Pembinaan Rohani Keagamaan Pembinaan Kepribadian

Namun materi yang ditekankan di sini adalah materi yang berhubungan dengan norma-norma, hukum, nilai-nilai, tentang bagaimana menjalani hidup sesuai dengan ajaran Tuhan yang Maha Esa. Ini jug sesuai dengan pa yang dikatakan oleh Bapak Syarpani. “iya materinya materi-materi keagamaan, terutama tentang akhlaq, hukum-hukum, apa itu haram apa itu halal.. banyak ya.. tapi itu tergantung ustadznya mau kasih materinya seperti apa. Yang penting kita nih sudah memberikan, hmm apa namanya itu, pelajarannya.. apa saja yang harus diajarkan.. nanti materinya terserah ustadznya mau gimana..” “Sama sih, tapi ya kalo dulu kan cuma gitu aja ya, dasar- dasarnya aja. Kalo di sini tuh lebih, gimana ya, lebih kayanya ngena aja, pas banget sama apa yang dialamin, yang diperbuat. Lebih tentang kehidupan sih, maksudnya kaya gimana sih kita harus berprilaku, kalo kaya gini nanti bakal gimana. Gitu sih. Pokoknya lebih dalem lagi lah.” 50 Dari wawancara di atas diketahui bahwa materi-materi yang diajarkan lebih menekankan pada akidah dan akhlaq. Semua materi yang disampaikan kepada narapidana tergantung dengan pengajar atau ustadz. Ustadz-lah yang menyusun dan menentukan materi. Lembaga pemasyarakatan tidak menyusun materi, hanya menentukan pelajaran- pelajaran apa saja yang harus diberikan kepada narapidana. metode ini menggunakan pendekatan dari atas atau top down approach seperti yang sudah dijelaskan pada BAB II hal 28, materi pembinaan berasal dari pembina atau paket pembinaan bagi narapidana telah tersedia dari atas, narapidana tidak ikut menentukan jenis pembinaan yang akan dijalaninya. 51 50 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. 51 C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana Jakarta: Djambatan, 1995, h. 344. Materi-materi yang diberikan juga harus berhubungan dengan kehidupan narapidana, kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Agar mereka lebih mengerti dan menyadari apa yang sebernarnya mereka lakukan adalah kesalahan dan mereka harus memperbaikinya. Sehingga mereka bisa menghayati kehidupan mereka dan menjadi manusia yang lebih baik. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Siddiq, salah satu ustadz yang mengajar di Lapas Cipinang. “Materi tetep kita yang buat. Ga, lapas ngasih tau aja nih, ‘nih apa aja nih yang harus diajarkan’, kan disitu ada fiqh ya, nahwusorop. Tapi tetep kita yang buat materinya. Misalnya hari ini saya mau kasih materi tentang solat, ya sudah, saya yang buat materinya seperti apa, cara menyampaikannya seperti apa. Intinya ya kita kan di sini ajarin buat mereka ini ya narapidana, jadi lebih ditekankan aja tentang dosa apa ga. Hahaha. Ya tentang hukum-hukum Islam lah, tentang tauhid sih yang paling utama.” Tidak hanya pembinaan keagamaan yang berbentuk ceramah atau materi-materi saja, pembinaan keagamaan juga menyediakan alat musik bagi mereka yang ingin bermain qosidah, marawis dan melantunkan lagu-lagu rohani. Saat itu peneliti melihat kegiatan narapidana yang sedang bermain marawis di halaman Masjid Baiturrahman 52 , dan hal ini dibenarkan oleh Bapak Suwarno. “ini mbak, mereka nih kalo abis pembinaan biasanya kan kosong tuh, jadi mereka main marawis, qosidah. Biasanya sih nyanyiinnya lagu-lagu Islam. Mungkin kalo pake lagu mereka bisa lebih menghayati lagi kali ..” Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan juga menyediakan kelompok marawis atau kegiatan lain selain ceramah yang biasa disampaikan oleh ustadz. Melalui kesenian 52 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 5 Januari 2015. ini diharapkan narapidana bisa lebih memahami dan mengekspresikan keyakinan mereka kepada Tuhan. “oh iya mbak, kita emang suka adain lomba.. biasanya kalo hari-hari besar, 17-an, atau hari jadi lapas, biar pada semangat juga nih wbp-nya.. itu piala buat yang lomba kemarin.. kemarin kita abis ngadain lomba, nanti tinggal dibagikan aja hadiahnya, tuh masih ada yang belum dibungkusin..” 53 Dari wawancara di atas diketahui bahwa di sana juga sering diadakan perlombaan seperti lomba adzan, lomba qiro’ah atau MTQ, lomba marawis dan lomba yang berhubungan dengan keagamaan. Perlombaan ini biasanya diadakan pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 17 Agustus, Hari Ulang Tahun Lembaga Pemasyarakatan dan hari besar lainnya. Saat peneliti berkunjung, lapas baru saja mengadakan perlombaan dan saat itu banyak piala yang disimpan di perpustakaan yang selanjutnya akan diberikan kepada pemenang lomba. 54 Dalam hal ini juga peneliti menanyakan langsung kepada Informan Inal. “lomba sering juga sih, kaya lomba azan gitu, lomba baca qur’an, qiro’ah gitu.. biasanya kalo 17-an, hmm.. ulang tahun lapas, ya hari-hari besar gitu sih. Nih kemaren juga abis lomba, tuh pialanya banyak kan? hehehe..” 55 Namun dari sekian banyak narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, hanya sekitar 200 orang yang mengikuti kegiatan ini meski pun pembinaan keagamaan ini merupakan program wajib dan menjadi salah satu persyaratan ketika mereka ingin mengajukan Pembebasan Bersyatan, Cuti Bersama, Cuti 53 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 54 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 9 Maret 2015. 