Akuakultur Biota Laut TINJAUAN PUSTAKA
Dalam perencanaan suatu sistem produksi budidaya perikanan, nilai daya dukung dimasukan sebagai faktor penting untuk dapat menjamin siklus produksi
dalam waktu yang cukup lama sehingga berhubungan dengan produktivitas lestari perairan tersebut, termasuk nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi
dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Estimasi daya dukung lingkungan perairan untuk menunjang budidaya
ikan di KJA merupakan ukuran kuantitatif yang akan memperlihatkan berapa ikan budidaya yang boleh ditanam dalam luasan area yang telah ditentukan tanpa
menimbulkan degradasi lingkungan atau jika telah ditentukan banyaknya ikan budidaya dalam satu KJA, estimasi ini akan menunjukan berapa unit KJA yang
boleh ditanam dalam luasan area yang telah ditentukan. Menghindari degradasi lingkungan dalam hal ini berhubungan dengan kualitas perairan, apabila beban
limbah yang masuk melebihi kemampuan daur ulang dan kekuatan pencucian badan air maka perairan menjadi tercemar.
Budget nitrogen tahunan untuk kerapu Ephinephelus areolatus budidaya memenuhi persamaan Konsumsi C = input makanan I dikurangi limbah
makanan W atau sama dengan produksi P + mortalitas M + ekskresi E + fekal produksi F. Di laboratorium diperoleh hasil 27,5 disalurkan untuk
pertumbuhan, 64,4 diekskresikan dalam bentuk ammonia, 8,1 hilang dalam bentuk feces. Efisiensi N-asimilasi yaitu 91,9, sedangkan efisiensi N-retensi
bersih sebesar 29,9. Pada keramba di laut terbuka hanya 8,6 total N masuk ke lahan peternakan dipanen dalam bentuk produksi ikan, sementara kerugian akibat
mortalitas sebesar 3,7. Kehilangan akibat ekskresi ammonia sebesar 46,0, diikuti pemborosan pakan 37,7 dan produksi fekal sebesar 4,0. 66,0
masukan total N di laboratorium dapat diperhitungkan untuk individu kerapu, tetapi hanya 48,0 total N masuk ke dalam sistem budidaya dapat dihitung
budget nitrogen tahunan dibangun untuk membuat keramba. Diperkirakan 87,7 masukan total N itu hilang ke lingkungan setara dengan produksi ikan 321
kgtahun. Nilai kehilangan N ini hampir 3 kali lebih tinggi dari budidaya salmon di daerah temperate Leung et al. 1999. Jumlah nitrogen ini berhubungan dengan
kapasitas asimilasi dan beban limbah yang masih dapat ditoleransi oleh lingkungan. Menurut Putri 2007, kondisi muara Sungai Batang Arau Sumatera
Barat dengan nilai ammonia NH
3
rata-rata 0,499 mgl, nitrat NO
3
rata-rata 2,472 mgl, dan othophospat PO
4
rata-rata 2,779 mgl dengan tipe pasut semi diurnal tide, tunggang pasut 1,10 m, flushing time 6,832 hari dan kecepatan arus
berkisar 0,18 – 0,35 ms, walaupun terjadi penurunan kualitas air tetapi belum
menimbulkan tekanan ekologis yang dapat mengganggu kestabilan ekosistem atau kapasitas asimilasi bahan pencemar belum melebihi daya dukung lingkungan
karena didukung oleh proses hidrodinamika perairan sehingga beban pencemar tidak menumpuk di muara melainkan segera terbilas.
Membandingkan data pengamatan oleh Romimohtarto et al. 1986 di perairan Desa Tamanjaya Teluk Selamat Datang Propinsi Banten dengan
KepmenLH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut diperoleh bahwa pada kondisi musim peralihan September
– Oktober 1982, musim kemarau atau musim timur Juli 1983, dan musim penghujan atau musim
barat Desember 1983, besar kecepatan angin berkisar antara 2 – 5 knot yang
menunjukan lemahnya pengaruh system angin musim yang ada di Laut Cina Selatan hingga Laut Jawa. Tinggi gelombang menunjukan kondisi tenang yaitu
kurang dari 30 cm, tunggang pasut tertinggi pada Bulan Desember 1983 sebesar 151 cm, kecepatan arus antara 20
– 80 cms, sebaran suhu pada Bulan Desember 1983 sebesar 28,56
– 29,50
o
C, salinitas sebesar 32,87 – 33,64
o
oo, kadar oksigen terlarut sebesar 3,82
– 4,35 mll, kadar fosfat pada lapisan permukaan berkisar antara 0,01
– 0,09 µg at. dengan rata-rata 0,48 µg at., kadar nitrat berkisar antara 0,01
– 3,82 µg at. dengan rata-rata 0,49 µg at., kadar nitrit berkisar antara 0 – 0,16 µg at. dengan rata-rata 0,09 µg at., dan derajat keasaman berkisar antara 7,9
– 8,5 dengan rata-rata 8,29. Berdasarkan nilai-nilai ini disimpulkan bahwa pada
perairan Teluk Selamat Datang dapat dikembangkan budidaya ikan kerapu dengan sistem kurungan cage culture.
Daya dukung lingkungan perairan mengenai logam berat satuan µgl dalam sistem Jawa Timur dan Bali, serta sub-sistem Kali Solo, Kali Porong, Kali
Surabaya, Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bali, Selat Lombok, dan Samudera Hindia menunjukan untuk Kali Porong pada stasiun jangkar saat kemarau dengan
salinitas 2,35±2,85
o
oo diperoleh data logam berat Fe 3,88±1,25, Ni 0,36±0,22, Cu 2,27±0,63, Zn 0,90±0,40, Cd 0,17±0,11, dan Pb 0,27±0,19, saat penghujan
dengan salinitas 0,14±0
o
oo diperoleh data logam berat Fe 33,90±13,05, Ni 0,15±0,08, Cu 2,70±0,62, Zn 2,74±1,40, Cd 0,07±0,04, dan Pb 1,14±0,58, dan
pada air tawar dengan salinitas 0,00
o
oo diperoleh data logam berat Fe 6,83±1,86, Ni 0,36±0,16, Cu 2,27±0,28, Zn 0,99±0,43, Cd 0,22±0,16, dan Pb 0,68±0,21.
Untuk Selat Madura jejak ke 3 saat kemarau dengan salinitas 31,79±0,42
o
oo diperoleh data logam berat Fe 1,83±0,30, Ni 1,68±2,20, Cu 0,36±0,14, Zn
0,92±0,62, Cd 0,08±0,08, dan Pb 0,52±0,27, sedangkan saat penghujan dengan salinitas 31,84±0,94
o
oo diperoleh data logam berat Fe 16,18±8,77, Ni 0,15±0,05, Cu 1,49±0,61, Zn 1,36±0,38, Cd 0,06±0,02, dan Pb 1,23±0,74. Untuk Laut Jawa
saat kemarau dengan salinitas 32,65±0,98
o
oo diperoleh data logam berat Fe 0,55±0,38, Ni 0,32±0,12, Cu 0,18±0,06, Zn 0,27±0,13, Cd 0,09±0,06, dan Pb
0,11±0,04, sedangkan saat penghujan dengan salinitas 33,21±0,49
o
oo diperoleh data logam berat Fe 13,99±16,20, Ni 0,28±0,07, Cu 0,32±0,12, Zn 0,84±0,74, Cd
0,12±0,09, dan Pb 0,42±0,13. Dari sajian data ini disimpulkan bahwa secara keseluruhan sebaran logam terlarut diatur oleh proses percampuran antara air
sungai yang berkadar logam tinggi dengan air laut yang berkadar logam rendah. Beberapa unsur logam memperlihatkan penaikan kadar di musim penghujan
dengan contoh Pb. Proses pelarutan kembali logam-logam dari sedimen juga dapat mempertinggi kadar logam terlarut. Sumbangan unsur logam dari limbah kota
sudah terlihat pada Kali porong dan Selat Madura Ilahude et al. 1990. Sedangkan logam berat terlarut di Teluk Kelabat di Pulau Bangka dilaporkan Pb
1,0 – 26,0 µg L
-1
, Cd 0,1 – 3,0 µg L
-1
, Cu 1 –2,0 µg L
-1
dan Zn 1,0 –4,0 µg
L
-1
. Konsentrasi rata-rata logam berat dalam sedimen Pb 11.46 mg kg
-1
, Cd 0,10 mg kg
-1
, Cu 2,50 mg kg
-1
dan Zn 13,64 mg kg
-1
. Akumulasi Pb dan Cu tertinggi yaitu pada siput gonggong Strombus canarium Arifin 2011.