kabupaten tersebut dilakukan agar meminimumkan biaya transportasi serta distribusi dari produk LCM serbuk sawit itu sendiri.
Tabel 11. Jumlah perkebunan kelapa sawit 4 provinsi terbesar di Indonesia
Provinsi Tahun 2008
Tahun 2009
Sumatera Utara 367
330 Riau
122 133
Sumatera Selatan 100
111 Sumatera Barat
67 66
Tabel 12. Hasil perhitungan lokasi potensial pendirian industri LCM serbuk sawit KRITERIA
K1 K2
K3 K4
K5 K6
K7 Nilai MPE
PERINGKAT ALTERNATIF
A1 9
8 8
6 8
8 8
471,353,225 1 A2
9 7
8 6
8 8
8 460,340,810 2
A3 9
7 7
6 8
8 8
449,328,395 3 A4
8 7
8 6
8 8
7 196,125,634 4
A5 8
7 8
6 8
8 7
196,125,634 4 A6
7 6
7 6
7 8
7 76,151,498
6 A7
7 7
7 6
8 7
7 80,236,683
5 A8
7 6
6 5
7 6
7 56,937,682
9 A9
7 6
7 6
7 7
7 65,139,083
7 A10
7 6
7 6
7 7
6 61,053,898
8 BOBOT
9 8
8 6
8 8
8 Keterangan:
A1: Kabupaten Rokan Hulu K1: Ketersediaan Bahan Baku
A2 : Kabupaten Kampar K2: Ketersediaan Tenaga Kerja
A3 : Kabupaten Pelalawan K3: Ketersediaan Infrastruktur yang Baik
A4 : Kabupaten Labuhan Batu K4: Masyarakat Sekitar yang Mendukung
A5 : Kabupaten Tapanuli Selatan K5: Sudah Terbangunnya Jaringan Distribusi
A6 : Kabupaten Simalungun K6: Peraturan Pemerintah Lokal yang Mendukung
A7 : Kabupaten Langkat K7: Biaya
A8 : Kabupaten Musi Banyuasin A9 : Kabupaten Pasaman Barat
A10 : Kabupaten Dharmas Raya
6. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik
Desain tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruangan-ruangan
dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri LCM serbuk sawit, penentuan desain tata letak menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini mengacu pada Heinzer dan Render 2004 yang menyatakan bahwa tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan
efisiensi operasi dalam jangka panjang. Tata letak pabrik merupakan perwujudan suatu sistem pembuatan produk meliputi
pengaturan fasilitas-fasilitas fisik produksi antara pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk memperlancar proses produksi. Fasilitas fisik yang dimaksud
dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Secara garis besar tujuan utama perancangan tata letak fasilitas pabrik adalah untuk mengatur area kerja dan seluruh fasilitas yang
digunakan dalam proses produksi sehingga dapat berjalan dengan lancar, dalam waktu lebih singkat, lebih ekonomis dan aman.
Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik adalah sebagai berikut :
Prinsip integrasi total, seluruh elemen produksi yang ada merupakan satu unit operasi yang besar.
Prinsip minimal jarak perpindahan bahan guna meningkatkan waktu produksi. Prinsip aliran proses kerja, diusahakan menghindari gerakan balik back tracking
gerakan memotong cross movement dan kemacetan dalam aliran kerja. Prinsip pemanfaatan ruang, mempertimbangkan dimensi dan tidak sekedar
mempertimbangkan luasnya. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja, tata letak yang baik adalah tata letak yang
mampu menjamin kepuasan dan keselamatan kerja. Prinsip fleksibilitas, suatu tata letak harus fleksibel untuk diadakan penyesuaian atau
pengaturan kembali dalam usaha mengimbangi perkembangan perusahaan. Perencanaan rancangan tata letak fasilitas pabrik yang baik selain dapat memperlancar
proses produksi juga dapat memberikan keuntungan lain yaitu : Meningkatkan output produksi dalam waktu singkat dengan biaya produksi lebih murah.
Mengurangi proses pemindahan bahan material handling. Mengurangi adanya inventori in-proses karena proses berjalan dengan lancar.
Mengurangi waktu tunggu delay dan waktu menganggur. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.
Pada penentuan tata letak pabrik, terdapat tiga tipe tata letak pada pabrik yaitu antara lain adalah :
Tata Letak Berdasarkan Produk Layout by Product Tata letak jenis ini membentuk suatu garis mengikuti jenjang proses pengerjaan produksi
suatu produk dari awal hingga akhir. Tata Letak Berdasarkan Proses Layout by Process
Layout pada jenis tata letak berdasarkan proses memiliki bagian yang saling terpisah satu sama lain dimana aliran bahan baku terputus-putus dengan mesin disusun sesuai fungsi dalam
suatu group departemen. Tata Letak Berdasarkan Stationary Layout by Stationary
Tata letak jenis ini mendekatkan sumber daya manusia SDM serta perlengkapan yang ada pada bahan baku untuk kegiatan produksi.
