hanya menghasilkan dua rezim pemanfaatan. Tabel dibawah ini merupakan kedua rezim pemanfaatan tersebut, dan perhitungan model Copes secara lengkap, dapat
dilihat pada Lampiran 2. Tabel 23. Estimasi optimasi statik pada dua rezim pengelolaan perikanan cakalang
Open Access Sole Owner
Aktual
h ton 3.707,884
4.305,252 1.235,627
E trip 30.197
15.098 14.665
π juta Rp -
2.090,477 9.372,135
Sumber: Hasil Analisis Data 2014
Estimasi optimasi model Copes, mengalami kendala seperti pada model Copes perikanan tuna. Bila nilai SO dibandingkan kembali dengan nilai aktual
Tabel 23, maka akan menghasilkan estimasi peningkatan produksi sebanyak 3.069 ton, peningkatan upaya tangkap sebanyak 433 trip, dan dengan nilai rente
yang lebih kecil dibawah nilai aktual, yaitu sebesar Rp 7.281.658.000,-. Melalui pendekatan output yang menggunakan hasil tangkapan beserta harga produk,
maka pada rente SO mencerminkan harga jual produk yang tergolong cukup rendah, hal ini akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat nelayan. Estimasi
surplus produsen yang dihasilkan dari pendekatan output sebesar 0,3079 juta per ton, sedangkan estimasi surplus konsumen sebesar 0,5820 juta per ton. Sama
seperti optimasi Copes perikanan tuna, dari analisis ini juga diperlukan adanya evaluasi harga komoditi agar lebih baik.
5.2.2.7 Estimasi optimasi dinamik pendekatan output
Optimasi dinamik ini, dilakukan berdasarkan sensitifitas nilai penawaran terhadap perubahan discount rate. Dengan menggunakan nilai riil interest rate
sebesar 19 yang didapatkan dari BANK NTT pada tahun 2014. Hubungan discount rate dengan kurva penawaran, tersaji pada Gambar 12. Optimasi dinamik
pendekatan output pada perikanan cakalang, juga menggunakan tiga nilai discount rate yang berbeda, yaitu 10, 19 dan 50.
Gambar 14. Kurva keseimbangan demand supply pada tingkat discount rate yang berbeda
Berdasarkan Gambar 14, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai discount rate, kurva penawaran semakin cepat berbalik, backward. Sama seperti
pada perhitungan dinamik perikanan tuna, dimana kurva permintaan yang relatif cukup kecil, menyebabkan perpotongan kedua kurva hanya terjadi pada satu titik.
Jika perpotongan terjadi lebih dari satu titik, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pengelolaan perikanan yang bertujuan untuk
merubah keseimbangan surplus ekonomi yang dihasilkan, dengan beberapa estimasi kondisi yang berbeda.
5.2.2.8 Estimasi produksi lestari
Produksi lestari merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu pemanfaatan, dimana tingkat pemanfaatan tersebut tidak melebihi ambang batas
ekologi keberlanjutan sumberdaya. Produksi lestari merupakan hubungan kuadratik antara hasil tangkapan dengan upaya tangkap. Ambang batas yang
dimaksud dalam kajian bioekonomi adalah MEY yang merupakan produksi lestari secara ekonomi maksimum dan MSY yang merupakan produksi lestari
maksimum. Estimasi produksi lestari secara MSY, variabel yang digunakan hanya berupa parameter ekologi, sedangkan pada hasil produksi lestari secara
MEY, menggunakan parameter ekologi dan ekonomi. Nilai MSY dihitung berdasarkan fungsi logistik model GS h = qxE. Perhitungan produksi lestari
ini, menggunakan ketiga nilai pada parameter biologi r, q dan K, sehingga nilai parameter tersebut disubtitusi kedalam fungsi logistik model GS, berdasarkan
-5 5
10 15
20 25
30 35
40
-3 -2
-1 1
2 3
4 5
6