55 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. Menjelang Bebas atau asimilasi lainnya. Hal ini peneliti dapat dari pantauan selama menjalani penelitian di Lapas Cipinang. Ini juga diperkuat dengan informasi yang peneliti dapat dari informan. “Berapa ya, ga tentu sih. Ya ga banyak juga. Paling 200-an lah. Itu juga kan ada yang beneran aktif ada yang nanti dateng nanti engga. Tapi ya sekitar segituan lah.” 56 “Hmm. sediki, ya 200-an lah. Dikit kan kalo diliat dari keseluruhan? Haha. Gitu sih, pada males.” 57 Dari wawancara di atas diketahui bahwa jumlah narapidana yang aktif mengikuti pembinaan keagamaan tidak banyak. Sebagian besar narapidana tidak mengikuti pembinaan dengan alasan malas. Dari 200 orang yang aktif mengikuti pembinaan, masih ada yang tidak konsisten. Mereka sesekali datang mengikuti pembinaan, kemudian tidak datang pada pertemuan berikutnya. “Yang aktif mengikuti pembinaan sih ga banyak ya, dari 2900- an cuma sekitar 200 orangan aja sih mbak. Ya gimana kan kita engga bisa maksa ya. Yang penting mereka niat mau ngikutin pembinaan, kan kalo gitu berarti mereka emang mau berubah.” 58 Namun dengan jumlah narapidana yang hanya sedikit untuk mengikuti pembinaan keagamaan, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang tidak bisa berbuat banyak. Lapas tidak memaksakan narapidananya untuk mengikuti pembinaan keagamaan walau sebenarnya kegiatan ini wajib. Lapas hanya mengandalkan kesadaran dan niat dari diri narapidana untuk mengikuti pembinaan keagamaan. 56 Wawancara Pribadi dengan Informan Sukur, pada tanggal 5 Januari 2015. 57 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. 58 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. Tenaga pengajar yang menjadi tim pengajar merupakan ustadz, orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta juga bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti Kementerian Agama, Istiqlal, Al-Azhar, dan Tim ESQ Emotional Spiritual Quotient. “Kita di sini ada namanya tamping, itu mereka yang bantuin perugas-petugas di sini. Ya kayak gini nih kan kalo belajar Qur’an, Halaqoh gitu kan mereka narapidana juga banyak ya yang lebih pinter dari temen-temennya, itu mereka yang ngajarin.” Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ada narapidana yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari narapidana lainnya, lalu diangkat atau direkrut untuk dijadikan tamping 59 tahanan pendamping dan ikut menjadi tenaga pengajar, terutama pada Halaqoh baca tulis Qur’an, Iqro’ atau Juz ‘Amma. Ini dilakukan untuk membantu ustadz karena memang tim pengajar sangat kurang. Hal ini juga diterapkan karena narapidana lebih nyaman diajarkan dengan temannya sendiri. Tamping ini berguna karena membantu mengerjakan sebagian pekerjaan staff di lembaga pemasyarakatan. Dalam hal ini, tamping ditugaskan di berbagai tempat dan kegiatan di masjid. Menjadi pengurus masjid, menjadi admin di perpustakaan hingga menjadi asisten Ustadz. Para tamping juga diberikan seragam lain yaitu berupa baju koko berwarna putih yang bergambar masjid di dada sebelah kiri berwana biru. 60 Dilihat dari 59 Tamping tahanan pendamping adalah sebutan bagi narapidana yang memiliki kemampuan, keahlian, yang dipercaya untuk mengerjakan sebagian tugas di dalam lembaga pemasyarakatan. 60 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 5 Januari 2015. penjelasan ini, maka pembinaan keagamaan ini menerapkan terapi kelompok atau social group work method. Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB II hal 33, bahwa terapi kelompok adalah metoda pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesionalnya 61 . “kalau tamping itu kita memang melihat dari keseharian mereka. Terus juga biasnya kita ambil dari pemenang- pemenang juara lomba adzan misalnya, MTQ. Kadang ada yang sebelum masuk sini dia ikut marawis di masjid dekat rumahnya, lalu mereka ngajarin temannya yang lain yang ikut marawis di lapas. Seperti mas yang di luar itu kan tadinya dia ikut marawis di rumahnya. ” 62 Untuk menjadikan narapidana sebagai tamping, biasanya staff lapas melihat keseharian narapidana, apakah narapidana tersebut rajin, benar-benar mengikuti rangkaian kegiatan pembinaan di lapas atau tidak. Kemudian dari perlombaan-perlombaan yang diadakan itu pula biasanya para staff dan pembina ustadz melihat kemampuan narapidana. Narapidana yang menjadi juara atau pemenang lomba dan rajin mengikuti kegiatan di lapas inilah yang menjadi sasaran para staff untuk dijadikan tamping. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan informan “Inal” yang mengatakan bahwa: “sebelum saya jadi tamping di sini tuh emang saya rajin ke masjid, saya suka aja kalo di masjid itu tenang kayanya. Terus emang basic-nya saya kan dulu bisa ngaji, ya walau ga pinter- pinter amat sih. Terus mungkin staff di sini liat saya rajin, awalnya saya cuma bersih-bersih masjid aja. Pas kebetulan lagi butuh tamping terus staff liat saya bagus, jadi saya ditawarin. Ya Alhamdulillah sekarang saya jadi pengurus di sini. ” 63 61 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri – Memperkuat Corporate Social Responcibiliy, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 43. 62 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 63 Wawancara pribadi dengan informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2014. Ini juga diperkuat oleh pernyataan Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan yang mengatakan: “pembinaan itu wajib buat seluruh narapidana. Cuma kalau tamping memang kita pilih, kita lihat kemampuan dan keseriusan mereka. Sehingga mereka bisa ajak teman-temannya, mengajarkan teman-temannya. Kita cari yang bisa. ” 64

