Estimasi optimasi statik pendekatan output

Tabel 18. Tabel hasil produksi, upaya tangkap dan nilai CPUE perikanan cakalang lanjutan1 Tahun Produksi ton Upaya Tangkap trip CPUE 2007 1.010,31 16.130 0,062636 2008 1.655,18 2.440 0,678353 2009 544,15 2.608 0,208651 2010 1.823,18 3.304 0,551810 2011 2.215,16 2.867 0,772588 2012 1.055,54 3.600 0,293206 Sumber: DKP NTT dan Hasil Analisis Data 2014 Nilai CPUE pada tabel diatas, digunakan dalam mengetahui persamaan kurva dan estimasi nilai parameter bilogi pada masing-masing model bioekonomi. Pada model Fox, dilakukan OLS linear sederhana dengan hasil ϒ= 0,4475- 1,075E-05 χ, sehingga nilai koefisien α sebesar 0,4475 dan = -0,00001075. Model CYP, WH dan Schnute menggunakan regresi berganda dan menghasilkan persamaan ϒ= -1,267-0,569χ 1 -6,661E-05 χ 2 . Dengan nilai α sebesar -1,267, sebesar -0,569, dan = -0,000066. Persamaan pada model WH adalah ϒ= 3,767- 6,394 χ 1 -2,486E-05 χ 2 . Dengan nilai koefisien α = 3,767, = -6,39, dan = - 0,0000248. Kemudian hasil persamaan pada model Schnute, yaitu ϒ= - 1,390+2,580 χ 1 +4,136E-05 χ 2 , dengan nilai koefisien α = -1,39, = 2,58 dan = 0,0000413. Nilai-nilai koefisien tersebut, selanjutnya akan digunakan untuk mengestimasi nilai parameter biologi.

5.2.2.2 Estimasi parameter biologi

Sama seperti perhitungan parameter biologi sebelumnya, perhitungan ini juga menggunakan empat model, yaitu Fox, CYP, WH dan Schnute. Masing- masing model menghasilkan nilai r, q, dan K, Tabel 19 merukapan rangkuman ketiga nilai tersebut. Pemilihan model terbaik pada perikanan cakalang adalah model Fox, karena pada model WH estimasi nilai produksi jauh melebihi nilai estimasi stok ikan yang ada diperairan. Pada model CYP, estimasi nilai MSY dan MEY memiliki selisih yang sangat jauh dibawah nilai aktual, dan memiliki angka yang cukup ganjil, misalnya estimasi produksi optimal pada rezim MEY yang hanya sebesar 40,39 ton yang dapat dimanfaatkan, meskipun pada model ini menghasilkan nilai R 2 tertinggi. Model Schnute tidak direkomendasikan sebagai model terbaik karena, nilai R 2 yang dihasilkan sebesar 0,05 dan dengan Sig F sebesar 0,85. Nilai statistik pada model Fox adalah, R 2 sebesar 0,44, Sig F α=0,05 = 0,0γ6 dan t hitung 2,512 yang lebih besar dari t tabel 2,306. Tabel 19. Hasil parameter biologi pada keempat model input perikanan cakalang Model Parameter Biologi r q K Fox 0,810683370 1,94802E-05 22.972,1703 CYP 0,548729739 0,000169792 310,1598 WH 3,767613913 2,48663E-05 23.693,3895 Schnute 1,390152752 4,13605E-05 13.023,0203 Sumber: Hasil Analisis Data 2014

5.2.2.3 Estimasi parameter ekonomi

Sesuai dengan Clarke, et al 1992, berdasarkan hasil wawancara, perhitungan total biaya nominal yaitu sebesar Rp5.000.000,- per trip pada tahun 2014. Sedangkan harga nominal tuna yang juga merupakan harga rata-rata, yaitu sebesar Rp9.000.000,- per ton pada tahun 2014. Ukuran pada cakalang yang akan menentukan grade harga, diasumsikan sama. Dalam hal ini parameter penduga inflasi adalah dengan menggunakan IHK indeks harga konsumen, dengan tahun 2010 sebagai tahun dasar. Tabel 20 merupakan tabel penyesuaian harga nominal terhadap IHK. Hasil perhitungan diperoleh nilai c yang merupakan rata-rata dari biaya riil, yaitu sebesar Rp104.700,- per trip. Sedangkan rata-rata nilai harga riil produksi pada pendekatan input adalah sebesar Rp8.828.000,- per ton, dan Rp852.800,- per ton pada pendekatan output. Tabel 20. Tabel IHK tahun 2010, hasil harga dan biaya riil perikanan cakalang Tahun IHK IHK 2010 Harga Riil jutaton Biaya Riil jutatrip 2003 322,167 231,697 18,244 0,21641 2004 122,917 88,400 6,961 0,08257 2005 120,383 86,578 6,817 0,08087 2006 144,542 103,952 8,185 0,09709 2007 150,292 108,087 8,511 0,10096 2008 111,875 80,459 6,335 0,07515 2009 126,125 90,707 7,142 0,08472 2010 139,047 100 7,874 0,09340 2011 162,750 117,047 9,216 0,10933 2012 158,783 114,194 8,992 0,10666 Rata-rata 8,828 0,10472 Sumber: Hasil Analisis Data 2014