Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan Economic Policy For Sustainable Large Pelagic Fisheries Management In East Flores Regency

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teori

Beberapa landasan teori yang menjadi kerangka dalam penelitian ini adalah metode surplus produksi pendekatan input dan output, serta metode dalam penilaian keberlanjutan sumberdaya perikanan, sehingga ketiga metode tersebut dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Metode surplus produksi adalah salah satu metode penduga stok ikan, penduga jumlah harvest optimal dan lain sebagainya. Metode ini digunakan dalam perhitungan MSY dan upaya penangkapan optimum dengan cara menganalisis hubungan upaya penangkapan E dengan hasil tangkapan persatuan upaya CPUE. Bioekonomi model Copes merupakan perkembangan model Gordon- Scheafer ditahun 1972 oleh Copes, yang mencoba menghilangkan kelemahan asumsi model GS dengan memasukan unsur harga per unit output, sehingga memiliki keterkaitan dengan kurva permintaan. Model Copes lebih memaknai sumberdaya perikanan dengan menggunkanan pendekatan surplus ekonomi dan rente sumberdaya. Metode penilaian keberlanjutan perikanan menggunakan analisis MDS, dengan pendekatan Rapfish yang akan menghasilkan nilai indeks keberlanjutan. Hasil nilai indeks tersebut akan diuji untuk mengetahui seberapa tingkat sensitivitas serta nilai galat yang dihasilkan dengan menggunakan analisis Levegare dan Monte Carlo. Sementara pengambilan kebijakan dilakukan dengan menggunakan analisis proses hierarki, dan menggunakan expert choice 11 sebagai tools.

3.2 Kerangka Operasional Penelitian

Tahap pertama penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana upaya pemanfaatan sumberdaya yang sudah dilakukan, kemudian dengan upaya tersebut kita dapat mengetahui pengaruh usaha pemanfaatan sumberdaya pelagis besar, baik terhadap aspek ekologi maupun ekonomi. Metode yang digunakan adalah model surplus produksi, dimana akan menghasilkan nilai yang dapat dipergunakan sebagai indikasi pemanfaatan. Perhitungan metode tersebut menggunakan data sekunder yang berasal dari dinas terkait. Data yang diperlukan dalam mengolah model surplus produksi diantaranya, data jumlah hasil tangkapan, jumlah usaha penangkapan, biaya per trip, PDRB, IHK, jumlah penduduk dan lain sebagainya. Data yang diperoleh di olah dengan menggunakan dua pendekatan bioekonomi, yaitu pendekatan input dan pendekatan output. Pendekatan input menggunakan model Fox, W-H, Schnute serta CYP. Hasil yang diharapkan dari pengolahan beberapa model tersebut, adalah estimasi nilai potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan, sehingga tercipta upaya pemanfaatan yang mengutamakan efisiensi ekonomi dengan tetap memperhatian kondisi lingkungan sumberdaya tersebut. Pendekatan output, menggunakan output price sebagai salah satu variabelnya dan dengan menggunakan analisis surplus konsumen, surplus produsen serta rente sumberdaya. Asumsi yang digunakan adalah harga per unit output yang akan mengikuti kurva permintaan dan memiliki slope negatif, sehingga pengukuran terhadap surplus konsumen dapat diketahui. Hasil yang didapatkan adalah persentase nilai estimasi optimisasi kesejahteraan. Langkah kedua dalam penelitian ini adalah mencoba menyusun suatu upaya pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan. Analisi yang digunakan adalah analisis MDS, analisis Monte Carlo dan analisis Leverage. Analisis MDS menghasilkan indeks dari masing-masing aspek atau komponen yang diuji dan nilai tersebut dibagi menjadi beberapa kategori, sesuai dengan tingkat baik buruknya. Analisis Leverage dilakukan agar dapat dengan mudah mengetahui parameter apa saja yang sangat mempengaruhi sebuah pengelolaan berkelanjutan. Sementara analisis Monte Carlo, dilakukan untuk menguji stabilitas analisis MDS. Data yang diperlukan dalam tahap ini adalah data primer yang berasal dari kuesioner, yang berisi nilai pembobotan status keberlanjutan terhadap beberapa dimensi yang diuji dengan menggunakan beberapa atribut. Langkah selanjutnya merupakan penggunaan hierarki proses analisis, yang bertujuan untuk menentukan alternatif kebijakan dalam upaya pengelolaan perikanan pelagis besar berkelanjutan. Prinsip kerja AHP dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit adalah penyusunan hierarki, penetapan prioritas serta konsistensi logis. Data yang digunakan adalah data primer hasil pengisian kuesioner dengan landasan utama sebuah hierarki komponen yang telah disusun berdasarkan pembobotan tiap pendapat para ahli. Pemberian nilai bobot dilakukan secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparison, kemudian akan diubah menjadi suatu bilangan yang dapat mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. Rancangan operasional penelitian ini tersaji dalam diagram alir berikut ini.