sampai seterusnya adalah 100, Asumsi yang dipakai adalah produk terjual 100 dari yang diproduksi. Jumlah produksi untuk tahun pertama sebesar 128,000 kg untuk tahun kedua sebesar
144,000 kg dan untuk tahun ketiga sampai tahun kesepuluh kapasitas produksi LCM serbuk sawit sebesar 160,000 kg. Total penjualan dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan perhitungan seluruh biaya yang berkaitan dengan harga LCM serbuk sawit sehingga dapat diperoleh harga akhir untuk konsumsi perusahaan penyedia lumpur pengeboran
dan perusahaan pengeboran minyak tidak terlalu tinggi, hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan tidak terlalu mahal untuk pembuatan LCM serbuk sawit tersebut.
Penerimaan tahunan didapatkan dari hasil penjualan pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah setiap tahun seluruh produk yang diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan
LCM serbuk sawit yang diproduksi telah memiliki standar kualitas dan harga kompetitif, sehingga dengan spesifikasi yang dihasilkan diharapkan dapat bersaing dipasaran. Ditargetkan 100 persen
LCM serbuk sawit dapat terjual dari total produk yang diproduksi pada tahun tersebut. Pada tahun- tahun berikutnya penjualan tetap dipertahankan sebesar 100 persen dari total LCM serbuk sawit
yang diproduksi. Asumsi biaya operasional dapt dilihat pada lampiran 12 dan perhitunga total biaya operasi pabrik dapat dilihat pada lampiran 13.
5. Proyeksi Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi- laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini
menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan rugi-laba dalam suatu periode tertentu.
Laporan laba rugi mempunyai 2 unsur yaitu pendapatan dan bebanbiaya : Penghasilan income
Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akutansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan seperti penjualan barang produk dan produk samping.
Beban expanse Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akutansi dalam bentuk arus
keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Contoh yang termasuk dalam kategori
bebanbiaya adalah biaya pemasaran, biaya gaji karyawan, biaya penyusutan dan sejenisnya. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba
bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi earning before interest and tax EBIT yang dikurangi dengan pembayaran angsuran dan pajak. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat
pada lampiran 14. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang no.17 tahun 2000, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian
menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas.
6. Proyeksi Arus Kas
Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu, aliran kas awal initial cash flow, aliran kas periode operasi operational cash flow, dan aliran kas terminal terminal cash
flow. Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi
kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya pembangunan unit instalasi. Aliran kas periode operasi merupakan aliran kas yang masuk dari penjualan produk dan aliran kas
yang keluar yang terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, depresiasi dan pajak. Aliran kas terminal adalah aliran kas yang didapat pada saat proyek berakhir, aliran kas ini terdiri dari dari
nilai sisa salvage value aktiva tetap dan pengembalian recovery modal kerja. Soeharto, 2000. Proyeksi arus kas dapat dilihat pada lampiran 15.
7. Titik Impas Break Event Point
Titik impas adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan
biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, analisa titik impas juga memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya
tetap dan biaya variabel. Perhitungan titik impas untuk pabrik LCM serbuk sawit adalah : BEP
= Biaya Tetap
1- Biaya Variabel Penerimaan BEP
= 390,051,315
1- 185,715,200 740,259,000 = Rp. 520,068,420
atau = 112,447 kg
8. Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Pay Back Period PBP. Untuk
menentukan layak atau tidaknya proyek tersebut didanai, maka diperlukan metode yang memperhitungkan pula berubahnya nilai uang terhadap waktu atau faktor diskonto. Hal ini
dikarenakan faktor diskonto merupakan suatu teknik, dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya
pada masa sekarang Gittinger, 1986. Perhitungan berbagai kriteria investasi harus didasarkan pada proyeksi arus uang, dalam
hal ini proyeksi arus uang bersih net cash flow. Net cash flow merupakan hasil penjumlahan laba bersih dengan penyusutan. Nilai ini merupakan penerimaan nilai riil yang dapat diperhitungkan
untuk pengembalian bunga pinjaman dan angsuran serta untuk memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit. Berdasarkan proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria
investasi.
