Strategi Konvensional Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Tetapi, jika aktivitas yang alami ini terjadi pada kegiatan pembelajaran matematika dan terorganisasi dengan baik keuntungan yang didapat bukan hanya terbentuknya komunitas belajar tapi juga membantu membangun pandangan yang lebih luas mengenai matematika, hal ini dikemukakan oleh Susan dan Kelli, mereka mengatakan “Talking and writing not only builds a community of leaners, but also helps to develop a broader view of mathematics and its connection to real life”. 22 Syntax dalam Strategi ini sesuai dengan namanya yaitu think berpikir, talk berbicaraberdiskusi, dan write menulis. Penggunaan strategi Think-Talk-Write dalam kegiatan pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan strategi TTW adalah sebagai berikut: 23 1. Kelebihan Think-Talk-Write TTW: a. Siswa menjadi kritis. b. Semua siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. c. Siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. 2. Kelemahan Think-Talk-Write TTW a. Siswa akan cukup merasa terbebani dengan tugas yang banyak b. Waktu untuk satu materi cukup banyak.

a. Landasan Teori Strategi Think-Talk-Write

Strategi Think-Talk-Write ini didukung oleh teori Vygotsky, Hal ini terlihat pada kutipan dibawah ini: According to Vygotsky 1978, constructing learning happens in the context of interacting with others. This social interaction occurs naturally through talking and writing in the classroom. Peer discussion expose students to higher-level questioning and prompt students divergen thinking. Written expression allows students to develop sequential, logical reasoning. 24 22 Susan E. Fello and Kelli R. Paquette, Talking Writing In The Classroom, Journal: Mathematics Teaching In The Middle School, Vol. 14, No 7, March 2009, h. 412 23 Ririn Rianti, “Efektivitas Model Pembelajaran Numbered Heads Together NHT dan Think-Talk-Write TTW Berbantu Macromedia Flash Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika,” Skripsi pada IKIP PGRI Semarang, Semarang, 2013, h. 14, tidak dipublikasikan. 24 Fello and Paquette, op. cit.,h.411. Berdasarkan kutipan diatas menyatakan bahwa strategi Think-Talk-Write sesuai dengan teori vygotsky bahwasanya pembelajaran konstruktivis akan terjadi jika adanya interaksi dengan yang lain, interaksi ini berupa berbicara dan menulis. Teori vygotsky ini menekankan pada hakikat sosikultural dari pembelajaran. Menurut vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam dalam jangkauan kemampuannya tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development. 25 Artinya, masalah yang diberikan kepada anak haruslah hal-hal yang masih berada dalam jangkauannya, anak harus memiliki pengetahuan awal yang mampu membantu anak dalam menyelesaikan masalah tersebut, sehingga anak akan memiliki motivasi dalam menyelesaikan masalah tersebut karena merasa mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang ia hadapi. Teori vygotsky ini menekankan pada interaksi sosial yang terjadi didalam pembelajaran. interaksi sosial yang terjadi secara terstruktur ini didapatkan ketika kegiatan diskusi dalam kelompok belajar. Kegiatan diskusi yang dilakukan dalam kelompok belajar mampu menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru ke siswa, karena dalam kegiatan diskusi siswa saling bertukar pengetahuan dan ide yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Implikasi utama dari teori vygotsky dalam pembelajaran sains adalah dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antarsiswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif didalam zone of proximal. 26 Hal ini sejalan dengan strategi TTW dimana para siswa didesain untuk belajar secara berkelompok yang diharapkan terjadinya interaksi antar siswa pada saat pertukaran ide-ide mengenai masalah yang disajikan. 25 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet 2, h. 76 26 Ibid., h. 77