Batasan Penelitian Economic Policy For Sustainable Large Pelagic Fisheries Management In East Flores Regency

Nilai CPUE merupakan hasil pembagian antara jumlah produksi dengan upaya tangkap. Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa produktifitas alat tangkap hand line tertinggi pada tahun 2009 dan 2010 dengan hubungan CPUE dan upaya tangkap yang berbanding terbalik, dimana peningkatan jumlah upaya tangkap akan menghasilkan nilai CPUE yang lebih rendah. Tabel 10. Produksi dan upaya tangkap sumberdaya perikanan tuna Tahun Produksi Ton Upaya Tangkap trip CPUE 2003 252,14 99.285 0,002540 2004 2.394,63 11.078 0,216157 2005 3.735,49 22.701 0,164553 2006 2.319,28 22.692 0,102207 2007 885,10 97.312 0,009095 2008 1.510,62 77.880 0,019397 2009 1.086,44 2.086 0,520732 2010 1.928,57 3.540 0,544794 2011 98,10 3.072 0,031934 2012 105,89 28.070 0,003772 Sumber: DKP NTT dan Hasil Analisis Data 2014

5.2.1.2 Estimasi parameter biologi

Penelitian ini menggunakan parameter biologi dalam upaya pendugaan stok, hal ini sesuai dengan FAO 2006, yang menyebutkan bahwa pendugaan stok dapat dilakukan dengan menggunakan parameter biologi maupun parameter lainnya yang berhubungan dengan penangkapan, misalnya selektifitas dan kemampuan armada tangkap. Parameter biologi akan menghasilkan tiga nilai, yaitu nilai r yang merupakan laju pertumbuhan populasi, dimana nilai r merupakan selisih antara angka kelahiran dengan kematian, artinya nilai tersebut diasumsikan berlaku pada saat upaya pemanfaatan sama dengan nol. Nilai K merupakan kapasitas daya dukung lingkungan dalam menjaga populasi stok ikan. Kemudian adalah nilai q, dimana q merupakan nilai koefisien tangkap. Estimasi parameter biologi ini dilakukan dengan menggunakan model Fox, Clarke, Yashimoto dan Pooley CYP, model estimasi Walter dan Hilborn W-H dan model estimasi Schnute. Perbandingan hasil r, q, K pada masing-masing model tersaji pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan hasil parameter biologi pada perikanan tuna Model Parameter Biologi r q K Fox 0,926319272 1,07267E-05 26.224,1264 CYP 3,118585221 6,12415E-05 2.057,2458 WH 8,876641225 0,000500355 1.611,8369 Schnute 3,433050020 6,16936E-05 7.155,7627 Sumber: Hasil Analisis Data 2014 Perhitungan biologi menggunakan hasil nilai pada Tabel 10, dimana korelasi terhadap hasil tabel tersebut akan dilakukan perhitungan OLS sederhana. Pada model Fox, digunakan regresi linear sederhana dengan hasil ϒ= 0,281- 3,26E-06 χ, sehingga nilai koefisien α = 0,281 dan = -0,00000326. Model CYP menggunakan regresi berganda dan menghasilkan persamaan ϒ= -2,524-0,218χ 1 - 1,196E-05 χ 2 . Dengan nilai α sebesar -2,524, sebesar -0,218, dan sebesar - 0,000001196. Persamaan pada model WH adalah ϒ= -8,876+11,006χ 1 +0,0005 χ 2 . Dengan nilai koefisien α = -8,876, = 11,006, dan = 0,0005. Kemudian hasil persamaan pada model Schnute, yaitu ϒ= -3,433+7,776χ 1 +6,169E-05 χ 2 , dengan nilai koefisien α = -3,433, = 7,776 dan = 0,00006169. Nilai koefisien pada masing-masing model tersebut, digunakan dalam perhitungan parameter biologi Tabel 11. Untuk hasil OLS dan hasil perhitungan parameter biologi yang lebih lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 1. Menurut Mulyani 2013, pemilihan model bioekonomi terbaik diambil berdasarkan hasil apriori logis yang sesuai dengan teori dan statistik. Pada penelitian ini pemilihan model terbaik adalah dengan mempertimbangkan hasil perhitungan optimasi statik bioekonomi, pada model WH, CYP dan Schnude nilai sig F berada diatas alpha 10, hanya model Fox yang memiliki nilai sig F dibawah 10 yaitu 0,06. Model Fox terpilih menjadi model terbaik, berdasarkan pertimbangan nilai ekonomi, ekonometrik, statik dan keakuratan pada hasil parameter biologi. Pertimbangan nilai ekonomi adalah dengan memperhatikan nilai minus pada hasil regresi koefisien b, pertimbangan nilai ekonometrik berdasarkan pada nilai R 2 yang dihasilkan, sedangkan untuk nilai statik adalah dengan melihat tingkat signifikansi, serta pemilihan nilai r pada model Fox yang dianggap paling logis. Nilai statistik model Fox adalah, R 2 = 0,37, adj R 2 = 0,29. Pada komoditi perikanan, sangat melekat pada sifatnya yang fugitive, karena bersifat buruan maka terkendala faktor ketidak pastian, sehingga dalam Fauzi 2010 hal tersebut dapat diterima. Tingkat signifikansi menggunakan α = 10, maka nilai sig F 0,060 0,10, kemudian nilai t hitung 2,185 t tabel 1,859, sehingga dapat disimpulkan variabel upaya tangkap berpengaruh signifikan terhadap CPUE.

