MI KERING TINJAUAN PUSTAKA

Proses pembuatan mi non-terigu biasanya berbeda pada tahap pencampuran dan pembentukan mi yang biasanya menggunakan cara ekstrusi Vasanthan dan Li, 2003. Cara pencampuran dan pembentukan adonan yang dilakukan oleh Chansri et al 2005 adalah dengan penggunaan binder adonan pengikat dari pati tergelatinisasi. Proses pembutan mi pati adalah dengan mencampurkan pati kering dan pati yang sudah tergelatinisasi sehingga membentuk adonan yang tebal kemudian adonan diekstrusikan kedalam air yang mendid ih, didinginkan kedalam air dingin, pembekuan pada freezer , thawing pada air dingin dan pengeringan Chansri et al, 2005. Proses pembuatan mi pati secara tradisional juga menggunakan pencampuran pati kering dan pati tergelatinisasi sebanyak 5 - 10 dengan 90-95 pati kering dilu mat kan sebagai adonan pasta dan memiliki kadar air 55. Pembekuan pada freezer seperti yang dilakukan o leh Chansri dapat tidak diterapkan karena menurut Kusnandar et al 1998 pembekuan pada freezer menjadikan sohun bersifat porous dan berwarna opaque. Selain itu proses non-freezing lebih sederhana dan efektif dalam hal biaya produksi, serta lebih banyak untaian sohun yang lurus daripada menggunakan metode freezing Ro isah, 2009. Karakteristik mi yang diinginkan adalah mi yang memiliki derajat putih tinggi Muchtadi, 1991, keh ilangan padatan akibat pemasakan atau KPAP rendah, kekerasan yang cukup, kelengketan yang rendah, elastisitas yang tinggi, berat rehidrasi terbatas, persen pemanjangan yang tinggi dan kekuatan tarik yang tinggi Muchtadi, 1991; Purwani, 2006; Ah mad, 2009; Hormdok, 2006; Lorlowhakarn, 2006; Roisah 2009; Chansri et al, 2005. Namun nilai target dari parameter tersebut dapat diambil dengan membandingkan nilai parameter produk target mi terigu 100.

III. METODE PENELITIAN

3.1. ALAT DAN BAHAN

Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan digital dengan kapasitas maksimu m 1 kg, oven HMT, oven pengering dan multifunctional noodle machine. Peralatan pendukung yang digunakan antara lain : timbangan analitik, ayakan tepung, sentrifuse, oven kadar air, mikroskop polarisasi cahaya, RVA Rapid Visco Analyzer, texture analyzer, freezerrefrigerator, spektrofotometer, pH meter, gelas jar, shaker waterbath, dan alat memasak, serta alat-alat lain yang digunakan untuk preparasi maupun analisis sampel. Bahan utama penelitian ini adalah pati ganyong dari Kabupaten Ciamis Harapan Mulya dan kacang tunggak yang diperoleh dari D.I. Yogyakarta juga tepu ng terigu Cakra Kembar dari PT Bogasari Flour M ills. Pembuatan mi membutuhkan bahan tambahan berupa NaCl, Guar gu m , STPP, air, dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dalam pengujian karakterisaasi pati ganyong, tepung kacang tunggak dan mi kering.

3.2. METODE PENELITIAN

Penelit ian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah optimasi kondisi HMT Heat Moisture Treatment pati ganyong yang menghasilkan pati ganyong yang memiliki karakteristik terbaik untuk pembuatan mi. Tahap selanjutnya adalah formulasi tepung ko mposit berbahan pati ganyong termodifikasi terpilih, tepung kacang tunggak, dan tepung terigu, untuk pembuatan mi. Tahap penelitian pertama d ilakukan untuk mendapatkan pati ganyong termodifikasi yang optimal yang memiliki karakteristik yang baik sebagai bahan baku pembuatan mi. Sebelu mnya dilakukan analisis proksimat pati ganyong alami dan tepung kacang tunggak. Modifikasi pati dilakukan dengan metode Heat Moisture Treatment HMT. Perlakuan yang diterapkan pada pembuatan HMT pati ganyong adalah suhu dengan taraf 100 o C dan 110 o C, kadar air 20, 25, dan 30, dan lama waktu pemanasan 4jam, 8jam, dan 16jam. Parameter yang diu kur dari pati HMT adalah morfologi granula pati dengan mikroskop polarisasi, profil gelat inisasi dengan Rapid Visco Analyzer RVA, swelling power Riley et al., 2006, kekuatan gel gel strength, analisis kandungan pati, kandungan amilosa, dan amilopekt in AOAC, 1995, kandungan proksimat untuk pati ganyong alami dan termodifikasi terp ilih A OAC, 1995. Kemudian dilakuakan pemilihan perlakuan HMT yang optimal berdasarkan pengukuran parameter yang telah dilakukan. Pada tahap kedua yaitu pembuatan tepung komposit untuk mi dengan menggunakan bahan baku pati hasil modifikasi HMT terpilih, tepung kacang tunggak dan tepung terigu. Digunakan juga bahan tambahan seperti guargum, garam, dan STPP. Formula tepung komposit dibuat dengan mengko mb inasikan tiga tepung tersebut menggunakan metode respon permukaan Response Surface Method atau RSM dari program ko mputer Design Expert 7 DX7. Setelah proses pembuatan mi, dilakukan karakterisasi sifat fisik dan pemasakan untuk mengetahui formula mi terbaik sesuai target dengan menggunakan mi terigu sebagai standar. Setelah didapatkan formu la terbaik dari analisis metode RSM , formu la tepung komposit tersebut diproses menjadi mi dan divalidasi dengan karakteristik prediksi respon.

3.2.1. Optimasi Modifikasi Pati dengan Metode Heat Moisture Treatment HMT

Prosedur teknik HMT mengacu pada Adebowale et al 2005. Optimasi metode HMT dilakukan untuk mendapatkan perlakuan suhu, kadar air, dan waktu HMT yang optimu m, menghasilkan pati dengan karakteristik yang baik untuk mi. Metode HMT yang dilakukan adalah Pati ganyong alami Modifikasi HMT ko mb inasi perlakuan suhu, waktu, dan kadar air Pemilihan kondisi HMT optimu m Produksi mi sesuai formulasi Karakterisasi sifat fisik dan pemasakan mi For mul a yang menghasilkan mi deng an kualitas opti mum Pati ter modi fikasi opti mum Formulasi tepung ko mposit untuk mi kering dengan RSM Karakterisasi pati ganyong alami, pati ganyong HMT, dan tepung kacang tunggak Penentuan Formula Optimu m dengan RSM Produksi dan Validasi mi formu la optimu m Tahap 1 Tahap 2 Gambar 5. Diagram alir penelitian