Perumusan Masalah Economic Policy For Sustainable Large Pelagic Fisheries Management In East Flores Regency

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar

Potensi sumberdaya perikanan baik penangkapan laut maupun budidaya di NTT termasuk dalam potensi yang sangat layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil perikanan pada kedua jenis pemanfaatan tersebut, meskipun jumlah hasil budidaya tidak lebih besar dari jumlah perikanan laut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Wilayah penangkapan yang menjadi akses para nelayan di wilayah NTT adalah Laut Timor, Laut Flores, Laut Sawu hingga Samudera Hindia selatan, serta perairan-perairan lainnya yang berada diantara gugusan pulau-pulau. Tingkat konsumsi masyarakat NTT terhadap hasil perikanan dalam data BPS NTT 2011, menunjukan konsumsi yang cukup besar bila dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan nilai 8gram perhari perkapita. Selain memenuhi kebutuhan masyarakat NTT, prioritas utama dari hasil produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen luar NTT hingga luar negeri. Nilai ekspor NTT ditahun 2010, untuk komoditas ikan, crustacea dan molusca mencapai US 82.264. Hal ini juga ditunjukan dengan meningkatnya nilai PDRB NTT menurut lapangan usaha sektor perikanan, yang terus meningkat sejak tahun 2008, yaitu sebesar 950,2 milyar pada tahun 2008, 1.062,4 milyar pada tahun 2009 dan 1.199,1 milyar ditahun 2010, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 untuk setiap tahunnya BPS NTT, 2011 Jumlah rumah tangga nelayan pada tahun 2010 mencapai 41.685, dengan total alat tangkap sebanyak 13.437 pada tahun yang sama. Upaya penangkapan pada wilayah ini menggunakan berbagai jenis pancing pole and line dan pancing tonda, sedangkan untuk alat tangkap lainnya misalnya seperti, payang, pukat, jaring insang serta bagan tancap. Dominasi alat tangkap berdasarkan data tahun 2010, adalah gill net, pancing dan payang BPS NTT, 2011. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan hingga kolom air mid layer. Ikan pelagis membentuk gerombolan schooling dalam aktivitasnya dan melakukan migrasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perikanan pelagis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelagis kecil dan pelagis besar. Ciri pelagis besar adalah ikan dengan ukuran 100-250cm pada ukuran dewasa, merupakan jenis perenang cepat dan termasuk tipe peruaya, misalnya ikan tuna, cakalang, tongkol dan tenggiri. Pelagis besar bersifat epipelagis dan oseanis, walaupun ada sebagian kecil yang berada di perairan pantai. Penyebaran ikan jenis ini secara vertikan sangat dipengaruhi oleh lapisan termoklin struktur lapisan masa air yang terbentuk akibat perbedaan suhu, sedangkan penyebaran secara horizontal dipengaruhi oleh faktor suhu, ketersediaan makanan dan parameter oseanografi lainnya Simbolon, 2011. Ikan tuna yang akan menjadi fokus dari penelitian ini adalah Thunnus albacares atau yellowfin tuna atau madidihang atau tuna sirip kuning sebagai nama lokal. Berasal dari famili Scombridae, memiliki badan besar, gemuk dan kuat, dengan sumber kekuatannya terletak pada pertemuan ekor dan badan. Jenis ikan ini dianggap sebagai proyektil laut terbaik, dari semua jenis tuna. Ikan tuna memiliki linea lateralis yang berombak, sirip punggung kedua dan dubur melengkung panjang ke arah ekor yang ramping dan runcing menyerupai sabit. Memiliki sirip berwarna kuning keemasan yang cerah, dan pinggirnya berwarna hitam dengan ujung yang tajam, sedangkan tubuh bagian atas berwarna keperak- perakan Tampubolon 1983 dalam Simbolon, 2011. Ikan cakalang Katsuwonus pelamis, atau juga dikenal sebagai skipjack tuna, berasal dari famili Scombroidae dengan bentuk tubuh bulat torpedo, memanjang dan padat. Tubuh tidak bersisik, memiliki 4-6 garis berwarna hitam tebal yang membujur dikedua sisinya. Ikan cakalang memijah sepanjang tahun di perairan katulistiwa. Ikan ini memiliki sifat epipelagis, oseanis dan hidup yang bergerombol. Cakalang menyukai arus korvegensi yang terdapat di antara pulau- pulau yang berdekatan, perairan tempat terjadinya thermal front dan upwelling. Penyebaran geografis dan kelimpahan cakalang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan yang sesuai dengan jenis yang diinginkan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Ikan cakalang akan melakukan migrasi untuk mencari daerah baru yang kaya akan sumber makanannya. Kebiasaan makan ikan cakalang diwaktu pagi dan sore hari, dengan tipe yang memangsa berbagai jenis makanan, mulai dari cephalopoda, crustacea dan ikan-ikan kecil sebagai makanan utama Simbolon, 2011.

2.2 Deskripsi Alat Tangkap Ikan Pelagis Besar

Klasifikasi jenis alat penangkapan ikan yang terdapat di Indonesia berdasarkan BBPPI Semarang tersaji pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Tabel klasifikasi alat tangkap di Indonesia berdasarkan Statistik Perikanan Indonesia Group Kategori Statistik Nama Indonesia Nama Indonesia Nama Inggris 1. Pukat udang 1.1 Pukat udang BED equipment shrimp net 2. Pukat ikan 2.1 Pukat ikan Fish net 3. Pukat kantong Seine nets 3.1 Payang termasuk lampara 3.2 Dogol 3.3 Pukat pantai Payang include lampara Danish seine Beach seine 4. Pukat cincin Purse seine 4.1 Pukat cincin Purse seine 5. Jaring insang Gill net 5.1 Jaring insang hanyut 5.2 Jaring insang lingkar 5.3 Jaring klitik 5.4 Jaring insang tetap Drift gill net Encircling gill net Shrimp gill net Set gill net 6. Jaring angkat Lift net 6.1 Bagan perahu 6.2 Bagan tancap termasuk kelong 6.3 Serok 6.4 Jaring angkat lainnya Boatraft lift net Bagan include kelong Scoop net Other lift net 7. Pancing Hook and lines 7.1 Rawai tuna 7.2 Rawai hanyut lainnya Selain rawai tuna 7.3 Rawai tetap 7.4 Huhate 7.5 Pancing dengan joran lainnya 7.6 Pancing tonda Tuna long line Drift long line Other than tuna long line Set long line Skipjack pole and line Other pole and line Troll line