5.2.1.3 Estimasi parameter ekonomi

Perhitungan parameter ekonomi dilakukan untuk mendapatkan nilai c cost dan p price yang akan digunakan dalam pendugaan optimasi statik surplus produksi. Clarke, et al 1992 menyebutkan bahwa dalam menghitung cost per effort, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biaya rata- rata armada, dan biaya optimal yang berasal dari armada penangkapan. Sedangkan pada fungsi pendapatan, berasal dari rata-rata harga nominal tuna yang telah disesuaikan dengan inflasi. Berdasarkan hasil wawancara, pada perhitungan total biaya, penelitian ini menggunakan biaya rata-rata armada penangkapan, yaitu sebesar Rp300.000,- per trip pada tahun 2014. Sedangkan harga nominal tuna juga merupakan harga rata- rata, yaitu sebesar Rp15.000.000,- per ton pada tahun 2014. Asumsi yang digunakan dalam penentuan rata-rata harga tuna adalah, semua grade diasumsikan sama. Dalam hal ini parameter penduga inflasi adalah dengan menggunakan IHK indeks harga konsumen, dengan tahun 2010 sebagai tahun dasar. Tabel 12 merupakan tabel penyesuaian harga nominal terhadap IHK. Hasil perhitungan diperoleh nilai c yang merupakan rata-rata dari biaya riil, yaitu sebesar Rp 26.265,- per trip. Sedangkan rata-rata nilai harga riil produksi pada pendekatan input adalah sebesar Rp 14.712.892,- per ton, dan Rp 443.700,- per ton pada pendekatan output. Perhitungan nilai p pada pendekatan output atau model Copes, dilakukan dengan menggunakan titik perpotongan pada kurva keseimbangan permintaan dan penawaran, yang mengacu pada Nababan 2006. Pada kurva permintaan, fungsi permintaan diasumsikan semua produksi terjual sesuai dengan permintaan, sehingga nilai Q d =DM=h=a-b.p. Nilai a dan b diperoleh berdasarkan hasil OLS antara produksi dengan harga riil, sehingga diperoleh persamaan DM=3,5201- 0,1308.p. Pada fungsi penawaran, diperlukan nilai r, q, K, c dari perhitungan sebelumnya, dan nilai discount rate riil. Maka diperoleh persamaan kurva supply sebagai berikut, Q s =h=r.x.1-xK, Tabel 12. Konversi biaya riil dan harga riil perikanan tuna Tahun IHK IHK 2010 Harga Riil jutaton Biaya Riil jutatrip 2003 322,17 231,70 30,406 0,05428 2004 122,92 88,40 11,601 0,02071 2005 120,38 86,58 11,361 0,02028 2006 144,54 103,95 13,642 0,02435 2007 150,29 108,09 14,184 0,02532 2008 111,88 80,46 10,558 0,01884 2009 126,13 90,71 11,903 0,02125 2010 139,05 100,00 13,123 0,02342 2011 162,75 117,05 15,360 0,02742 2012 158,78 114,19 14,986 0,02675 Rata-rata 14,712 0,02626 Sumber: Hasil Analisis Data 2014 dimana x= perpotongan kedua kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Kurva