Estimasi parameter biologi Analisis bioekonomi perikanan tuna .1 Produksi dan upaya tangkap

sehingga harga output menjadi lebih kompetitif. Secara berurut nilai h, E dan π pada rezim MEY adalah sebagai berikut, 6.073 ton, 42.904 trip dan Rp 88.220.580.000,-. Bila nilai tersebut dibandingkan dengan nilai aktual maka kenaikan produksi dapat ditingkatkan hingga 4.641 ton dengan penambahan effort sebanyak 6.132 trip dengan penambahan armada sebanyak 25 unit, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 30 orang. Dan selisih rente secara keseluruhan sebesar Rp 65.103.058.709,-. Berdasarkan perhitungan diatas, bila didandingkan antara MEY dengan MSY maka rezim MEY merupakan model pengelolaan yang paling efisien, dan direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam pengelolaan tuna berikutnya. Hal ini sesuai dengan Larkin et al. 2011, yang menyebutkan bahwa terdapat lima alasan mengapa nilai MEY lebih diprioritaskan dalam pemilihan rezim pemanfaatan perikanan.

5.2.1.5 Estimasi optimasi dinamik pendekatan input

Optimasi dinamik dilakukan untuk menduga sensitifitas tingkat eksploitasi yang dilakukan terhadap sumberdaya terkait dengan perubahan discount rate. Perhitungan discount rate mengacu pada Clark 1990 dalam Nababan 2006, dengan asumsi penggunaan nilai riil interest rate berdasarkan pada BANK NTT tahun 2014, yaitu sebesar 19. Serta menggunakan beberapa nilai discount rate lainnya, sebagai simulasi perbandingan. Hasil perhitungan, tersaji pada tabel berikut. Tabel 14. Estimasi optimasi dinamik perikanan tuna Discount Rate 0,50 0,59 0,90 5,0 19,0 h ton 6.072,972 6.072,978 6.072,916 6.060,337 5.879,389 E trip 43.134 43.175 43.316 45.148 50.887 π juta Rp 17.687.683,059 14.996.110,355 9.845.421,548 1.803.216,871 489.592,491 Sumber: Hasil Analisis Data 2014 Optimasi dinamik model Fox, berkaitan dengan sensitifitas pola pemanfaatan sumberdaya terkait dengan perubahan discount rate. Nababan 2006, menyebutkan bahwa sensitifitas discount rate terhadap penawaran akan berkaitan dengan keputusan mengekstrkasi sumberdaya. Keputusan investasi terhadap sumberdaya ditentukan oleh trade off antara mengekstraksi sumberdaya saat ini atau mengekstraksi di masa depan. Keputusan ini didasarkan pada discount rate. Pada sisi nelayan produsen, menyangkut apakah sumberdaya tersebut lebih bernilai jika diekstraksi saat ini atau lebih baik dimasa depan. Indikator ini menunjukan discount rate mengandung unsur preferensi waktu, sehingga implikasi dari keputusan tersebut adalah semakin meningkatnya nilai discount rate, maka preferensi untuk melakukan ektraksi terhadap sumberdaya saat ini akan lebih besar, dibandingkan dengan pada masa yang akan datang. Hal ini yang menyebabkan nilai upaya tangkap semakin meningkat. Hal ini yang menjadi alasan mengapa analisis dinamik menggunakan nilai discount rate. Angka riil interest rate yang berlaku untuk wilayah NTT berdasarkan ketetapan Bank NTT, pada tahun penelitian 2014 adalah sebesar 19. Pada perhitungan bioekonomi dinamik, memerlukan nilai discount rate, oleh sebab itu, riil interest rate dirubah kedalam discount rate. Pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa peningkatan discount rate akan meningkatkan upaya tangkap, sehingga rente yang dihasilkan semakin berkurang. Namun peningkatan nilai discount rate, akan menyebabkan peningkatan hasil produksi. Hal ini akan berlangsung terus, hingga pada suatu titik tertentu, dimana peningkatan discount rate akan menyebabkan penurunan hasil produksi. Titik tersebut dapat menjadi salah satu acuan, dimana upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hasil dari Tabel 14, dapat diketahui bahwa titik balik berada pada discount rate sebesar 0,59. Meskipun dalam kondisi sesungguhnya, menjadi sangat sulit untuk menerapkan nilai discount rate agar sesuai dengan konsep pengelolaan berkelanjutan. Gambar 10. Nilai rente pada berbagai tingkat discount rate 5000000 10000000 15000000 20000000 δ= ,5 δ= ,59 δ= ,9 δ=5 δ= 9 R e n te e ko n o m i R p Discount rate Pada Gambar tersebut dapat terlihat bahwa peningkatan discount rate menyebabkan penurunan rente ekonomi, hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah upaya tangkap yang dilakukan. Tingkat discount rate yang tak hingga, akan menghasilkan pemanfaatan sumberdaya yang terbuka, sehingga degradasi sumberdaya akan lebih cepat terjadi.

5.2.1.6 Estimasi optimasi statik pendekatan output

Perhitungan bioekonomi model Copes menggunakan hasil parameter biologi r, q dan K dan parameter ekonomi c hasil model Fox, sedangkan nilai price diambil dari titik keseimbangan antara kurva permintaan dan penawaran. Hasil model Copes hanya menghasilkan dua rezim pemanfaatan. Tabel berikut merupakan kedua rezim pemanfaatan tersebut, dan perhitungan model Copes secara lengkap, tersaji pada Lampiran 1. Tabel 15. Estimasi optimasi statik pada dua rezim pengelolaan perikanan tuna Open Access Sole Owner Aktual x ton 5.518,623 15.871,375 - h ton 4.036,233 5.804,035 1.431,625 E trip 68.183 34.092 36.772 π juta Rp - 1.679,812 20.097,520 Sumber: Hasil Analisis Data 2014 Hasil perhitungan optimasi statik pendekatan output, tersaji pada Tabel 15. Estimasi model ini menghasilkan dua rezim pemanfaatan, yaitu OA dan SO sole owner. Nilai SO akan dibandingkan kembali dengan nilai aktual, dan menghasilkan nilai peningkatan produksi sebanyak 4.372 ton, tetapi hasil E dan rente berada pada kondisi yang lebih kecil dari nilai aktual, selisih nilai tersebut adalah 2.680 trip dan Rp 18.418.000.000,-. Melalui pendekatan output yang menggunakan hasil tangkapan dan harga produk, maka nilai E pada kondisi aktual mencerminkan upaya penangkapan sudah berlebih. Untuk dapat meredam laju penangkapan yang berlebih, dapat dilakukan dengan mengurangi armada tangkap ataupun pembatasan pemberian izin alat tangkap tetapi hal tersebut kecil kemungkinan untuk dapat dimplementasikan, hal ini pun akan terkait dengan wacana kebijakan kementrian untuk menghapuskan pajak bagi armada tangkap 10GT. Sementara pada nilai rente SO mencerminkan harga jual produk tergolong cukup rendah, hal ini berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat