Kondisi Tanah dan Hidrologi

terutama subsektor perikanan. Produksi perikanan laut sebesar 23.854 ton dengan nilai mencapai Rp 596.350.000 juta rupiah. Sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 553.113 juta 28,73, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 250.002 juta 12,98 terutama dari subsektor perdagangan. Selanjutnya sektor bangunan sebesar Rp 112.377 juta 5,84, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp 95.010 juta 4,93. Sedangkan untuk sektor lainnya berkonstribusi relatif kecil yaitu dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 53.681 juta 2,79, sektor industri pengolahan sebesar Rp 49.118 juta 2,55, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 21.588 juta 1,12, dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 5.746 juta 0,30. Selanjutnya struktur perekonomian di Kecamatan Lepar Pongok, konstribusi terbesar berasal dari sektor pertanian yaitu 62,37 dengan subsektor utama yaitu perikanan laut. Dari angka PDRB ini dapat dilihat bahwa usaha yang dominan untuk pulau kecil adalah pada subsektor perikanan sehingga keberlanjutannya harus diperhatikan. 4.7. Kondisi Ekosistem 4.7.1. Kondisi Ekosistem Mangrove Secara keseluruhan ekosistem mangrove yang ada di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 12.223 ha Djamali et al. 2009. Kondisi di Kecamatan Lepar Pongok yang merupakan pulau-pulau kecil yang terpisah dari daratan induk dengan wilayah pengendapan pasir akibat gelombang, substrat yang umumnya sedimen kearah darat yang sedikit berlumpur dan karang mati agak mengarah ke lautnya, mangrove tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Mangrove di Kabupaten Bangka Selatan masih dapat ditemukan sampai sekitar 200 meter ke arah darat dan hampir tumbuh di sekeliling bibir pantai di kecamatan ini. Tegakan Avicennia sp. akar napasnya muncul ke atas lumpur pantai. Pohon-pohon bakau Rhizophora sp., yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang untuk bertahan dari ganasnya gelombang. Jenis-jenis Avicennia sp. dan Sonneratia sp. menumbuhkan akar napas yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara. Ditemukan juga jenis Bruguiera sp. yang mempunyai akar lutut, sementara pohon-pohon Xylocarpus sp. berakar papan yang memanjang berkelok-kelok yang dapat menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil mendapatkan udara bagi pernapasannya. Jenis nipah dapat ditemukan di Pulau Lepar cukup sedikit yaitu di bagian timur pulau tersebut. Upaya pemanfaatan tumbuhan mangrove di Kecamatan Lepar Pongok kurang begitu terlihat namun terdapat sebagian kecil penduduk yang menggunakannya sebagai kayu bakar. Mangrove dibiarkan secara alami untuk berkembangbiak dan mensuplai nutrient guna menopang rantai makanan dalam pengelolaan perikanan tangkap. Degradasi mangrove di Kabupaten Bangka Selatan terjadi juga akibat pelumpuran dari pekerja tambang rakyat Tambang Inkonvensional atau TI di pesisir. Ekosistem mangrove di Pulau Lepar memiliki luas sekitar 242,346 ha dengan jenis Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Bruguiera gymnorrhiza, Calotropis gigantean, Ceriops tagal, Ipomoea pescaprae, Lumnitzera littorea, Nypa fruticans, Osbornia octodonta, Pemphis acidula, Rhizophora apiculata, Scaevola taccada, Sesuvium portulacastrum, Terminalia catappa, Thespesia populnea, Xylocarpus granatum Djamali et al. 2009. Sedangkan di Pulau Pongok dan Celagen dengan jenis Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Exoecaria agallocha, Pandanus testorius, Rhyzophora apiculata, Sonneratia alba dan Thespesia populnea. Jenis mangrove ini mengacu pada kunci identifikasi dalam Heald dan Odum 1972, Odum dan Heald 1972, dan Chapman 1976.