b. Pembinaan Jasmani Olahraga

Selain pembinaan kerohanian atau pembinaan keagamaan, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang juga mengadakan pembinaan jasmani atau olahraga. Pembinaan ini juga bisa dibilang wajib, karena menurut pihak lapas pembinaan akan menjadi lengkap apabila yang dibina itu rohani dan jasmaninya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Suwarno: “iya, jadi pembinaan di sini itu ada dua macam. Pembinaan agama dan pembinaan olahraga, karna yang kita bina itu jiwa dan raga, rohani dan jasmani. Dua-duanya ada di bidang bimbingan kemasyarakatan.. ” 65 Olahraga yang dilakukan di lapas bermacam-macam, mulai dari voli, futsal, bulu tangkis dan tenis meja. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00, lalu dilanjutkan lagi pada sore hari setelah shalat ashar. Tenaga pengajar yang membina merupakan orang yang juga ahli di bidangnya masing- masing. Dalam hal ini pihak lapas bekerjasama dengan kampus Universitas Negeri Jakarta UNJ. Seperti pada pembinaan keagamaan, narapidana yang juga memiliki keahlian lebih dalam 64 Wawancara pribadi dengan Kepala Sesi Bimbingan Kemasyarakatan, Pak Syarpani, pada tanggal 16 Februari 2015. 65 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. bidang olahraga juga dijadikan tamping yang ikut mengajarkan teman- temannya. Seperti halnya dengan pembinaan keagamaan, pembinaan jasmani atau kegiatan olahraga ini juga sering mengadakan perlombaan atau pertandingan. Namun pertandingan ini dilakukan tidak hanya antara narapidana Lapas Cipinang saja, tetapi juga pertandingan antar lapas di Kanwil Jakarta, bahkan antar Kanwil Luar Jakarta. Hal ini peneliti ketahui ketika peneliti berkunjung ke sana dan sedang dilaksanakannya perlombaan antar lapas di Indonesia. 66 Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Suwarno. “Iya mbak, ini lagi ada tanding sama Lapas Tangerang. Emang sering ada pertandingan gini. Ya mereka kan butuh hiburan juga, biar semangat juga, kan kalo ada kegiatan seperti ini mereka jadi ‘wah, seru nih. Ikutan ah.’ Atau paling engga jadi tontonan, ya hiburan lah.” Dari pekataan di atas ditegaskan bahwa pertandingan- pertandingan yang diadakan bertujuan untuk memberi hiburan dan semangat bagi narapidana, karena yang telah diketahui narapidana malas untuk mengikuti kegiatan yang ada di lapas. Dengan perlombaan atau pertandingan seperti ini diharapkan narapidana tertarik untuk mengikuti kegiatan olahraga. 66 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 2 Februari 2015.