a. Net Present Value NPV
Net Present Value NPV merupakan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang
tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi,
maka proyek tersebut menguntungkan sehingga dinyatakan layak dan begitu pula sebaliknya. Nilai NPV yang diperoleh untuk proyek pendirian pabrik LCM serbuk sawit adalah sebesar
723,717,481. Nilai tersebut lebih besar dari nol, ini berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan nilai uang, sehingga pendirian pabrik ini dianggap layak sesuai perhitungan NPV.
b. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return IRR atau arus pengembalian internal merupakan tingkat kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat dinyatakan sebagai tingkat suku
bunga pinjaman bank yang menghasilkan nilai NPV aliran kas masuk sama dengan dengan aliran kas keluar. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan
dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku di lembaga keuangan yang ada yaitu ditetapkan sebesar 12 persen. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga bank,
maka usaha dinyatakan layak. IRR pada usaha ini sebesar 30 persen yang berarti bahwa pendirian pabrik LCM serbuk sawit layak untuk dilaksanakan.
c. Net BC Ratio
Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio menunjukkan manfaat yang diberikan dari proyek ini untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Nilai Net BC dihitung
berdasarkan nilai arus kas yang telah diperhitungkan nilai perubahannya terhadap waktu. Nilai net BC proyek ini diperoleh sebesar 2.19 yang menunjukkan bahwa pendirian pabrik LCM serbuk
sawit ini layak untuk dilaksanakan, karena nilai net BC lebih besar dari satu.
d. Pay Back Period PBP
PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Menurut Rangkuti 2000, Pay back period
adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanam dalam proyek dapat kembali dan menggambarkan lamanya waktu agar dana yang telah diinvestasikan dapat
dikembalikan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini adalah 3.8 tahun yang berarti
untuk mengembalikan investasi awal pabrik dibutuhkan waktu 3 tahun 8 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri LCM serbuk sawit layak untuk
didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek. Berdasarkan semua kriteria investasi yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan
bahwa industri pengolahan batang kelapa sawit menjadi LCM serbuk sawit layak untuk direalisasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 dan lampiran 16.
Tabel 21. Penilaian kriteria investasi
Kriteria Nilai
NPV 723,717,481
IRR 30
Net BC 2.19
PBP Tahun 3.8
9. Analisis KepekaanSensitivitas
Analisis kepekaan ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter dalam aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Bila nilai unsur tertentu
berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap keputusan investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur
yang dimaksud.
Gray et al. 1992 menambahkan, analisis sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi
perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian
tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selanjutnya, Gray et al. 1992 menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan dalam biaya konstruksi cost over run, karena perhitungan yang terlalu rendah yang kemudian ternyata pada saat pelaksanaan biaya meningkat karena harga peralatan,
mesin, dan bahan bangunan meningkat. b. Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turun harga di pasaran umum.
c. Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerja. Analisa sensitivitas dilakukan terhadap perbedaan proses yang dapat berpengaruh dengan
harga jual dan kapasitas yang dihasilkan, kenaikan harga bahan baku, dan penurunan harga jual produk. Analisis dilakukan pada empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, BC Ratio. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis sensitivitas terhadap penurunan kapasitas dan harga jual
Perubahan Kriteria investasi
NPV IRR
Net BC PBP tahun
Penurunan Kapasitas menjadi 80,000 kgtahun 342,206,175
22 1.68
4.7 Penurunan harga jual sebesar 10 persen
25,368,897 13
1.04 7.0
Penurunan harga jual sebesar 20,7 persen 224,127,612
6 0.63
10.5 Penurunan harga jual sebesar 20,8 persen
226,544,043 6
0.63 10.5
Pengurangan kapasitas guna mengetahui apakah jumlah kebutuhan yang saat ini digunakan berdasarkan kebutuhan pasar dapat berpengaruh terhadap harga produk dan kriteria
investasi yang cenderung lebih besar apabila dibandingkan dengan keadaan normal. Harga produk yang pada awalnya adalah Rp. 3,854 per kilogram menjadi lebih tinggi yaitu Rp. 6,417 per
kilogram dengan kriteria kelayakan investasi yang menunjukkan industri ini masih layak didirikan. Sama halnya dengan sensitivitas terhadap penurunan harga mempunyai titik kritis
berkisar antara 10 dan 20,7 sampai 20,8 persen dari harga awal Industri masih dikatakan layak jika terjadi penurunan harga sebesar 10 persen. Namun, jika sudah mencapai penurunan sebesar
20,7 sampai dengan 20,8 persen maka industri sudah dianggap tidak layak, karena semua kriteria investasi atau salah satu menunjukkan ketidaklayakan. Penurunan masih diperbolehkan sampai 10
persen. Jadi jika akan melakukan potongan harga, batas maksimalnya adalah sampai Rp. 3469 per kilogram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai dengan Lampiran 20.