4.7.2. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Maderporaria = Scleractinia dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat 1992. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal yang sangat menarik dan memiliki fungsi yang sangat penting sebagai sumberdaya alam laut bernilai tinggi, selain itu juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari bahaya abrasi dan peredam terjangan gelombang. Kondisi terumbu karang yang sehat di pulau-pulau kecil terutama di Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan menjanjikan potensi sumberdaya ikan karang yang menjadi komoditi utama dalam perdagangan hasil laut. Sebagai contoh kekayaan sumberdaya hayati terumbu karang yang berada di Pulau Pongok dan Pulau Celagen Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan meliputi 49 jenis karang dari famili Acroporidae 10 jenis, Poritidae 7 jenis, Siderastreidae 1 jenis, Agariciidae 5 jenis, Fungiidae 3 jenis, Oculinidae 1 jenis, Pectiniidae 3 jenis, Mussidae 2 jenis, Merulinidae 3 jenis, Faviidae 9 jenis, Cariophyliidae 2 jenis, Dendrophyliidae 2 jenis, dan Heliophoridae 1 jenis. Dari ekosistem terumbu karang ini ditemukan 108 jenis ikan karang Djamali et al. 2009. Terumbu karang memiliki fungsi ekologis terhadap lingkungan perairan pesisir dan mendukung dinamika kehidupan ikan terutama yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang. Panjang rataan terumbu karang sekitar 200 m kearah laut. Lereng terumbu bagian bawah dengan kemiringan sekitar 40 o dimana karang tumbuh padat dengan koloni yang besar. Pertumbuhan karang sangat didominasi dengan pertumbuhan bercabang branching dari jenis Acropora sp. Sedangkan bentuk pertumbuhan seperti lembaran didominasi oleh Merulina implicate, Pachyseris speciosa dan Oxypora lacera. Untuk pertumbuhan karang seperti jamur didominasi oleh Fungia sp. dan Ctenactis echinata DKP Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010. Dari hasil LIT Line Intercept Transect diperoleh presentase tutupan karang hidup acropora sebesar 29,80, non acropora 60,40, ini berarti tutupan karang hidup dikatakan cukup tinggi yaitu 90,20 yang dikategorikan sebagai terumbu karang dalam kondisi Sangat Baik.

4.7.3. Kondisi Ekosistem Padang Lamun

Lamun sebagai tumbuhan air dari kelas angiospermae ditemukan antara batas terendah di daerah pasang surut sampai pada kedalaman tertentu dimana sinar matahari masih dapat mencapai dasar perairan laut. Di Selat Bangka dapat dijumpai jenis Enhalus acoroides, Cymodocea rotundrata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, dan Thallasia hemprichii. Di kecamatan Lepar Pongok dapat dijumpai pada perairan sekitar 0,2 – 9 m. Pada kedalaman sekitar 9 m biasanya sudah berbaur dengan alga dan karang, namun keberadaan lamun sudah tidak dominan. Substrat yang cocok dan sering dijumpai pada daerah perairan berpasir kasar dan pasir berlumpur. Produktivitas primer komunitas lamun dapat mencapai 1 kg Cm 2 tahun Djamali et al. 2009. Namun dari sejumlah itu hanya 3 yang dimanfaatkan oleh herbivora, 37 tenggelam ke perairan dan dimanfaatkan oleh benthos, 12 mengapung di permukaan dan hilang dari ekosistem. Padang lamun dapat mendukung kehidupan biota air seperti moluska, bintang laut, teripang, serta krustasea yang terdiri dari berbagai macam udang dan kepiting.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Parameter Lingkungan

Dalam rangka mengetahui luas kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu maka harus diketahui data kondisi parameter lingkungan di lokasi studi seperti kedalaman atau bathimetri, pasang surut, suhu, salinitas, kecerahan, arus perairan, keterlindungan, pH, DO, substrat, nitrit, nitrat, ammonia, ortophospat, timbal Lampiran 1, 2, 20 dan 21. Pengumpulan data parameter lingkungan ini diperoleh dari data yang tersedia yaitu data sekunder pada Bulan Nopember 2008 dan Bulan Juni 2009, sedangkan data primer dilakukan pada Bulan April 2011. Data primer dilakukan dengan survey lapangan Gambar 5 seperti suhu, salinitas, arus, gelombang, substrat, kecerahan, kedalaman, pH, dan DO secara insitu. Data kimia perairan lainnya yaitu dengan menganalisis sampel air di Bogor seperti Ammonia NH 3 -N, Nitrit NO 2 -N, Nitrat NO 3 -N, Orthophospat PO 4 -P, dan Timbal Pb di perairan dan ikan kerapu yang dilakukan di Laboratorium Proling MSP IPB. Data lainnya diperoleh dari BOST Center seperti data pasang surut, angin, suhu udara, dan curah hujan untuk menunjang kelengkapan analisis. Parameter lingkungan sangat penting dalam mengevaluasi suatu kawasan baik yang terdapat kegiatan budidaya laut atau yang belum diusahakan. Perairan Pulau Pongok merupakan salah satu contoh yang baik karena sudah terdapat KJA sehingga dapat membantu dalam mengevaluasi dan membandingkan lahan yang kosong dengan yang sudah diusahakan. Gambaran mengenai kondisi parameter lingkungan di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan adalah sebagai berikut :

5.1.1. Karakteristik Bathimetri

Perairan sekitar Pulau Pongok ini memiliki kedalaman yang bervariasi menurut empat penjuru mata angin. Data bathimetri diperoleh dari survey lapangan dan dari peta laut. Perairan Pulau Pongok bagian barat dan selatan memiliki kedalaman agak dangkal sekitar 5 m yang selanjutnya disambung dengan slope sampai kedalaman sekitar 20 m. Pada bagian barat pulau, kondisi KJA eksisting milik Bapak Hendri berada pada kedalaman sekitar 10 m pada saat air pasang. Bagian utara pulau terdapat rataan dangkal yang cukup luas dengan