Aspek Legalitas Aspek Lingkungan

Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan produksi sesuai kapasitas yang tersedia, seperti pajak fasilitas dan bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang berubah selama produksi mengikuti tingkat produksi, seperti biaya bahan baku DeGarmo et al., 1990. Penyusutan atau depresiasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan seiring penurunan nilai ekonomi suatu benda. Metode yang dapat digunakan untuk mengitung depresiasi adalah: a. Straight line depreciation SLD b. Sum-of-year Digits c. Declining balance d. Declining balance dengan konversi ke SLD e. Unit of Production f. Accelerated cost recovery system Newman, 1988 Pada evaluasi financial dihitung kriteria invetasi, kriteria investasi yang dapat digunakan adalah Break Even Point BEP, Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio BC Ratio, Payback Period dan analisis sensitivitas Newman, 1988; De Garmo et al., 1990. Suatu invetsasi dinyatakan layak apabila memiliki nilai: a. NPV lebih kecil dari pada nol b. IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga pinjaman bank, c. BC Ratio lebih dari satu Newman, 1988 Nilai BEP menunjukkan titik impas produksi dalam jumlah produk dan Payback Period merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai titik impas tersebut Riyanto, 1990. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat dampak dari berbagai perubahan dalam masing-masing perubah yang mempengaruhi proyek tersebut Newman, 1988; Riyanto, 1990. Empat perubah yang dapat mempengaruhi kriteria investasi adalah perubahan i Pemanfaatan kapasitas, ii harga jual produk, iii umur pakai pabrik dan iv biaya bahan baku De Garmo et al., 1990. Menurut Umar 2003, evaluasi aspek finansial dilakukan setelah evaluasi aspek-aspek lain telah selesai. Evaluasi aspek financial meliputi i struktur dan sumber pembiayaan proyek yang akan dibangun, ii penyusunan anggaran investasi, yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan proyek, iii parkiran jumlah standar biaya produksi, iv kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dan v analisa break even point BEP

5. Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan salah satu sapek penting dalam pendirian sebuah industri karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku kegiatan usaha yang bersangkutan. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah izin-izin yang harus dimiliki karena izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha Ariyoto,1990. Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku Umar, 2005. Menurut Husnan dan Muhammad 2000, dalam pengkajian aspek yuridis dan hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan.

6. Aspek Lingkungan

Pendirian industri harus berwawasan lingkungan yakni memperhatikan lingkungan sejak mulai perencanaan sampai industry berproduksi. Pembangunan yang mengusahakan terpenuhinya kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuannya pada generasi yang akan datang, merupakan pengertian pembangunan berkelanjutan Soemarwoto, 2001. Industri perlu mengintegrasikan arah kebijakan lingkungan yang mencakup semua aktivitas untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan Roberts et al., 1998. Komisi Dunia untuk lingkungan hidup WCED melakukan pendekatan hubungan pembangunan dan lingkungan dari enam sudut pandang, yakni i keterkaitan interdependency, ii Berkelanjutan Sustainability, iii Pemerataan Equity, iv Keamanan dan resiko lingkungan, v Pendidikan dan komunikasi dan Vi kerjasama international. Pengembangan industri perlu memperhatikan Hukum Lingkungan yang meliputi i Hukum Tata Lingkungan, ii Hukum Perlindungan Lingkungan, iii Hukum Kesehatan Lingkungan dan iv Hukum Pencemaran Lingkungan Hardjasoemantri, 2000. Peningkatan kesadaran terhadap masalah lingkungan mengharuskan setiap proyek untuk melakukan analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL masalah yang timbul dari suatu Proyek industri ke lingkungan, diantaranya adalah polusi. Proyek yang diperkirakan dapat merusak lingkungan, dan atau menyebar polusi adalah tidak layak karena berdampak negative bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya Wijandi, 1996. Perangkat peraturan yang ada untuk mengembangkan pembangunan berkelanjutan anatara lain: a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup KepMenLH No. Kep-42MENLHII94 tentang pedoman umum audit lingkungan b. Peraturan pemerintah PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL c. KepMenLH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. d. KepMEnLH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Perkebunan kelapa sawit yang membentang luas dengan produktivitasnya yang tinggi secara otomatis menghasilkan limbah kayu yang tinggi ketika masa panen telah usai. Hal ini dapat menimbulkan masalah terhadap pencemaran lingkungan seperti pembakaran limbah secara besar- besaran sehingga dapat menimbulkan polusi udara. Sampai saat ini, industri yang dapat mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah yang tinggi masih terbatas. Penggunaan teknologi yang tepat untuk mengolah limbah kayu tersebut sangat mendukung proses pelaksanaan pencegahaan pencemaran lingkungan. Pengolahan limbah tersebut berupaya untuk memberikan suatu bantuan teknis terhadap pengusaha perkebunan kelapa sawit dengan penguasaan teknologi pengolahan limbah. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan industri pengolahan limbah batang kelapa sawit. Dengan perencanaan yang tepat, didukung oleh penggunaan teknologi ditambah dengan sumber informasi tambahan dari pakar, diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas perkebunan kelapa sawit Indonesia. Perencanaan industri harus dilaksanakan sebaik mungkin agar kendala-kendala dan ketidakpastian di masa yang akan datang dapat diminimalisasi. Kajian masalah khusus ini bertujuan untuk merancang suatu model sistem perencanaan Sistem penunjang keputusan cerdas ini digunakan untuk mengelola perencanaan industri dalam pengolahan limbah batang kelapa sawit menjadi serbuk sawit dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang terdapat didalamnya. Dengan adanya sistem tersebut, diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan dalam bidang perencanaan industri pengolahan limbah batang kelapa sawit menjadi serbuk sawit untuk menghasilkan keputusan yang baik dalam tempo yang relatif cepat, sehingga perencanaan industri dapat diselesaikan dengan lebih efektif dan efisien. Diagram alir kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.