Industri LCM serbuk sawit memproduksi satu jenis produk yaitu serbuk sawit. Oleh karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Layout by Product adalah cara
pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut,
dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain. Dalam Layout by Product, mesin- mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara
terus menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang
kontinyu. Tujuan dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada
akhirnya terjadi penghematan biaya Purnomo, 2004. Ruangan yang terdapat di industri biodiesel ini adalah ruang penerimaan bahan baku,
ruang produksi, ruang pengemasan, ruang penyimpanan produk, ruang penampungan limbah, mini lab, sumber air, kantor, mushola dan toilet. Luas ruang produksi adalah sekitar 375 m
2
. Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut :
1. Mesin pengecil ukuran 1 2. Mesin pengecil ukuran 2
3. Mesin pengemas Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus
jika proses produksinya pendek dan sederhana, pola aliran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan
pada besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran
bentuk “S” zig zag jika aliran produksi panjang. Aliran bahan yang lancar secara otomastis akan mengurangi biaya dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Pola aliran bahan dalam ruang
produksi untuk memproduksi serbuk sawit adalah pola aliran bahan berbentuk “L” yang dapat dilihat pada Gambar 25 berikut.
Gambar 25. Pola aliran bahan dalam ruang produksi LCM serbuk sawit
Keterangan : 1. Mesin pengupas
2. Mesin pengecil ukuran 1 3. Mesin pengecil ukuran 2
Keterkaitan aktivitas digambarkan dengan menggunakan bagan yang disebut dengan bagan keterkaitan aktivitas. Bagan keterkaitan aktivitas merupakan bagan yang menggambarkan
tingkat keterkaitan antara dua aktivitas yang ada dan dapat dilihat pada Gambar 26. Derajat keterkaitan di gambarkan dengan simbol :
3 2
1
A = mutlak perlu O
= cukupbiasa E = sangat penting
U = tidak penting
I = penting X
= tidak dikehendaki
A A
O O
O E
I A
O I
O I
I U
U U
U 1. R. penerimaan BB
2. R. Produksi 2
3 4
5 6
7 8
9 10
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
1
E O
O I
O O
I I
U I
O I
I O
U O
U I
U I
U U
O U
U U
U U
3. R. Pengemasan 4. R. Penyimpanan Produk
5. R. Penampungan Limbah
6. Mini Lab 7. Sumber Air
8. Kantor 9. Mushola
10. Toilet
Gambar 26. Diagram keterkaitan antar aktivitas
Bagan keterkaitan aktivitas di atas dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang
menggambarkan kegiatan yang ada Apple, 1990. Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode Total Closeness Rating TCR.
Perhitungan TCR ini adalah penjumlahan dari bobot setiap simbol dalam satu kegiatan. Bobot dari simbol-simbol tersebut adalah :
A = 3 pangkat 4 O
= 3 pangkat 1 E = 3 pangkat 3
U = 3 pangkat 0
I = 3 pangkat 2 X
= 0
Tabel 13. Nilai Total Closeness Rating TCR
No Kegiatan
Nilai TCR Peringkat
1 Penerimaan bahan baku
113 3
2 Proses Produksi
293 1
3 Ruang Pengemasan
129 2
4 Gudang Produk
49 8
5 Penampungan Limbah
65 5
6 Mini Lab
105 4
7 Sumber Air
53 6
8 Kantor
51 7
9 Mushola
27 10
10 Toilet
33 9
Gambar 27. Keterkaitan ruang Setelah dianalisis hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram
keterkaitan antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan ruang yang diperlukan. Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesinperalatan, tenaga
kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja tergantung pada
tingkat produksi secara keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi. Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan
berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 14 disajikan kebutuhan ruang
produksi. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri pengolahan LCM serbuk sawit dapat dilihat pada Tabel 15.
Parkir
Stasiun pengeluaran produk
Kantor Penerimaan Bahan
Baku Proses Produksi
Penampungan Limbah Pengemasan
Gudang produk jadi Mini Lab
Mushola Toilet
Sumber air
Tabel 14. Kebutuhan ruang produksi
No Nama Ruang
Jumlah Sub total
m
2
Total x 150
Mesin Operator
1 Penerimaan bahan baku
70 105
2 Proses Produksi
Pengupasan 60
90 Pemotongan
2 2
60 90
Pengecilan Ukuran 2
2 40
60 Pengemasan
1 1
20 30
Total 5
5 250
375 Area kelonggaran ditentukan sebesar 150 . Kelonggaran 150 ini disediakan untuk
kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesinperalatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang
produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.
Tabel 15. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri LCM serbuk sawit
No Lokasi
Luas m
2
1 Ruang Produksi
375 2
Ruang non Produksi a. Kantor
30 b. Mini Lab
15 c. Penampungan Limbah
10 d. Mushola dan toilet
20 e. Sumber air
8 3
Lain-lain a. Parkir
30 b. Jalan
70 c. Lahan terbuka
100 Total
658
Sumber Air Penampungan Limbah
Penerimaan dan Pensortiran Bahan Baku
Ruang Produksi
Ruang Pengemasan Gudang Penyimpanan
Kantor
Musholla
72.0 in. x 36.0 in.
Mini Lab
72.0 in. x 36.0 in.
Tree Tree
Tree
Gambar 28. Layout pabrik LCM serbuk sawit
C. Aspek Manajemen dan Organisasi