merupakan hasil fungsi sigmoid antara jumlah tangkapan aktual dengan tangkapan lestari, berdasarkan interaksi antara input dan stok.
Depresiasi merupakan pengukuran terhadap perubahan nilai moneter pada suatu sumberdaya. Depresiasi juga dapat diartikan sebagai pengukuran deplesi
atau degradasi yang dirupiahkan dan merupakan nilai riil dari sumberdaya tersebut, sehingga indikator seperti perubahan harga, karena inflasi, indeks harga
konsumen dan lain sebagainya, perlu mendapatkan perhatian Fauzi dan Suzy, 2005.
Anna 2003 menjelaskan landasan utama model depresiasi sumberdaya alam adalah teori pertumbuhan, dimana sumberdaya alam diperlukan sebagai
kapital yang terkumulasi dan mengalami apresiasi dan depresi. Selain dari segi teori pertumbuhan, analisis mengenai keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi
dengan kwalitas lingkungan juga merupakan salah satu aspek pendekatannya, dan dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini:
�
t
- �
t – 1
= p – c [h
st
- h
st-1
+ E
t
– E
t-1
... 2.9
2.7 Sumberdaya Perikanan Tangkap Berkelanjutan
FAO 2001, menjelaskan bahwa konsep berkelanjutan adalah suatu pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam dan perubahan orientasi
teknologi serta kelembagaan, dalam beberapa cara yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Prinsip keberlanjutan menurut komisi Brundtland dalam Fauzi 2004 adalah suatu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Terdapat dua hal yang terdapat dalam konsep tersebut, yang pertama adalah
menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumberdaya terhadap pola pembangunan dan konsumsi, yang kedua adalah menyangkut perhatian pada
welfare generasi mendatang. Haris 2000 dalam Fauzi 2004 merinci konsep keberlanjutan dalam tiga
aspek pemahaman, secara ekonomi, lingkungan dan sosial. Keberlanjutan ekonomi merupakan pembangunan dalam menghasilkan barang atau jasa secara
kontinu. Keberlanjutan lingkungan adalah sistem berkelanjutan dimana sistem
tersebut mampu memelihara stabilitas sumberdaya, yang menghindari kegiatan eksploitasi. Sedangkan keberlanjutan sosial merupakan suatu sistem yang mampu
mencapai kesejahteraan. Charles 2001, berpendapat bahwa perikanan berkelanjutan merupakan
suatu konsep hubungan perikanan sebagai sebuah sistem, dimana terdapat hubungan keterkaitan antara ekologi, biofisik, ekonomi, sosial serta budaya.
Sistem perikanan tersebut dibagi menjadi tiga subsistem besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan perikanan, pertama adalah alam sebagai subsistem, yang
merupakan suatu ekosistem sumberdaya perikanan. Subsistem ini menjelaskan keterkaitan antara sumberdaya ikan, habitat, dampak perubahan kondisi
lingkungan perairan dan lain sebagainya. Kedua adalah manusia sebagai subsistem, dalam subsistem ini terdapat beberapa faktor yang turut serta
mempengaruhi, misalnya perkembangan teknologi dalam upaya penangkapan ikan, penanganan atau pengolahan hasil tangkapan serta budaya masyarakat
nelayan. Subsistem terakhir adalah manageman, proses yang terdapat dalam subsistem ini adalah perencanaan suatu kebijakan dalam pengelolaan sistem
perikanan, yang akan menghasilkan kebijakan berdasarkan perkembangan ilmu pengatahuan, pembangunan perikanan baik dalam bentuk ekologi, pasar dan lain
lain.
