kerapu macan,
masing-masing menggunakan
modal sebesar
Rp 52.500.000,00
maka terdapat
perputaran modal
sebesar Rp
6.562.500.000,00tahun atau Rp 6,6 milyartahun dengan proyeksi untuk 5 tahun masa hidup usaha. Satu unit KJA kerapu macan menghasilkan
penjualan sebesar Rp 102.144.000,00tahun maka total proyeksi omset penjualan kerapu macan untuk 125 kepala keluarga sebesar Rp
12.768.000.000,00tahun atau Rp 12,8 milyartahun. 3
Dengan jumlah 125 kepala keluarga, jika dibina menjadi pengusaha ikan kerapu tikus sebanyak 50 dan pengusaha kerapu macan sebanyak 50,
masing-masing menggunakan modal sebesar Rp 52.500.000,00 maka secara keseluruhan terdapat perputaran modal sebesar Rp 6.562.500.000,00tahun
atau Rp 6,6 milyartahun dengan proyeksi untuk 5 tahun masa hidup usaha. Total proyeksi omset penjualan kerapu tikus untuk 63 kepala keluarga sebesar
Rp 5.443.200.000,00tahun dan total proyeksi omset penjualan kerapu macan untuk 62 kepala keluarga sebesar Rp 6.332.928.000,00tahun atau total omset
kerapu tikus dan kerapu macan sebesar Rp 11.776.128.000,00tahun. Jadi uang yang berputar di Pulau Pongok untuk menggerakan perekonomian
dari budidaya ikan kerapu tikus dan kerapu macan berkisar antara Rp 10,8 milyartahun sampai dengan 12,8 milyartahun, belum termasuk dari perhitungan
usaha budidaya ikan kerapu sunuk. Berdasarkan gambaran di atas, alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat
memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan.
5.6.3. Pembangunan Infrastruktur
Untuk menuju visi “Bangka Selatan Makmur” dan membawa misi
“Meningkatkan Infrastruktur yang Handal” maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur yang
tepat sasaran dan tepat guna terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa, memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas
perekonomian lokal. Infrastruktur yang diperlukan di Pulau Pongok seperti akses transportasi termasuk perbaikan tempat pendaratan ikan atau dermaga, sarana
transportasi laut reguler, perbaikan akses jalan darat, pengadaan listrik negara, serta sarana air bersih. Selain infrastruktur di sekitar Pulau Pongok, perlu
diupayakan infrastruktur lainnya yang menunjang kelancaran budidaya kerapu seperti percepatan pembangunan kawasan industri Sadai termasuk pembangunan
industri pakan buatan untuk biota budidaya.
5.6.4. Pembentukan Sistem Kelembagaan
Untuk menuju visi “Bangka Selatan Makmur” dan membawa misi
“Meningkatkan Kualitas Suberdaya Manusia dan Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa” maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat
dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang diisi oleh aparatur pemerintah dan swasta. Kelembagaan ini diantaranya dapat berupa
pembentukan BUMD untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap sumberdaya manusia di Kabupaten Bangka Selatan. Adapun kelembagaan yang
menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti : 1
Lembaga untuk mengelola keuangan finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan
simpan pinjam semacam koperasi atau perbankan di daerah. Dengan dibentuknya lembagai ini diharapkan masyarakat dapat menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk ditabung pada lembaga tersebut. 2
Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam
pengadaaan kerapu bibit unggul, hatchery, pakan buatan, obat-obatan, pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli harga yang
dapat merugikan pembudidaya kerapu. Dalam hal mengoptimalkan kelancaran sarana produksi maka dapat menggandeng universitas lokal di daerah.
3 Lembaga penyuluhan
Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu sistem KJA dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu
serta cara-cara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertanya ketika mendapat kesulitan. Lembaga ini dapat menjadi
bagian dari kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan
yang selanjutnya Pemerintah daerah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Selatan dapat menggandeng universitas lokal.
5.6.5. Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu
Untuk menuju visi “Bangka Selatan Makmur” dan membawa misi
“Menciptakan Iklim Usah yang Kondusif” maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya :
1 Kebijakan pemerintah pusat mengenai alur laut kepulauan Indonesia I ALKI
I yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri.
2 Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan
Pulau Pongok agar tidak diijinkannya aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok, baik skala TI maupun perusahaan.
3 Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih
menjadi dekat dengan pembudidaya. 4
Kebijakan pembatasan penggunaan pakan ikan rucah untuk ikan kerapu maksimum 5 dari produksi perikanan tangkap Kabupaten Bangka Selatan
agar tidak mengganggu rantai makanan ikan di laut Tabel 11, selebihnya harus mengupayakan pakan buatan agar tidak menguras sumberdaya ikan
rucah di Kabupaten Bangka Selatan. 5
Kebijakan operasional Balai Benih Udang di Tanjung Kerasak Kabupaten Bangka Selatan sebaiknya diperluas menjadi multi spesies yang mendukung
budidaya kerapu diantaranya penggelondongan kerapu ukuran 5 – 10 cm
menjadi ukuran pasar atau ukuran konsumsi. 6
Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar semangat menjadi entrepreneur, misalnya adanya bantuan keramba dari pemerintah yang tepat
sasaran, pinjaman modal usaha harus dipermudah dan pinjaman yang berbunga rendah.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Luas kawasan yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di
perairan Pulau Pongok sebesar 3.474,66 ha. Khusus pada KJA eksisting di perairan Pulau Pongok termasuk ke dalam kelas cukup sesuai S2, faktor
pembatas utama berupa parameter kedalaman, DO, dan kecepatan arus namun usaha tetap berjalan karena mempertimbangkan faktor manajemen usaha.
2. Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 3.474,66 ha kawasan
yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1.670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16.700 unit KJA atau maksimum
dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16.700 kepala keluarga atau setara dengan 66.800 lobang KJA.
3. Perhitungan terhadap usaha budidaya kerapu Famili Serranidae sistem KJA
berdasarkan analisis RC, PP, BEP, NPV, Net BC, dan IRR dinyatakan layak untuk dikembangkan dan dapat menjadi alternatif usaha masyarakat.
4. Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan
penataan lokasi budidaya, implementasi model berbentuk kelompok masyarakat, pembangunan infrastruktur, pembentukan sistem kelembagaan,
dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu.
6.2. Saran
1. Bagi pemerintah daerah, pengambil kebijakan, investor dan masyarakat
yang berminat dalam budidaya ikan kerapu dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya ikan kerapu
dengan sistem KJA. 2.
Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan karang di perairan
Kabupaten Bangka Selatan. 3.
Penelitian lanjutan dengan pengambilan data parameter lingkungan yang relatif lebih banyak untuk memperkaya data penelitian, menganalisis
kandungan logam berat pada hati ikan kerapu, penelitian mendalam
98 mengenai hama atau parasit dan penyakit ikan kerapu, dapak limbah minyak
di permukaan perairan, serta dampak kandungan kimia terutama logam berat dari aliran sungai.