Setelah menikah mereka tinggal bersama di rumah kontrakan di kawasan Jakarta Pusat dan tidak jauh dari rumah orang tua “Sukur”
Mengingat pekerjaan “Sukur” sebagai sales sticker, sering kali “Sukur” pulang tidak tepat waktu. Kadang dia pulang saat magrib, kadang
malam karena tidak tentu mengirim barang kemana-mana dan jaraknya jauh-jauh. Namun sang istri tidak menerima kondisi tersebut. Istrinya juga
sangat pencemburu. Sering kali dia marah-marah dan mengungkit-ungkit mantan istri “Sukur” yang bernama “Melati”. Dia selalu beranggapan bahwa
“Sukur” akan kembali dengan mantan istrinya tersebut. Pada suatu hari “Sukur” pulang larut malam karena habis mengantar
“Bos” ke pabrik untuk ambil barang. Namun sesampainya di rumah, “Mawar” menyambutnya dengan wajah cemberut. Selayaknya seorang
suami, “Sukur” meminta istrinya untuk melayaninya. Namun “Mawar”
tidak mau, malah ketus terhadapnya dan marah-marah tidak karuan. Kejadian itu berlangsung selama 2 minggu.
Akhirnya “Sukur” pergi ke rumah mertuanya dan menanyakan langsung permasalahan rumah tangga mereka kepada mertuanya. Saat itu
“Mawar” meminta untuk menceraikannya. Permintaan itupun akhirnya dikabulkan.
Setelah bercerai, “Sukur” tinggal sendiri di rumah kontrakan yang sebelumnya dia tempati bersama “Mawar”. Saat itu pula dia merasa
terpukul. Dia merasa sangat sedih dan kecewa atas kegagalan rumah tangga yang kedua kalinya.
Kehidupan sehari-harinya berjalan seperti biasa. Dia tetap berdagang stiker. Sampai akhirnya “Bos” melihat “Sukur” yang selalu murung. Dari
situlah “Bos” yang ternyata sudah lama menjadi pengguna narkoba, mengajak “Sukur” untuk memakai shabu dengan alasan agar pikiran
“Sukur” menjadi fresh. Awalnya “Sukur” menolak, namun akhirnya “Sukur” diajak oleh
“Bos” ke rumah temannya di mana dia suka mengadakan pesta narkoba. Dari sana a
khirnya “Sukur” menjadi pengguna narkoba jenis shabu. Kejadian ini terulang sampai 3 kali.
Berikut ini adalah ecomap informan “Sukur” :
Gambar 3.2 Ecomap Informan “Sukur”
Istri 1 Melati
“SUKUR” Ibu
Istri 2 Mawar
Anak 1 dan 2
Kakak Tiri
“Wowo” “Bos”
Keterangan : : mempunyai hubungan biasa saja, tidak saling
mempengaruhi satu sama lain. : mempunyai hubungan yang sangat kuat, saling
memberikan dukungan dan motifasi. : mempunyai hubungan yang kuat, dan sangat
memberikan dukungan, semangat, hal positif kepada “Sukur”.
: mempunyai hubungan yang tidak baik serta member
ikan dampak negatif kepada “Sukur”. : mempunyai hubungan yang sangat baik kepada
“Sukur”, namun memberikan dampak yang sangat tidak baik. Dan ini harus dihapuskan.
2. Informan “Damar”
Nama : “Damar” nama samaran
Usia : 50 tahun
Asal : Kediri
Status : Duda
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tindak Pidana : Kekerasan Dalam Rumah Tangga
“Damar” merupakan informan yang kedua yang peneliti wawancarai. “Damar” yang berperawakan gemuk dan mempunyai tinggi kurang lebih
165 cm, berkulit sawo matang kecokelatan, potongan rambut seperti TNI dan beruban di sebagian helai rambutnya. Matanya agak belo, hidungnya
tidak mancung dan agak besar. Bibirnya agak kehitaman karena “Damar” merupakan perokok aktif sebelum masuk ke lapas juga gigi yang agak
kuning. Matanya berwarna keabu-abuan. Di antara ketiga informan ini, “Damar” merupakan yang paling tua, usianya sudah 50 tahun.
