Informan “Damar” Profil Informan

Gambar 3.3 Ecomap Informan “Damar” Keterangan : : mempunyai hubungan yang sangat kuat dan saling memberikan efek positif. Saling ketergantungan antara 1 dengan yang lainnya. : mempunyai hubungan yang kuat dan sangat memberikan pengaruh positif kepada “Damar”. : mempunyai hubungan yang baik namun biasa-biasa saja. Tidak memberikan efek negatif atau pun positif bagi keduanya. Atau pun hubungan yang spesial. : mempunyai hubungan yang sangat tidak baik. Garis putus-putus menandakan hubungan keduanya tidak akur. “DAMAR” “Jojo” “Hajah” “Tati” “Anak Kandung ” “Anak Tiri 1 ” “Anak Tiri 2 ”

3. Informan “Inal”

Nama : “Inal” nama samaran Usia : 30 tahun Asal : Jakarta Status : Single Pekerjaan : MahasiswaMontir Tindak Pidana : Penyalahgunaan Narkotika Informan yang terakhir peneliti wawancarai adalah “Inal”. “Inal” mempunyai warna kulit yang putih, alisnya tebal. Hidungnya tidak terlalu mancung dan agak kecil. Bibirnya berwarna merah kehitaman karena efek rokok. Giginya tertata rapi namun agak sedikit kuning yang juga disebabkan karena rokok. Wajahnya berbentuk oval dengan jambang yang yang hitam. Rambutnya lurus dan hitam. Perawakannya tidak terlalu besar, namun badannya berisi. Mempunyai tinggi kurang lebih 170an. “Inal” dikenakan Pasal 112 dan 127 Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan hukuman 8 tahun masa tahanan. Dia terbukti memiliki shabu seberat 3 gram yang akan diberikan kepada temannya yang juga pengguna narkotika. “Inal” juga terbukti menggukanan narkotika ketika menjalani tes urin. “Inal” merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Kakaknya perempuan yang terpaut usia 3 tahun di atasnya, sedangkan kedua adiknya adalah laki- laki kelahiran tahun 1986 dan 1990. Ibunya seorang ibu rumah tangga berasal dari Bandung, sedangkan ayahnya seorang pria berdarah Arab yang merupakan seorang pemilik agen gas elpiji di kawasan Kemayoran. Pada awalnya, “Inal” merupakan seorang anak yang baik. Dia aktif dalam organisasi remaja masjid di sekitar rumahnya. Dia merupakan seorang yang mudah bergaul. Keluarganya juga sangat harmonis. Saat itu dia belum mengenal apapun. Namun terjadi keterakan dalam keluarganya. Sa at itu “Inal” kelas 2 SMK. “Inal” yang yang saat itu mulai merasa tidak nyaman di rumah karena sering melihat orang tuanya berkelahi menjadi sering menginap di rumah temannya yang satu sekolah dengannya. “Inal” jarang pulang bahkan sekalipun pulang hanya untuk mandi dan berganti pakaian saja, setelah itu dia kembali ke rumah temannya yang juga mempunyai bengkel motor. Suatu ketika “Inal” pulang ke rumah dan mendapati ibunya sedang menangis dan ayahnya marah-marah. Keadaan rumah sudah seperti kapal pecah, barang berserakan di mana-mana dan sangat tengang. Kakak dan adik-adiknya hanya bisa menangis melihat keadaan itu. Namun dia cuek saja dan berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hanya bertanya “kenapa nih?” setelah itu dia mengambil beberapa baju miliknya dan meninggalkan rumah. Beberapa hari setelah kejadian itu, orang tua “Inal” memutuskan untuk bercerai. Kakak dan adik-adiknya memutuskan untuk ikut tinggal bersama ibunya di Bekasi, sedangkan “Inal” tetap tinggal bersama dengan ayahnya di Kemayoran. “Inal” memutuskan untuk tinggal di bengkel milik temannya. Sehari- hari setelah pulang sekolah dia menghabiskan waktu di bengkel. Saat itu penghasilannya sekitar 200.000 – 300.000 perhari, jadi dia merasa tidak perlu pulang ke rumah dan meminta uang kepada ayahnya. Hubungan dia dengan ayahnya pun menjadi renggang karena jarang berkomunikasi. Pergaulannya pun semakin tak terkendali. “Inal” menjadi sering mabuk-mabuk bersama teman-temannya. Sampai akhirnya dia mengenal shabu-shabu dari seorang temannya yang juga sering main ke bengkel tersebut. Kejadian ini sering dilakukan hingga dia sendiri lupa sudah berapa kali menggunakan barang haram tersebut. “Inal” pun masuk ke sebuah universitas swasta di Jakarta. Di kampusnya, dia mendapat banyak teman baru. Dari mulai kalangan menengah ke bawah hingga teman-teman yang berasal dari keluarga kaya. Kehidupannya semakin berantakan. Sejak saat itu dia mulai sering pergi ke tempat klabing, diskotik dan hiburan malam lainnya. Dia mulai menggunakan banyak jenis obat-obatan terlarang. Semua didapat secara gratis dari teman-temannya yang kaya. Selain obat terlarang, dia juga sering melakukan balap liar di kawasan Jakarta. Kadang dia melakukan di Kemayoran, Pramuka, hingga ke bundaran HI. “Inal” menjadi anggota geng motor, dari mulai motor matic, manual, hingga motor-motor besar seperti Ninja. Namun petualangan “Inal” akhirnya berakhir. Saat itu temannya akan mengadakan pesta ulang tahun dengan berpesta shabu. Temannya yang bernama “Joni” meminta tolong kepada “Inal” untuk membelikan barang tersebut, karena “Inal” tahu di mana dia bisa mendapatkan barang tersebut. Namun saat dia mengantarkan barang tersebut ke rumah “Joni”, ternyata di sana sudah ada beberapa orang polisi yang ternyata sudah mengangkap “Joni” lebih dulu. Hingga akhirnya mereka berdua ditangkap dan ditahan di lapas yang sama. Gambar 3.4 Ecomap Informan “Inal”

Dokumen yang terkait

Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) Terkait dengan Hak Menerima Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

27 281 161

Pelaksanaan Therapeutic Community Dan Rehabilitasi Terpadu Bagi Narapidana Narkotika Dan Psikotropika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan

7 73 123

Program Reintegrasi Sosial Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lapas Klas Ii A Narkotika Cipinang Jakarta

15 184 127

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 10 72

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 4 70

PELAKSANAAN REHABILITASI BAGI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LAPAS NARKOTIKA KLAS II A CIPINANG JAKARTA TIMUR

2 24 150

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN Resiliensi Narapidana Dewasa Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen.

0 1 16

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN Resiliensi Narapidana Dewasa Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen.

0 2 17

Peninjauan Kebijakan Lembaga Pemasyarakatan tentang Program Perkuliahan Ilmu Hukum Untuk Pengembangan Pembinaan Narapidana (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang).

0 0 10

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 0 12