Kerangka Penelitian Economic Policy For Sustainable Large Pelagic Fisheries Management In East Flores Regency

bioekonomi model konvensional dengan memasukan unsur output price sebagai salah satu variabelnya, kemudian diolah dengan menggunakan pendekatan surplus produsen, surplus konsumen dan rente sumberdaya. Sedangkan metode degradasi dan deplesiasi, merupakan metode yang penggunaannya sebagai parameter dalam indikasi pengelolaan suatu sumberdaya. Sementara analisis keberlanjutan perikanan, menggunakan pendekatan Rapid Appraisal for Fisheries, analisis yang digunakan adalah analisis MDS, Leverage dan analisis Monte Carlo. Analisis kebijakan dengan menggunakan metode AHP, sedangkan pengolahan data menggunakan Ms. Excel, maple 14 maupun tools pengolahan statistik lainnya. Ketiga analisis tersebut akan menghasilkan nilai keberlanjutan perekonomian perikanan dengan melihat dari berbagai sektor, sehingga pengembangan selanjutnya adalah mencoba merumuskan kebijakan yang tepat, sesuai dengan hasil kriteria tersebut untuk mengciptakan pengelolaan perikanan tangkap pelagis yang berkelanjutan.

4.4.1 Analisis Surplus Produksi Pendekatan Input

Analisis surplus produksi merupakan suatu pendekatan dalam mengkaji pendugaan stok dari aspek biologi dan dilakukan dalam rangka mencari nilai optimum dari suatu usaha pemanfaatan. Analisis ini menggunakan konsep pertumbuhan logistik serta kurva produksi lestari. Fauzi 2004, menerangkan konsep tersebut secara matematik. Dengan persamaan berikut: �� � = F x ... 4.1 Fungsi tersebut bersifat kontinyu dan density dependent, yang artinya perubahan stok ikan pada periode waktu tertentu ditentukan oleh populasi pada awal periode. Kemudian salah satu bentuk fungsi density dependent yang sederhana dan sering digunakan dalam literatur ekonomi sumberdaya ikan adalah model pertumbuhan logistik logistic growth model. Secara fungsi, dituliskan sebagai berikut: �� � = rx 1 − � � ... 4.2 r adalah laju pertumbuhan intrinsik intrinsic growth model dan K merupakan carring capacity atau daya dukung lingkungan. Kemudian fungsi tersebut akan ditambahkan dengan fungsi produksi. Sehingga akan memasukkan variabel hasil tangkapan kedalam persamaan 4.2. �� � = rx 1 − � � – h ... 4.3 �� � = rx 1 − � � – qxE ... 4.4 h sebagai nilai produksi, q sebagai koefisien tangkap, x adalah stok ikan, dan E merupakan upaya effort. Bila persamaan 4.4 diubah kedalam x, maka: qxE = rx 1 − � � ... 4.5 x = K 1- � ... 4.6 Persamaan 2.6 akan menghasilkan estimasi estimasi produksi lestari, bila disubtitusikan dengan persamaan h = qxE. Persamaan produksi lestari, sebagai berikut: h = qKE 1- � ... 4.7 Secara ringkas, Zulbainarni 2012 merangkum formulasi berbagai model surplus produksi kedalam Tabel 6, berikut ini. Tabel 6. Formulasi model Fox, CYP, WH dan Schnute pada perhitungan surplus produksi Model Rumus Fox Ln dimana: a = Ln dan b = W-H dimana: a = r dan b = Tabel 6. Formulasi model Fox, CYP, WH dan Schnute pada perhitungan surplus produksi lanjutan Model Rumus Schnute dimana: a = r; b = dan c = q CYP Ln dimana: a = ; b = dan c = Sumber: Zulbainarni 2012

4.4.2 Analisis Surplus Produksi Pendekatan Output

Analisis ini merupakan analisis produksi model Copes yang menggunakan harga, sehingga merubah kurva supply konvensional, menjadi backward bending supply, sehingga surplus ekonomi dapat diestimasi. Fokus pada signifikansi konsumen dan produsen surplus, pada level pemanfaatan sosial yang optimal. Perubahan konsumen surplus, menurut Fauzi dan Suzy 2005, dapat dihitung berdasarkan formula berikut dibawah ini. Namun dapat pula menggunakan luasan rumus segitiga. ∆�� = | - | ... 4.8 Dimana H a adalah produksi pada kondisi aktual, H p adalah produksi akibat depresiasi. Sedangkan perubahan pada surplus produksi dapat dihitung, dengan persamaan: ∆�� = p o h o - 2 + −4 + 2 ... 4.9 p o merupakan harga pada periode awal, h o adalah sustainable yield pada periode awal, c adalah biaya. Serta dan adalah koefisien sustainable yield.