Internal Rate of Return

Gray et al. 1992 menambahkan, analisis sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selanjutnya, Gray et al. 1992 menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Kenaikan dalam biaya konstruksi cost over run, karena perhitungan yang terlalu rendah yang kemudian ternyata pada saat pelaksanaan biaya meningkat karena harga peralatan, mesin, dan bahan bangunan meningkat. b. Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turun harga di pasaran umum. c. Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerja. Analisa sensitivitas dilakukan terhadap perbedaan proses yang dapat berpengaruh dengan harga jual dan kapasitas yang dihasilkan, kenaikan harga bahan baku, dan penurunan harga jual produk. Analisis dilakukan pada empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, BC Ratio. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis sensitivitas terhadap penurunan kapasitas dan harga jual Perubahan Kriteria investasi NPV IRR Net BC PBP tahun Penurunan Kapasitas menjadi 80,000 kgtahun 342,206,175 22 1.68 4.7 Penurunan harga jual sebesar 10 persen 25,368,897 13 1.04 7.0 Penurunan harga jual sebesar 20,7 persen 224,127,612 6 0.63 10.5 Penurunan harga jual sebesar 20,8 persen 226,544,043 6 0.63 10.5 Pengurangan kapasitas guna mengetahui apakah jumlah kebutuhan yang saat ini digunakan berdasarkan kebutuhan pasar dapat berpengaruh terhadap harga produk dan kriteria investasi yang cenderung lebih besar apabila dibandingkan dengan keadaan normal. Harga produk yang pada awalnya adalah Rp. 3,854 per kilogram menjadi lebih tinggi yaitu Rp. 6,417 per kilogram dengan kriteria kelayakan investasi yang menunjukkan industri ini masih layak didirikan. Sama halnya dengan sensitivitas terhadap penurunan harga mempunyai titik kritis berkisar antara 10 dan 20,7 sampai 20,8 persen dari harga awal Industri masih dikatakan layak jika terjadi penurunan harga sebesar 10 persen. Namun, jika sudah mencapai penurunan sebesar 20,7 sampai dengan 20,8 persen maka industri sudah dianggap tidak layak, karena semua kriteria investasi atau salah satu menunjukkan ketidaklayakan. Penurunan masih diperbolehkan sampai 10 persen. Jadi jika akan melakukan potongan harga, batas maksimalnya adalah sampai Rp. 3469 per kilogram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai dengan Lampiran 20.