Salinitas Kondisi Parameter Lingkungan

Sedangkan bentuk pertumbuhan seperti lembaran didominasi oleh Merulina implicate, Pachyseris speciosa dan Oxypora lacera. Kondisi lamun pada saat survey lapangan banyak ditemukan pada kedalaman perairan sekitar 1 - 2 m dengan lokasi menyebar di sekeliling perairan Pulau Pongok pada substrat yang agak berpasir Gambar 15. Menilai kondisi substrat di atas menunjukan bahwa perairan Pulau Pongok sangat potensial untuk dikembangkannya budidaya kerapu dengan sistem KJA. 5.2. Kesesuaian Kawasan untuk KJA Berdasarkan analisis kesesuian kawasan dengan pembobotan dan skoring menunjukan terdapat pengelompokan kawasan yang potensial untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok dengan tingkat kelayakan yang berbeda. Tingkat kelayakan yang berbeda ini terutama karena adanya perbedaan nilai pembobotan dan nilai data dari beberapa parameter lingkungan saat survey lapangan yang digunakan dalam melakukan analisis overlay, sehingga dengan batasan perhitungan evaluasi kelayakan ini diperoleh kelas kesesuaian yang berbeda dalam mendukung budidaya kerapu di KJA. Kelas kesesuaian ini adaah sebagai berikut: S1 : tingkat Sangat sesuai, dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkelanjutan. S2 : tingkat Cukup sesuai, dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi optimum. S3 : tingkat Tidak sesuai, dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan budidaya kerapu karena faktor pembatas yang sangat berat. Budidaya Kerapu dengan sistem KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S1 dan S2. Selanjutnya untuk memperoleh luasan lahan perairan maka dilakukan penjumlahan terhadap masing-masing kelas S1, S2, dan S3 yang hasilnya dalam satuan hekto are ha. Berdasarkan analisis secara spasial diperoleh luasan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA di perairan Pulau Pongok dengan luas arahan kesesuaian kawasan seperti pada Tabel 15 berikut : Tabel 15. Luas Arahan Kesesuaian Kawasan No Keterangan Kelas Luas ha Prosentase 1 S1 662,05 4,01 2 S2 2.812,61 17,04 3 S3 13.029,55 78,95 Total 16.504,21 100 S1 dan S2 3.474,66 21,05 Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek ekonomi dan manajemen. Jika dilihat dari seluruh faktor pembatas, parameter kecepatan arus dengan nilai 0,1 - 0,2 ms atau 0,3 – 0,4 ms sangat dominan sehingga masuk ke kelas S2. Selanjutnya, parameter kedalaman dengan nilai kurang dari 15 m sangat dominan sehingga masuk ke kelas S2 serta parameter oksigen terlarut DO dengan nilai kurang dari 7,00 mgl sangat dominan sehingga masuk ke kelas S2. Parameter keterlindungan sangat berpengaruh dan menunjukan banyaknya wilayah perairan Pulau Pongok yang terlindung. Selanjutnya, parameter selain dari parameter yang disebutkan di atas menunjukan bahwa nilainya banyak yang masuk ke kelas S1. Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh arahan kesesuaian kawasan dengan kelas S1, S2, dan S3, sebagai kawasan yang layak untuk dikembangkan budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA adalah kelas S1 dan S2 saja. Dari Tabel 14 diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA sebanyak 3.485,57 ha atau sekitar 21,01 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Gambar 16. Luasan ini diperoleh dari kelas S1 sebanyak 662,05 ha dan kelas S2 sebanyak 2.812.61 ha yang tersebar hampir di sekeliling Pulau Pongok. Mengevaluasi kesesuaian kawasan pada lokasi KJA eksisting yaitu KJA milik Bapak Hendri, termasuk ke dalam kelas S2 karena banyak faktor penbatas yang cenderung hanya memenuhi kategori Cukup sesuai S2 seperti parameter- parameter kedalaman, DO, dan kecepatan arus. Lokasi KJA ini masih dilanjutkan untuk kegiatan usaha budidaya ikan kerapu karena mempertimbangkan aspek manajemen usaha yaitu lokasinya mudah dikontrol dari aspek keamanan karena dekat dengan pemukiman penduduk dan rumah pemilik KJA. Dari sisi pasokan pakan ikan rucah, lokasi ini tidak mendapat kesulitan dalam hal transportasi pengangkutan pakan sehingga mobilitas pengelola menjadi cepat dan lancar. Pakan diperoleh dari nelayan bagan dan nelayan jaring Lampiran 4. Saat musim barat, KJA tidak terlalu terganggu dari ancaman gelombang walaupun masih terasa guncangan yang cukup kuat pada malam hari. Saat musim timur atau pancaroba, kondisi arus perairan menjadi tenang bahkan terlalu tenang dengan kecepatan arus kurang dari 0,2 ms. Hal ini dapat membahayakan ikan kerapu budidaya terutama dari ancaman penyakit dan parasit. Sisa-sisa makanan yang tertimbun di dasar perairan dalam jumlah yang banyak dapat meracuni badan perairan di atasnya serta akan menjadi tempat persembunyian organisme parasit dan sumber makanan bagi parasit seperti kutu air yang suka menyerang pada ikan budidaya. Gambar 16. Peta Kesesuaian KJA Perairan