2.8 Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan
Perikanan berkelanjutan merupakan konsep pengelolaan perikanan yang melibatkan berbagai sektor, sehingga untuk mengetahui seberapa besar sektor-
sektor tersebut saling berkaitan, memerlukan suatu metode. Salah satu metode dalam menilai suatu keberlanjutan adalah dengan menggunakan Rapfish. Pietcher
1999 dalam Anna 2003, menjelaskan bahwa Rapfish merupakan suatu alternatif pendekatan sederhana yang berguna untuk mengevaluasi status
keberlanjutan suatu sistem perikanan. Rapfish ini merupakan suatu teknik multidiciplinary rapid appraisal dalam evaluasi comparative sustainability dari
perikanan, berdasarkan sejumlah atribut yang mudah untuk diskorsing. Menurut Pitcher dan Preikshot 2001 dalam Abdullah 2011,
keberlanjutan perikanan pada setiap dimensi, dilakukan evaluasi terlebih dahulu
untuk mengetahui statusnya pada suatu periode waktu tertentu. Hasil status tersebut, digunakan untuk pengambilan keputusan maupun kebijakan dalam
rangka mempertahankan atau mengembangkan status tersebut secara objektif. Rapfish merupakan teknik ordinasi menempatkan suatu pada urutan yang
terukur dengan menggunakan MDS, MDS merupakan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih
rendah. Dimensi dalam Rapfish adalah dimensi keberlanjutan dari ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan hukum kelembagaan. Pada setiap dimensi
memiliki atribut yang terkait dengan keberlanjutan, sebagaimana yang di syaratkan dalam FAO-Code of Conduct. Pemilihan MDS dilakukan atas dasar
pemilihan model terbaik yang dilakukan oleh Pitcher dan Preikshot pada tahun 2001, karena metode lainnya seperti factor analysis dan multi attribute utility
theory MAUT tidak dapat menghasilkan hasil yang stabil Anna, 2003. Langkah yang dilakukan dalam pendekatan Rapfish adalah, skoring
terhadap atribut sesuai dengan ketentuan, kemudian metode MDS sebagai metode penentuan ordinasi baik maupun buruk, analisis Leverage atau analisis sensitivitas
serta analisis Monte Carlo. Abdullah 2003, menuliskan bahwa analisis Leverage untuk melihat atribut apa yang paling berpengaruh signifikan terhadap nilai indeks
keberlanjutan. Pengaruh dari setiap reduksi atribut diperhitungkan melalui akar kuadrat nilai tengah RMS ordinasi status keberlanjutan perikanan, dengan
persaamaan:
RMS =
1 �
� − �
2 �
=1
... 2.10 dimana:
X
red
= hasil ordinasi reduksi atribut X
flip
= hasil ordinasi tanpa reduksi atribut N = jumlah perikanan
Hasil perhitungan RMS menyatakan besaran sesuai hasil komputasi dari ordinasi status keberlanjutan perikanan, dengan skala 0 hingga 100. Artinya,
semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya satu atribut tertentu, maka semakin besar nilai peran atribut tersebut dalam penentuan nilai indeks
keberlanjutan pada skala 0-100, atau dengan kata lain, atribut tersebut semakin sensitif terhadap status keberlanjutan perikanan tangkap yang diuji.
Faktor ketidakpastian dalam pendekatan Rapfish menjadi salah satu pengujian selanjutnya. Hal ini dilakukan dalam tahap mengantisipasi kesalahan-
kesalahan yang timbul dalam pengolahan data. Metode Monte Carlo, sebagai metode pengujian terhadap stabilitas MDS. Susilo 2003, menjelaskan analisis
tersebut merupakan suatu metode statistika simulasi untuk mengevaluasi pengaruh galat acak pada proses, untuk menduga suatu nilai statistik tertentu.
Hasil output Rapfish merupakan nilai dari masing-masing dimensi dalam upaya keberlanjutan. Tetapi untuk menilai dimensi tersebut dalam satu kesatuan
yang utuh dalam pengelolaan keberlanjutan, diperlukan sebuah pembobotan ulang, sehingga dapat menentukan status keberlanjutan secara keseluruhan.
Budiharsono 2007, menyebutkan dalam menentukan status pengelolaan secara keseluruhan adalah dengan menentukan bobot setiap dimensi yang menggunakan
proses hierarki analitik.
2.9 Kebijakan Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
Analitical Hierarchy Process AHP merupakan peyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstuktur, strategik dan dinamis menjadi sebuah
bagian-bagian yang tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut
dan secara relatif akan dibandingkan dengan variabel lainnya. AHP menggunakan nilai bobot, pemberian nilai bobot dilakukan secara intuitif, yaitu dengan
melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparison, kemudian akan diubah menjadi suatu bilangan yang dapat mempresentasikan prioritas relatif dari
setiap kriteria dan alternatif Marimin dan Nurul, 2010. Prinsip kerja AHP dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis
eksplisit, adalah penyusunan hierarki, penetapan prioritas serta konsistensi logis. Langkah awal dalam penyusunan hierarki adalah mengidentifikasi informasi yang
sedang diamati menurut elemen pokoknya, dalam poin ini juga terdapat skala perbandingan Saaty. Tahap selanjutnya adalah penentuan prioritas, dalam tahap
ini dilakukan pairwise comparison yang akan terbentuk dalam matriks. Langkah