selatan meskipun terdapat satu indikator yang hanya mendapatkan presenatase sebesar 54,3 tapi dapat simpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan open-ended berpengaruh kemampuan berpikir kritis matematik siswa.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Resti Muniarsih 2012 yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Indikator kemampuan mengungkapkan datakonsepteoremadefinisi dalam menyelesaikan masalah merupakan indikator yang mendapatkan persentase paling rendah yaitu 64,7. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII-10 SMPN 3 Tangerang menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

C. Kerangka Berpikir

Strategi konvensional membuat siswa tidak mengeksplorasi kemampuannya, sedangkan era teknologi yang terjadi saat ini menuntut siswa untuk mampu berpikir secara kritis dalam memilih-milih informasi yang ada, sehingga arus informasi yang tak terbatas ini diharapkan mampu memberikan dampak yang positif. Disiplin ilmu yang memfasilitasi dalam membangun kemampuan berpikir kritis adalah matematika, hal ini terlihat dari visi matematika. Maka, saat ini kita dituntut untuk memiliki kemampuan matematika yang tinggi khususnya kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi kenyataannya kemampuan matematika masih rendah hal ini terlihat dalam PISA tahun 2012 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini sejalan dengan kondisi yang ada disekolah tempat peneliti melakukan uji coba instrumen yang mampu mengukur kemampuan berpikir kirtis yaitu pada SMA Dharma Karya UT. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai