yang sama. Semua sangat tergantung dari pribadi narapidana sendiri, dan fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pemasyarakatan.
23
E. Teori Perubahan Perilaku
Menurut Prof. Noch, kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor keturunan maupun dari faktor lingkungan, di mana kadang-kadang faktor
keturunan dan kadang-kadang pula faktor lingkungan memegang perana utama, dan di mana kedua faktor itu juga dapat saling mempengaruhi.
24
Faktor keturunan dan faktor lingkungan masing-masing bukan merupakan satu faktor saja, melainkan suatu gabungan faktor. Gabungan faktor itu senantiasa
saling mempengaruhi sehingga pada akhirnya peranan faktor-faktor dalam lingkungan itulah yang memegang peranan yang lebih utama dari pada peranan
faktor-faktor keturunan di dalam perkembangan tingkah laku kriminal pada manusia normal.
1. Moral Development Theory
Psikolog Lawrence Kohlberg, menemukan bahwa pemikiran moral tumbuh dalam tiga tahan. Pertama, preconventional stage atau tahap pra-
konvensional. Di sini aturan moral dan nilai-nilai moral anak terdiri atas “lakukan” dan “jangan lakukan” untuk menghindari hukuman. Menurut
teori ini, anak-anak di bawah umur 9 hingga 11 tahun biasanya berpikir pada tinggat pra-konvensional.
Remaja biasanya berpikir pada conventional level tingkat konvensional. Pada tingkatan ini, seorang individu meyakini dan
23
Ibid, h. 344-347.
24
Gerungan, W. A., Psikologi Sosial Bandung: Reflika Aditama, 2004, h. 212.
mengadopsi nilai-nilai dan aturan masyarakat. Lebih jauh lagi, mereka berusaha menegakan aturan-aturan itu.
Akhirnya, pada tingkatan poskonvensional postconventional level individu-individu secara kritis menguji kebiasaan-kebiasaan dan aturan-
aturan sosial sesuai dengan perasaan mereka tentang hak-hak asasi universal, prinsip-prinsip moral dan kewajiban-kewajiban. Tingkat
pemikiran moral seperti ini umumnya dapat dilihat setelah usia 20 tahun.
2. Social Learning Theory
Ada beberapa jalan kita mempeljari tingakah laku, melalui observasi, pengalaman langsung, dan penguatan yang berbeda.
a. Observation Learning berpendapat bahwa individu mempelajari
kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling. Anak belajar bagaimana bertingkah laku malalui peniruan tingkah laku orang
lain. b.
Patterson dan kawan-kawan menguji bagaimana agresi dipelajari melalui pengalaman langsung direct experience. Anak-anak yang
be rmain secara pasif sering menjadi korban anak-anak yang lainnya, tetapi kadang-kadang berhasil mengatasi serangan itu
dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu, anak ini belajar membela diri dan pada akhirnya mereka memulai perkelahian.
c. Menurut teori differential association-reinforcement, berlangsung
terusnya tingkah laku kriminal tergantung pada apakah ia diberi penghargaan atau diberi hukuman. Penghargaan dan hukuman yang
paling berarti adalah yang diberikan oleh kelompok yang sangat penting dalam kehidupan si individu. Jika tingkah laku kriminal
mendatangkan penghargaan maka ia akan terus bertahan.
25
F. Model Intervensi
1. Terapi Individu
Social Case Work Method
Metode Bimbingan Sosial Individu menekankan pada pertolongan secara khusus terhadap individu yang mengalami masalah tersebut. Dalam
metode ini, paling sering menggunakan cara konseling. Konseling adalah salah satu teknik dalam gugus pendekatan pekerjaan
sosial dengan individu yang dikenal dengan nama metode casework atau terapi perseorangan. Terapi perseorangan melibatkan serangkaian strategi
dan teknik pekerjaan sosial yang ditujukan untuk membantuk individu- individu yang mengalami masalah secara perseorangan atau berdasarkan
relasi satu per satu one-to-one relation.
26
Konseling pada dasarnya merupakan suatu keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Namun demikian konseling
bukanlah suatu peristiwa mistik maupun magic. Meskipun pelatihan dan pengalaman dalam konseling sangat penting, setiap orang memiliki potensi
untuk memberikan pertolongan kepada orang lain melalui proses mendengar dan berbicara mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.
27
a. Konseling Berdasarkan Perspektif Pekerja Sosial
25
Ibid, h. 53-56.
26
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri - Memperkuat Corporate Social Responcibility, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 25.
27
Ibid, h. 27.