CPUEt dan upaya tangkap effort dapat berupa hubungan linear maupun eksponensial. Model surplus produksi terdiri dari dua model dasar yaitu model
Schaefer hubungan linear dan model Gompertz yang dikembangkan oleh Fox dengan bentuk hubungan eksponensial.
2.5 Analisis Bioekonomi Pendekatan Output
Model GS, merupakan model bioekonomi yang berdasarkan pada faktor input, sedangkan untuk mengetahui pengelolaan yang lebih optimal maka
pendekatan faktor output. Copes 1972 dalam Fauzi 2004, mengembangkan model GS dengan menambahkan harga per unit output, sesuai dengan kurva
permintaan. Model tersebut menggunakan analisis surplus konsumen, surplus produsen serta rente ekonomi, sehingga menghasilkan welfare optimization.
Perbedaan mendasar antara model GS dengan Copes adalah, mendasarkan output daripada input, memungkinkan menggunakan kurva permintaan yang
elastis, memungkinkan dilakukannya analisis surplus ekonomi dan rente pemerintah, memungkinkan analisis stuktur ekonomi yang tidak sempurna
misalnya seperti, monopoli, monopsoni, dan kepemilikan oleh pemerintah Fauzi, 2010.
Cunningham et. al. 1985 dalam Purwanto 1988 menjelaskan bahwa, jika harga hasil tangkapan output berubah karena perubahan jumlah ikan yang
dipasarkan, maka analisis akan sulit dilakukan bila modelnya dinyatakan sebagai fungsi penangkapan. Sebagian besar analisis mikro-ekonomi yang berkaitan
dengan produksi, meletakkan biaya per unit output sebagai dasar. Anderson 1973 dalam Purwanto 1988 menjelaskan bahwa, model Copes merupakan
analisis biaya yang berhubungan dengan output hasil tangkapan, tetapi bukan sebagai fungsi output, sebagai mana pengertian umum karena sebenarnya biaya
adalah fungsi dari upaya penangkapan. Heen 1989, berpendapat bahwa model Copes fokus pada signifikansi
konsumen dan produsen surplus, dimana akan berada pada level tangkapan yang optimal secara sosial. Copes menggunakan teori kesejahteraan dimana
menunjukan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan lebih dari sekedar menentukan dan menghasilkan maksimisasi dari rente sumberdaya. Baik Gordon
maupun Copes, keduanya tidak memasukan resources capital kedalam aspek tersebut.
Sumber Cunningham 1985 dalam Purwanto 1988
Gambar 4. Grafik tingkat optimum pemanfaatan sumberdaya Grafik diatas merupakan grafik tingkat optimum pada sebuah upaya
pemanfaatan wilayah perairan terbuka, dimana PeTFPo, merupakan tambahan surplus konsumen. PeTPx merupakan keuntungan nelayan. THF merupakan biaya
sosial penangkapan yang berlebih dan Qm merupakan tingkat hasil maksimum lestari.
2.6 Degradasi dan Depresiasi Sumberdaya
Anna 2003 dalam Fauzi dan Suzy 2005, menuliskan bahwa dalam analisis degradasi terdapat tiga variabel yang harus dipenuhi, yaitu input, biomasa
ikan dan manfaat ekonomi. Standar perhitungan perubahan stok ikan menggunakan konsep bioekonomi perikanan, yaitu menggunakan tiga parameter
biofisik, yaitu carrying capacity, cathability coefisien dan laju pertumbuhan intrinsik. Ketiga variabel ini mempengaruhi stok, jumlah ikan yang ditangkap
serta manfaat ekonomi yang didapat. Secara konsep perhitungan degradasi
merupakan hasil fungsi sigmoid antara jumlah tangkapan aktual dengan tangkapan lestari, berdasarkan interaksi antara input dan stok.
Depresiasi merupakan pengukuran terhadap perubahan nilai moneter pada suatu sumberdaya. Depresiasi juga dapat diartikan sebagai pengukuran deplesi
atau degradasi yang dirupiahkan dan merupakan nilai riil dari sumberdaya tersebut, sehingga indikator seperti perubahan harga, karena inflasi, indeks harga
konsumen dan lain sebagainya, perlu mendapatkan perhatian Fauzi dan Suzy, 2005.
Anna 2003 menjelaskan landasan utama model depresiasi sumberdaya alam adalah teori pertumbuhan, dimana sumberdaya alam diperlukan sebagai
kapital yang terkumulasi dan mengalami apresiasi dan depresi. Selain dari segi teori pertumbuhan, analisis mengenai keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi
dengan kwalitas lingkungan juga merupakan salah satu aspek pendekatannya, dan dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini:
�
t
- �
t – 1
= p – c [h
st
- h
st-1
+ E
t
– E
t-1
... 2.9
2.7 Sumberdaya Perikanan Tangkap Berkelanjutan
FAO 2001, menjelaskan bahwa konsep berkelanjutan adalah suatu pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam dan perubahan orientasi
teknologi serta kelembagaan, dalam beberapa cara yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Prinsip keberlanjutan menurut komisi Brundtland dalam Fauzi 2004 adalah suatu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Terdapat dua hal yang terdapat dalam konsep tersebut, yang pertama adalah
menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumberdaya terhadap pola pembangunan dan konsumsi, yang kedua adalah menyangkut perhatian pada
welfare generasi mendatang. Haris 2000 dalam Fauzi 2004 merinci konsep keberlanjutan dalam tiga
aspek pemahaman, secara ekonomi, lingkungan dan sosial. Keberlanjutan ekonomi merupakan pembangunan dalam menghasilkan barang atau jasa secara
kontinu. Keberlanjutan lingkungan adalah sistem berkelanjutan dimana sistem