memperoleh barang yang diinginkan. Sementara surplus produsen terjadi ketika, jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang atau jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Sumber: Marshall 1980
Gambar 2. Grafik distribusi surplus ekonomi
2.4 Analisis Bioekonomi Pendekatan Input
Aziz 1989 dalam Randika 2008, menuliskan bahwa surpus produksi adalah salah satu model yang digunakan dalam pengkajian stok ikan, yaitu dengan
menggunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan. Pertambahan biomas suatu stok ikan dalam waktu tertentu adalah suatu parameter populasi yang
disebut produksi. Biomas yang diproduksi ini diharapkan dapat mengganti biomas yang hilang akibat penangkapan maupun faktor alamai lainnya.
Syarat yang harus terpenuhi dalam menganalisis model surplus produksi menurut Gulland 1983 dan Spare 1989 dalam Tinungki 2005, adalah:
1 Ketersediaan ikan pada tiap periode tertentu, tidak mempengaruhi daya
tangkap relatif. 2
Distribusi ikan menyebar merata. 3
Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya, memiliki kemampuan tangkap yang seragam.
Hilborn dan Walters 1992 dalam Tinungki 2005 menyebutkan stuktur umum model surplus produksi tergantung pada empat besaran, yaitu:
1 Biomas populasi pada suatu waktu tertentu.
2 Tangkapan untuk suatu waktu tertentu.
3 Upaya tangkap pada waktu tertentu.
4 Laju pertambahan natural yang konstan.
Konsep awal pada surplus produksi adalah fungsi pertumbuhan populasi biomas tersebut. Fauzi 2004 merumuskan secara matematik fungsi pertumbuhan
density dependent growth tersebut, kedalam persamaan berikut: X
t+1
– x
t
= Fx
t
... 2.1
�� �
= F x ... 2.2
Penurunan fungsi menghasilkan sebuah fungsi pertumbuhan yang bersifat kontiyu. Dalam model density dependent growth dalam bidang perikanan,
mempergunakan model pertumbuhan logistik logistic growth model. Model ini menggunakan K carrying capacity, r laju pertimbuhan intrinsik untuk masuk
kedalam fungsi. Sehingga maksimisasi nilai K, merupakan titik MSY Fauzi, 2004.
... 2.3 dimana:
= ukuran kelimpahan biomasa ikan
= daya dukung alam carrying capacity
r = laju pertumbuhan biomasa ikan
F = fungsi pertumbuhan biomas ikan
�� �
= laju pertumbuhan biomas Dengan masuknya unsur produksi h dalam MSY, maka persamaan diatas
menjadi:
�� �
= rx 1 −
� �
– h
�� �
= rx 1 −
� �
– qxE ... 2.4
h sebagai produksi, merupakan fungsi dari q koefisien tangkap, x sebagai stok ikan dan E sebagai effort penangkapan. Fungsi h dapat diasumsikan menjadi dua
bagian, yang pertama adalah tanpa memasukan unsur diminishing return, yang
K
x rx
x F
t x
1
kedua adalah dengan memasukan fungsi diminishing return. Jika fungsi tersebut memasukan fungsi diminishing return, artinya fungsi E effort menggunakan
elastisitas, yang artinya bahwa kenaikan suatu unit upaya penangkapan akan menurunkan unit produksi, senilai dengan kecepatan yang disebabkan oleh
kenaikan upaya penangkapan. secara matematik, dituliskan sebagai berikut: h = qx
� ... 2.5
Sumber Fauzi 2004
Gambar 3. Grafik pengaruh tangkapan terhadap stok
Pada kondisi seimbang, dimana
�� �
= 0, maka persamaan menjadi: qxE = rx 1
−
� �
... 2.6 dan kondisi stok, akan menjadi:
x = K 1-
�
... 2.7 Persamaan tersebut akan menghasilkan estimasi estimasi produksi lestari, bila
disubtitusikan dengan persamaan h = qxE. Persamaan produksi lestari, sebagai berikut:
h = qKE 1-
�
... 2.8
Analisis yang digunakan untuk menduga hasil tangkapan maksimum lestari dan tingkat upaya optimum dilakukan dengan menggunakan model Fox,
W-H, Schnute dan CYP, sedangkan antara hasil tangkapan per satuan upaya
CPUEt dan upaya tangkap effort dapat berupa hubungan linear maupun eksponensial. Model surplus produksi terdiri dari dua model dasar yaitu model
Schaefer hubungan linear dan model Gompertz yang dikembangkan oleh Fox dengan bentuk hubungan eksponensial.
2.5 Analisis Bioekonomi Pendekatan Output
Model GS, merupakan model bioekonomi yang berdasarkan pada faktor input, sedangkan untuk mengetahui pengelolaan yang lebih optimal maka
pendekatan faktor output. Copes 1972 dalam Fauzi 2004, mengembangkan model GS dengan menambahkan harga per unit output, sesuai dengan kurva
permintaan. Model tersebut menggunakan analisis surplus konsumen, surplus produsen serta rente ekonomi, sehingga menghasilkan welfare optimization.
Perbedaan mendasar antara model GS dengan Copes adalah, mendasarkan output daripada input, memungkinkan menggunakan kurva permintaan yang
elastis, memungkinkan dilakukannya analisis surplus ekonomi dan rente pemerintah, memungkinkan analisis stuktur ekonomi yang tidak sempurna
misalnya seperti, monopoli, monopsoni, dan kepemilikan oleh pemerintah Fauzi, 2010.
Cunningham et. al. 1985 dalam Purwanto 1988 menjelaskan bahwa, jika harga hasil tangkapan output berubah karena perubahan jumlah ikan yang
dipasarkan, maka analisis akan sulit dilakukan bila modelnya dinyatakan sebagai fungsi penangkapan. Sebagian besar analisis mikro-ekonomi yang berkaitan
dengan produksi, meletakkan biaya per unit output sebagai dasar. Anderson 1973 dalam Purwanto 1988 menjelaskan bahwa, model Copes merupakan
analisis biaya yang berhubungan dengan output hasil tangkapan, tetapi bukan sebagai fungsi output, sebagai mana pengertian umum karena sebenarnya biaya
adalah fungsi dari upaya penangkapan. Heen 1989, berpendapat bahwa model Copes fokus pada signifikansi
konsumen dan produsen surplus, dimana akan berada pada level tangkapan yang optimal secara sosial. Copes menggunakan teori kesejahteraan dimana
menunjukan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan lebih dari sekedar menentukan dan menghasilkan maksimisasi dari rente sumberdaya. Baik Gordon