tersebut juga sebagai refleksi pemanfaatan sumberdaya tuna pada model Copes. Gambar 9. Kurva keseimbangan demand supply perikanan tuna Parameter ekonomi pendekatan input, menghasilkan nilai c dan p yang merupakan rata-rata dari keseluruhan nilai c dan p pertahun. Pada pendekatan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 -1 1 2 3 4 5 6 7 Ha rg a ju ta p er to n Produksi ton Supply output, nilai p yang digunakan berbeda, sehingga diperlukan perhitungan lain untuk mendapatkannya. Nilai p pada pendekatan output, dalam hal ini merupakan bioekonomi model Copes, menggunakan nilai p yang berasal dari titik keseimbangan kurva permintaan penawaran. Oleh karena itu, terlebih dahulu untuk mencari persamaan kurva, dalam mencari persamaan kurva nilai intersep dan koefisien variabel menggunakan hasil OLS antara harga riil dengan jumlah produksi. Tabel harga riil dengan produksi, tersaji pada Lampiran 1. Clarke, et al 1992 menyebutkan bahwa dalam menghitung cost per effort, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biaya rata-rata armada, dan biaya optimal yang berasal dari armada penangkapan. Sedangkan pada fungsi pendapatan, berasal dari rata-rata harga nominal tuna yang telah disesuaikan dengan inflasi. Estimasi harga riil didapatkan dengan mengetahui harga nominal pada tahun penelitian, kemudian dengan menggunakan IHK, estimasi nilai riil pada setiap tahun dapat diketahui. Sebelum dilakukan regresi, data tersebut ditransformasi kedalam Ln, agar terdistribusi secara normal. Hasil OLS disubtitusi kedalam persamaan Qs dan Qd, sehingga dapat diplot kedalam sebuah grafik Gambar 9. Koordinat titik perpotongan tersebut adalah 3,462;0,443, kedua nilai tersebut merupakan nilai h dan p.

5.2.1.4 Estimasi optimasi statik pendekatan input

Bioekonomi algoritma Fox, dikerjakan kedalam dua perlakuan, yaitu optimasi statik dan dinamik. Sub bab ini merupakan pemaparan algoritma Fox pada kondisi statik, dimana kondisi ini menggunakan tiga rezim pengelolaan, yaitu OA suatu kondisi pemanfaatan sumberdaya dilakukan tanpa adanya fokus pengelolaan, MSY suatu kondisi pemanfaatan sumberdaya, dimana pemanfaatan yang dilakukan berdasarkan pada kondisi keseimbangan biologi, MEY suatu kondisi pemanfaatan sumberdaya yang berorientasi pada rente yang didapat. Nilai pada rezim pengelolaan OA, merupakan gambaran yang terjadi pada sumberdaya ketika tidak ada pihak yang mengelola sumberdaya, sehingga rezim pemanfaatan ini tidak akan dibahas lebih jauh. Tabel 13, tersaji hasil perhitungan optimasi statik model Fox pada beberapa rezim pengelolaan.