Harga dan Prakiraan Penerimaan Proyeksi Laba Rugi

3. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan pada saat akan mendirikan industri biodiesel dari biji nyamplung. Biaya investasi terdiri dari atas biaya investasi tetap dan modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan pabrik, mulai dari biaya pra investasi, pembangunan pabrik, fasilitas penunjang, pembelian mesin-mesin, peralatan kantor dan transportasi. Perincian investasi pabrik lampiran 9 sedangkan untuk perincian nilai sisa dan penyusutan dari modal investasi tetap terdapat pada lampiran 10. Menurut Husnan dan Suwarsono 2000, biaya modal kerja adalah biaya operasi yang diperlukan untuk memproduksi biodiesel pada kali pertama. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang pembeliaan atau penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai. Modal kerja diperlukan untuk menjamin kegiatan pada awal produksi, Modal kerja dihitung dalam satu bulanan untuk mengetahui besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai produksi dalam satu bulan. Komposisi dari modal kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Komposisi modal kerja NO. MODALKERJA NILAI 1 Sisa Uang Rp 140,701,750 TOTAL MODAL Rp 140,701,750 Investasi pabrik LCM serbuk sawit bernilai Rp. 559,298,250 seperti yang terinci pada Tabel 20. Tabel 20. Biaya investasi Industri LCM serbuk sawit Komponen Nilai dalam rupiah 1. Modal tetap Pra investasi 35,000,000 Bangunan 350,800,000 Mesin dan peralatan 123,265,000 Alat kantor 14,300,000 Peralatan Penunjang 9,300,000 Kontingensi 26,633,250 Total 559,298,250 Modal tetap memiliki presentase sebesar 90 persen dari total investasi atau senilai Rp 607,298,250 .

4. Harga dan Prakiraan Penerimaan

Harga pokok dari LCM serbuk sawit adalah Rp. 3854 , harga akhir LCM serbuk sawit yang telah ditambah margin sebesar 20 persen adalah Rp.4625 per kg. Harga akhir diperoleh dari biaya variabel, biaya tetap dan kapasitas produksi pada tahun pertama. Untuk tahun pertama kapasitas produksi adalah sebesar 80, sedangkan tahun kedua adalah 90 dan tahun ketiga sampai seterusnya adalah 100, Asumsi yang dipakai adalah produk terjual 100 dari yang diproduksi. Jumlah produksi untuk tahun pertama sebesar 128,000 kg untuk tahun kedua sebesar 144,000 kg dan untuk tahun ketiga sampai tahun kesepuluh kapasitas produksi LCM serbuk sawit sebesar 160,000 kg. Total penjualan dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan perhitungan seluruh biaya yang berkaitan dengan harga LCM serbuk sawit sehingga dapat diperoleh harga akhir untuk konsumsi perusahaan penyedia lumpur pengeboran dan perusahaan pengeboran minyak tidak terlalu tinggi, hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan tidak terlalu mahal untuk pembuatan LCM serbuk sawit tersebut. Penerimaan tahunan didapatkan dari hasil penjualan pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah setiap tahun seluruh produk yang diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan LCM serbuk sawit yang diproduksi telah memiliki standar kualitas dan harga kompetitif, sehingga dengan spesifikasi yang dihasilkan diharapkan dapat bersaing dipasaran. Ditargetkan 100 persen LCM serbuk sawit dapat terjual dari total produk yang diproduksi pada tahun tersebut. Pada tahun- tahun berikutnya penjualan tetap dipertahankan sebesar 100 persen dari total LCM serbuk sawit yang diproduksi. Asumsi biaya operasional dapt dilihat pada lampiran 12 dan perhitunga total biaya operasi pabrik dapat dilihat pada lampiran 13.

5. Proyeksi Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi- laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan rugi-laba dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai 2 unsur yaitu pendapatan dan bebanbiaya :  Penghasilan income Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akutansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan seperti penjualan barang produk dan produk samping.  Beban expanse Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akutansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Contoh yang termasuk dalam kategori bebanbiaya adalah biaya pemasaran, biaya gaji karyawan, biaya penyusutan dan sejenisnya. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi earning before interest and tax EBIT yang dikurangi dengan pembayaran angsuran dan pajak. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat pada lampiran 14. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang no.17 tahun 2000, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas.

6. Proyeksi Arus Kas