2. Pembinaan Kemandirian

a. Pembinaan Kemampuan Intelektual

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta mengadakan pembinaan kemampuan intelektual. Hal ini peneliti dapat dari pernyataan Sukur yang mengatakan sebagai berikut. “Pendidikan,, ehmm.. Ga tau deh tapi kayanya ada sih di dalem.. Iya itu yang kaya sekolah gitu? Iya ada itu, SD, SMP, SMA.. Yang dari Universitas juga ada kayanya sih..” Dari wawancara di atas menerangkan memang benar bahwa Lapas Cipinang mengadakan pembinaan intelektual. Pembinaan intelektual ini dilakukan seperti halnya dengan pendidikan di sekolah, dari mulai SD, SMP dan SMA hingga perguruan tinggi. Hal sama juga peneliti dapat dari pernyataan Inal yang mengatakan sebagai berikut. “Iya ada, ada sebenernya. Cuma saya ga mau ikut aja. Hehehe. Dari SD, SMP, SMA ada sih kaya paket gitu A, B, C. Iya kejar paket. Kalo yang S1-nya itu dari Universitas Bung Karno, tapi Ilmu Hukum aja sih kayanya. Iya itu yang ngajar dari sana, dosen-dosen Universitas Bung Karno g itu.” Pernyataan di atas memberikan keterangan bahwa Lapas Cipinang menyediakan program pendidikan penyetaraan SD, SMP dan SMP melaui paket A, B dan C. Tidak hanya itu, Lapas Cipinang juga menyediakan program pendidikan Strata 1 Ilmu Hukum bagi narapidana yang ingin menimba ilmu dan mempunyai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk pendidikan S1 Lapas Cipinang bekerjasama dengan Universitas Bung Karno, dan yang mengajar di lapas juga merupakan dosen-dosen dari universitas tersebut. Namun saat ini hanya Program Studi Ilmu Hukum saja yang ditawarkan bagi para narapidana. Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Bapak Suwarno yang mengatakan sebagai berikut: “Oh ada, ada. Iya memang ada. Kita di sini sebenernya lengkap, udah disediakan buat wbp warga binaan pemasyarakatan di sini. Tinggal merekanya aja mau atau engga. Kalo pendidikan sih emang kita ada program paket A, B, C. Kalo mau sampe S1 juga ada, kita kerja sama sama Universitas Bung Karno itu loh. Iya, iya emang disediakan. Tapi iya emang Jurusan Ilmu Hu kum aja yang disediain.” Dari keterangan-keterangan di atas dapat diketahui bahwa Lapas Cipinang mengadakan pembinaan kemampuan intelektual, hal ini sesuai dengan pola pembinaan berdasarkan perspektif pekerjaan sosial yang telah dituliskan dalam BAB II hal 21 bahwa pendidikan di penjara memiliki dua tujuan yaitu untuk memperoleh pelatihan akademis formal sebanding dengan sekolah dan yang kedua adalah tujuan asrama dari sosialisasi ulang sikap dan perilaku narapidana. 67 Dan pola pembinaan menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang dijelaskan dalam BAB II hal 26 bahwa pembinaan kemampuan intelektual dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun nonformal seperti program kejar paket A atau melanjutkan pendidikannya di sekolah umum.

b. Bimbingan Kerja

Selain diadakannya pembinaan intelektual yang memberikan pengetahuan berupa pendidikan seperti layaknya di sekolah, Lembaga 67 Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare Institutions : Social Problems, Services and Current Issues Chicago: The Dersey Press, 1986, h. 294.

Dokumen yang terkait

Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan (PPLP) Terkait dengan Hak Menerima Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

27 281 161

Pelaksanaan Therapeutic Community Dan Rehabilitasi Terpadu Bagi Narapidana Narkotika Dan Psikotropika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan

7 73 123

Program Reintegrasi Sosial Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lapas Klas Ii A Narkotika Cipinang Jakarta

15 184 127

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 10 72

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 4 70

PELAKSANAAN REHABILITASI BAGI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LAPAS NARKOTIKA KLAS II A CIPINANG JAKARTA TIMUR

2 24 150

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN Resiliensi Narapidana Dewasa Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen.

0 1 16

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN Resiliensi Narapidana Dewasa Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen.

0 2 17

Peninjauan Kebijakan Lembaga Pemasyarakatan tentang Program Perkuliahan Ilmu Hukum Untuk Pengembangan Pembinaan Narapidana (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang).

0 0 10

PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta)

0 0 12