Pembinaan Kemandirian Program Rehabilitasi
                                                                                Sukur  menikah  pertamakalinya  pada  usia  23  tahun.  Istrinya  bernama “Melati” berasal dari Bogor yang juga satu kampung dengan Sukur. Istrinya
merupakan kembang desa di kampungnya. Keluarga besar dari istrinya juga merupakan keluarga yang baik.
Dari  pernikahan  pertama  Sukur  memiliki  2  orang  anak,  perempuan dan  laki-laki  yang  saat  ini  masing-masing  duduk  di  bangku  SD  dan  SMP.
Pada pernikahannya yang pertama, Sukur mulai terpengaruh dengan teman- teman pergaulannya. Sukur sering pulang larut malam bahkan tidak pulang
sama sekali. Hari-harinya hanya diisi dengan minum-minuman keras, pergi ke disko bersama teman-temannya. Hingga akhirnya Sukur tergoda dengan
wanita  lain.  Hal  ini  menjadi  awal  kehancuran  rumah  tangganya.  Sang  istri mulai tidak tahan dengan perlakuan Sukur, kemudian meminta Sukur untuk
menceraikannya. Pada tahun 2009 mereka bercerai. Saat  bekerja  sebagai  kurir,  Sukur  berkenalan  dengan  seorang
temannya yang bernama “Bos”. Bos merupakan teman satu profesi Sukur di perusahaan  yang  sama.  Dari  Bos  lah  Sukur  mulai  belajar  menjadi  sales
sticker.  Bos  yang  sudah  mulai  menjual  stiker  lebih  dulu  dari  Sukur mengajarkan  cara-cara  menjual  stiker,  dari  mulai  membeli  ke  agen  sampai
menjual kembali ke toko-toko kecil. Suatu saat “Sukur” sedang menawarkan produknya di sebuah warung,
di sana “Sukur” bertemu dengan perempuan. Seorang janda satu anak yang berasal dari Bogor. Saat itu “Sukur” sudah benar-benar ingin berubah dan
berniat  untuk  membangun  rumah  tangga  kembali.  Akhirnya  “Sukur” berkenalan  dengan  perempuan  tersebut  yang  diketahui  bernama  “Mawar”.
Setelah  menikah  mereka  tinggal  bersama  di  rumah  kontrakan  di  kawasan Jakarta Pusat dan tidak jauh dari rumah orang tua “Sukur”
Mengingat  pekerjaan  “Sukur”  sebagai  sales  sticker,  sering  kali “Sukur” pulang tidak tepat waktu. Kadang dia pulang saat magrib, kadang
malam  karena  tidak  tentu  mengirim  barang  kemana-mana  dan  jaraknya jauh-jauh.  Namun  sang  istri  tidak  menerima  kondisi  tersebut.  Istrinya  juga
sangat  pencemburu.  Sering  kali  dia  marah-marah  dan  mengungkit-ungkit mantan istri “Sukur” yang bernama “Melati”. Dia selalu beranggapan bahwa
“Sukur” akan kembali dengan mantan istrinya tersebut. Pada suatu hari “Sukur” pulang larut malam karena habis mengantar
“Bos”  ke  pabrik  untuk  ambil  barang.  Namun  sesampainya  di  rumah, “Mawar”  menyambutnya  dengan  wajah  cemberut.  Selayaknya  seorang
suami, “Sukur”  meminta  istrinya  untuk  melayaninya.  Namun  “Mawar”
tidak  mau,  malah  ketus  terhadapnya  dan  marah-marah  tidak  karuan. Kejadian itu berlangsung selama 2 minggu.
Akhirnya  “Sukur”  pergi  ke  rumah  mertuanya  dan  menanyakan langsung  permasalahan  rumah  tangga  mereka  kepada  mertuanya.  Saat  itu
“Mawar”  meminta  untuk  menceraikannya.  Permintaan  itupun  akhirnya dikabulkan.
Setelah  bercerai,  “Sukur”  tinggal  sendiri  di  rumah  kontrakan  yang sebelumnya  dia  tempati  bersama  “Mawar”.  Saat  itu  pula  dia  merasa
terpukul. Dia merasa sangat sedih dan kecewa atas kegagalan rumah tangga yang kedua kalinya.
                                            
                