“Damar” merupakan narapidana yang sudah menjalani masa binaan lebih dari satu tahun dengan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga.
Dia dikenakan Pasal 44 ayat 2, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan hukuman 7 tahun
masa tahanan. “Damar” berasal dari suku Jawa. Kedua orang tuanya berasal dari
Kediri. Dia pun lahir di Kediri, namun saat dia masih kecil dia harus ikut pindah bersama orang tuanya yang dinas di Jakarta dan menempati rumah
dinas yang telah disediakan dari tempat ayahnya bekerja, saat itu ayahnya
adalah seorang Pegawai Negeri Sipil. Sebelum menjadi narapidana, kehidupan “Damar” bisa dibilang mewah. Sebelumnya dia bekerja di
perusahaan susu dan mempunyai jabatan yang bisa dibilang tinggi. Dia mulai berkarir di sana sejak tahun 1992.
“Damar” merupakan duda beranak 1 yang saat ini sedang menjalankan masa belajar di kelas 3 SMA di sebuah sekolah swasta di
kawasan Jakarta Timur yang tidak jauh dari rumahnya. Istrinya meninggal pada tahun 2003 karena sakit.
Pada tahun 2010, “Damar” bertemu dengan “Hajah” yang saat itu juga menjanda dan mempunyai 2 orang anak. “Hajah” merupakan tetangga satu
k omplek dengan “Damar”. Hanya berbeda blok saja, namun mereka kerap
kali bertemu saat shalat berjamaah di masjid komplek. Sebenarnya “Damar”
sudah kenal lama dengan “Hajah”, namun hanya sebatas tetangga, tidak lebih dan tidak mempunyai perasaan apa-apa.
Seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat hingga akhirnya mereka menikah. Namun pernikahan mereka hanya pernikahan dalam
agama saja, tidak dicatat di KUA. Dengan kata lain mereka menikah siri. “Hajah” yang berusia 13 tahun lebih tua dari “Damar” tidak ingin uang
pensiunan almarhum suaminya dihentikan karena pernikahan ini, maka karena adalan itu mereka menikah siri.
Namun ternyata pernikahan mereka tidak mendapat restu dari adik “Hajah” yang bernama “Tati”. “Tati” merasa derajatnya lebih tinggi
dibanding kan dengan “Damar”. Meski diakui bahwa “Hajah” berasal dari
keluarga kaya dan kebanyakan dari mereka bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, termasuk almarhum suami “Hajah”.
Ketidaksukaan “Tati” semakin besar sehingga dia juga mempengaruhi menantu “Hajah” yang pertama, yang bernama “Jojo” sehingga “Jojo” juga
tidak suka dengan “Damar”. Mereka selalu mencari-cari kesalahan “Damar”, bahkan sampai hal sekecil apa pun. Mereka selalu menuduh
“Damar” kalau “Damar” tidak menafkahi “Hajah” dengan benar dan tidak seba
nding dengan apa yang sudah diberikan alhmarhum suami “Hajah”. Padahal saat itu gaji “Damar” hanya selisih Rp. 20.000 dengan gaji
almarhum suaminya yang saat itu bekerja di instansi pemerintahan. Pada suatu saat, “Damar” bertengkar dengan “Hajah”. Namun
pe rtengkaran mereka semakin memanas karena “Tati” dan “Jojo” ikut
campur dan membuat kondisi semakin memanas. Hingga “Damar” melakukan kekerasan kepada “Hajah”. Melihat kejadian itu, “Tati” dan
“Jojo” melaporkan “Damar” ke Polisi. Mereka menjadikan kejadian ini untuk memisahkan “Damar” dan “Hajah” serta ingin menjebloskan
“Damar” ke penjara. Meski sebenarnya permasalahan ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan antara “Damar” dan “Hajah”, namun “Tati” dan “Jojo”
tetap bersikeras untuk melanjutkan kasusnya hingga tingkat pengadilan hingga akhirnya “Damar” masuk ke damal lapas pada Maret 2013. Hingga
pada bulan Juni 2014 “Damar” mendapat kabar bahwa “Hajah” meninggal dunia karena penyakit komplikasi yang dideritanya.
Gambar 3.3 Ecomap Informan “Damar”