Estimasi Degradasi Sumberdaya Estimasi Depresiasi Sumberdaya

Tabel 7. Tabel kriteria penilaian atribut lanjutan 2 Skor Baik Buruk Keterangan Aturan sosial budaya 0; 1; 2 2 0 Tidak ada 0; ada, berdampak negatif 1 ada, berdampak positif 2 Dimensi Teknologi Lama trip 0; 1; 2 2 Kurang dari satu hari 0; 1-2 hari 1; 2 hari 2 Fasilitas pendaratan 0; 1; 2 2 Tersebar 0; kadang terpusat 1; terpusat 2 Pre-sale processingvalue added 0; 1; 2 2 0 Tidak ada 0; sedang 1; banyak 2 Alat tangkap 0; 1 1 Pasif 0; aktif 1 Selektifitas alat tangkap 0; 1; 2 2 0 Rendah 0; sedang 1; tinggi 2 Dampak penggunaan alat tangkap 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; beberapa 1; banyak 2 Ukuran armada perikanan 0; 1; 2 2 8m 0; 8-17m 1; 17m 2 Kemampuan tangkap 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; beberapa 1; ada, dan sangat cepat 2 Penggunaan alat bantu 0; 1; 2 2 0 Tidak ada 0; ada, tidak digunakan 1; penangkapan ada, dipergunakan 2 Dimensi Hukum dan Kelembagaan Illegal fishing 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; beberapa 1; banyak 2 Ketersediaan peraturan formal 0; 1; 2 2 0 Tidak ada 0; cukup 1; banyak 2 Ketersediaan personel 0; 1; 2 2 0 Tidak ada 0; jarang atau sedikit 2; penegak hukum banyak atau sering dilokasi 3 Intensitas eksploitasi yang 0; 1; 2 2 Tidak ada 0; beberapa 1; banyak 2 melanggar hukum Kepatuhan nelayan 0; 1; 2 2 0 Tidak patuh 0; terhadap peraturan kadang-kadang patuh 1; patuh 2 MDS merupakan analisis ordinasi untuk memudahkan visualisasi posisi keberlanjutan. Hasil MDS adalah dengan menggunakan dua titik acuan titik baik dan titik buruk, sehingga kita dapat melihat nilai keberlanjutan dari suatu atribut. Nilai tersebut terproyeksikan pada suatu bidang datar horizontal yang diberi nilai skor 0 pada titik buruk dan 100, pada titik baik. Skala indeks memiliki selang 0-100, secara sederhana nilai indeks 50 telah sustainable, sedangkan untuk nilai indeks 50, maka pengelolaan belum bersifat sustainable Susilo, 2003. Sehingga dalam interpletasi hasil atribut, dilakukan pengklasifikasian nilai indeks keberlanjutan, dengan klasifikasi seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 8. Tabel klasifikasi hasil nilai indeks keberlanjutan Nilai Indeks Status Keberlanjutan 0-25 Buruk 26-50 Kurang 51-75 Cukup 76-100 Baik Tahap selanjutnya adalah mengetahui tingkat sensitivitas pengaruh suatu atribut terhadap keberlanjutan. Abdullah 2011, menuliskan bahwa dalam analisis sensitivitas, nilai RMS kuadrat nilai tengah yang akan menentukan ordinasi dari status keberlanjutan. Artinya, semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya satu atribut tertentu, maka semakin besar pula peranan atribut dalam penentuan nilai indeks keberlanjutan pada skala 0-100, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam status keberlanjutan perikanan tangkap. Kavanagh dan Pitcher 2004 dalam Abdullah 2011, menuliskan bahwa pembangkit bilangan acak dalam analisis ini berdasarkan pada sebaran normal galat, angka skor dengan nilai tengah 0 dan simpangan baku � terseleksi, berselang kepercayaan 95 dalam proporsi 20 dari selang skor setiap atribut skor baik dan skor buruk. Sebaran normal tabel Z memiliki nilai 3,92 untuk selang kepercayaan 95. Sehingga perhitungan simpangan baku, menjadi: � = 0,2 ′ ′− ′ ′ 3,92 ... 4.14

4.4.6 Analisis Kebijakan

Budiharsono 2007, merinci tahapan yang akan dilakukan untuk mencari nilai keberlanjutan dimensi secara keseluruhan adalah sebagai berikut. Pertama merupakan pengisian hasil nilai yang berasal dari koesioner dalam penentuan bobot. Setelah keseluruhan responden menentukan bobot, maka bobot tersebut diakumulasikan, sehingga mendapatkan nilai bobot gabungan. Nilai bobot gabungan inilah yang akan dikalikan dengan nilai indeks keberlanjutan dari