Gambar 12. Peta Keterlindungan Perairan
Gambar 13. Peta pH perairan
5.1.8. pH
pH atau derajat keasaman suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang penting dalam memantau kualitas lingkungan perairan. pH perairan
dipengaruhi oleh konsentrasi CO
2
dan senyawa-senyawa yang bersifat asam dimana CO
2
ini terkait dengan proses fotosintesis dan respirasi biota laut terutama fitoplankton. Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap
organisme akuatik, hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan. Nilai pH air laut di bawah 7,00 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan
budidaya. Dalam proses biokimia, jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir. Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan
yang tertinggi sebesar 8,30 dan nilai terendah sebesar 7,30 dengan nilai rata-rata sebesar 7,74 Gambar 13. Pada lokasi KJA eksisting diperoleh nilai pH 7,80,
artinya di lokasi ini tidak ada hambatan dengan masalah pH air laut sehingga ikan dapat tumbuh dengan normal. Nilai pH rata-rata menunjukan bahwa kondisi ini
bagus untuk dikembangkannya budidaya kerapu dengan sistem KJA.
5.1.9. DO
Sumber utama oksigen terlarut atau dissolve oksigen DO di perairan adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota perairan yang berklorofil.
Kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air sangat lambat, oleh karena itu fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut di
perairan. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, salinitas, arus perairan, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer, dan
persentase oksigen disekitarnya. Kelarutan oksigen akan menurun seiring dengan meningkatnya suhu perairan dan seiring dengan menurunnya tekanan udara.
Oksigen terlarut di dalam air digunakan oleh ikan kerapu untuk proses metabolisme tubuh yang akan mengkonversikan pakan yang dimakan menjadi
ukuran pertumbuhan. Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya berkisar 5
– 8 mgl jika nilai DO kurang dari 5 mgl maka nafsu makan ikan berkurang dan pertumbuhan akan terganggu. Berdasarkan survey lapangan,
nilai DO terendah di perairan Pulau Pongok adalah sebesar 5,5 mgl dan tertinggi sebesar 8,0 mgl dengan nilai DO rata-rata 6,62 mgl. Terdapat hubungan antara
nilai DO dan suhu perairan seperti ditunjukan pada stasiun 30, nilai DO terendah