VI. IMPLEMENTASI SISTEM
Tahap akhir dalam proses pengembangan perangkat lunak adalah implementasi sistem. Implementasi sistem merupakan tahap merubah desain arsitektur sistem menjadi sebuah perangkat
lunak. Tahap implementasi dimulai dengan mengidentifikasi atribut tiap objek yang terdapat pada model data konseptual. Atribut-atribut tersebut akan digunakan sebagai acuan pembuatan
rancangan database yang dikumpulkan dalam sebuah tabel besar. Tahap-tahap dalam implementasi paket program SPKPalmpowder 1.0 meliputi pembuatan struktur data, pembuatan
kerangka pengkodean dan tahap pembuatan perangkat lunak. Paket program SPKPalmpowder 1.0 mempunyai tampilan yang menarik dengan bahasa
antar muka yang digunakan adalah bahasa Inggris sehingga dapat dimengerti tidak hanya di Indonesia akan tetapi dapat dimengerti oleh pengguna yang berasal dari negara lain. Paket
program SPKPalmpowder 1.0 akan dapat membantu calon investor atau pelaku industri pengeboran minyak dan kelapa sawit dalam perencanaan industri LCM serbuk sawit dengan
memberikan informasi kelayakan investasi dan penjadwalan penebangan sehingga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi dalam agroindustri LCM serbuk sawit dengan mengurangi resiko
kegagalan dalam investasinya. Dalam pengembangannya, SPKPalmpowder 1.0 menggunakan bahasa pemograman
Pascal yang terintegrasi dalam perangkat lunak Borland Delphi 7 Borland 2002 sebagai desain Graphic User Interface. Manajemen basis data pada SPKPalmpowder 1.0 ada dua jenis, yaitu
basis data lokal local database dan basis data online online database sehingga SPKPalmpowder 1.0 memungkinkan diintegrasikan dengan perangkat lunak berbasis web web
based application. Manajemen basis data lokal yang digunakan adalah Microsoft Acces 2007 Microsoft 2007 dengan koneksi yang digunakan adalah activeX data object ADO. Sedangkan
manajemen basis data online yang digunakan adalah MySQL Oracle 2009 dengan koneksi yang digunakan adalah open database connection ODBC. Semua perangkat lunak yang digunakan
tersebut dijalankan pada sebuah perangkat komputer notebook dengan spesifikasi, prosesor Intel Core memori RAM 1GB. Kapasitas hardisk 160 GB. Selama pembuatan, sistem dilakukan
pengujian testing maupun pelacakan kesalahan debugging baik pada saat pembuatan masing komponen halaman maupun ada saat penyatuan.
Tujuan pengujian dan pelacakan adalah agar dapat memimalkan kesalahan yang terdapat pada paket program baik kesalahan pengkodean syntax error maupun kesalahan logika semantic
logical error. Setelah semua pengujian sudah dilakukan, langkah selanjutnya adalah verifikasi sistem menggunakan data real di lapangan untuk melihat apakah keluaran SPKPalmpowder 1.0
telah sesuai dengan pada saat tahap analisis dan desain sistem. Proses verifikasi dilakukan dengan metode black box yang menganggap SPKPalmpowder 1.0 sebagai sebuah kotak hitam dan hanya
melihat masukan dan keluarannya.
A. Tampilan Paket Program
1. Halaman Menu Utama
Setelah proses instalasi selesai, paket program SPKPalmpowder 1.0 dapat dijalankan melalui start menu. Jika proses intalasi berjalan dengan baik, akan masuk pada halaman utama dari
program tersebut seperti Gambar 30. Menu pada halaman utama terdapat pada bagian atas top menu untuk melihat informasi-informasi yang berkaitan dengan industri LCM serbuk sawit serta
untuk memilih model-model yang tersedia.