G. Narapidana
1. Pengertian Narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan
Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, narapidana  adalah  terpidana  yang  menjalani  pidana  hilang  kemerdekaan  di
Lembaga Pemasyarakatan. Dalam  pengertian sehari-hari  narapidana adalah orang-orang  yang  telah  melakukan  kesalahan  menurut  hukum  dan  harus
dimasukkan  ke  dalam  penjara.  Menurut  Ensiklopedia  Indonesia,  status narapidana  dimulai  ketika  terdakwa  tidak  lagi  dapat  mengajukan  banding,
pemeriksaan kembali perkara atau tidak ditolak permohonan agrasi kepada presiden  atau  menerima  keputusan  hakim  pengadilan.  Status  terdakwa
menjadi  status  terhukum  dengan  sebutan  napi  sampai  terhukum  selesai menjalani hukuman penjara atau dibebaskan.
29
Harsono  mengatakan  bahwa  narapidana  adalah  seseorang  yang  telah dijatuhkan  vonis  bersalah  oleh  hakim  dan  harus  menjalani  hukuman.
Sedangkan Wilson mengatakan narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.
Jadi,  narapidana adalah  manusia  yang  melanggar norma  hukum  yang berlaku  kemudian  mendapatkan  vonis  dari  hakim  untuk  menjalani  masa
hukuman dan dibina di suatu tempat, yaitu lembaga pemasyarakatan, ingga kelak dia bisa kembali bermasyarakat dengan baik.
29
Tim  Pengkajian  Hukum  Tentang  Sistem  Pembinaan  Narapidana  Berdasarkan  Prinsip Restorative  Justice,  Tim  Kerja  Pengkajian  Umum,  Badan  Pembinaan  Hukum  Nasional
Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2012.
2. Hak-hak Narapidana
Selama  menjalani  masa  tahanan  di  dalam  lapas,  narapidana mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan;
b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan;
e. Menyampaikan keluhan;
f. Mendapatkan  bahan  bacaan  dan  mengikuti  siaran  media  massa
lainnya yang tidak dilarang; g.
Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan; h.
Menerima  kunjungan  keluarga,  penasihat  hukum,  atau  orang tertentu lainnya;
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana;
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga; k.
Mendapatkan pembebasan bersyarat; l.
Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m.
Mendapatkan  hak-hak  lain  sesuai  dengan  peraturan  perundang- undangan yang berlaku.
30
30
Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
H. Lembaga Pemasyarakatan
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Di  dalam  pasal  1  ayat  3  Undang-undang  Republik  Indonesia  Nomor 12  Tahun  1995  tentang  Pemasyarakatan  disebutkan  bahwa  lembaga
Pemasyarakatan yang  selanjutnya  disebut  lapas adalah  tempat  untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.  Pada
dasarnya  tempat  pemberdayaan  bagi  narapidana  atau orang  yang  terpidana haruslah  tempat  di  mana  nantinya  membuat  terpidana  menjadi  jera  serta
berdaya  setelah  melewati  masa  penahanan.  Adanya  sebuah  lembaga pemasyarakatan  bagi  orang  yang  terpidana  awalnya  dimaksudkan  untuk
membatasi ruang gerak narapidana atau hilangnya kebebasan, serta menjadi perlindungan  hukum  bagi korban, serta bagi pelaku tindakan kriminal agar
tidak saling main hakim.
31
Secara  filosofis  Pemasyarakatan  adalah  sistem  pemidanaan  yang sudah  jauh  bergerak  meninggalkan  filosofi  Retributif  pembalasan,
Deterrence  penjeraan,  dan  Resosialisasi.  Dengan  kata  lain,  pemidanaan tidak  ditujukan  untuk  membuat  derita  sebagai  bentuk  pembalasan,  tidak
ditujukan  untuk  membuat  jera  dengan  penderitaan,  juga  tidak mengasumsikan  terpidana  sebagai  seseorang  yang  kurang  sosialisasinya.
Pemasyarakatan  sejalan  dengan  filosofi  reintegrasi  sosial  yang  berasumsi kejahatan  adalah  konflik  yang  terjadi  antara  terpidana  dengan  masyarakat.
31
C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana Jakarta: Djambatan, 1995, h. 79.