Hama dan Penyakit pada Ikan Kerapu

lebih besar dari nilai investasinya yaitu sebesar 63, saldo arus kas untuk budidaya kerapu sunuk selama masa hidup usaha 5 tahun lebih besar dari nilai investasinya yaitu sebesar 55, dan saldo arus kas untuk budidaya kerapu macan selama masa hidup usaha 5 tahun lebih besar dari nilai investasinya yaitu sebesar 44. Nilai IRR secara berturut-turut mulai dari yang paling besar yaitu IRR pada ikan kerapu tikus, kerapu sunuk, dan kerapu macan sebesar 39,68, 36,39 dan 31,66 dengan nilai discount rate sebesar 12. Nilai IRR yang diperoleh dari ketiga spesies ikan kerapu ini nilainya di atas nilai discount rate artinya ketiga budidaya ikan kerapu sistem KJA ini layak dilaksanakan. Jika dilakukan perhitungan arus kas terminal beserta sisa aset pada akhir tahun kelima maka akan diperoleh nilai untuk budidaya kerapu sunuk sebesar Rp 60.175.833,00, budidaya kerapu macan sebesar Rp 55.611.077,00, dan budidaya kerapu tikus sebesar Rp 63.273.333,00. Berdasarkan evaluasi analisis ekonomi 4 lobang keramba terhadap ketiga spesies ikan kerapu sistem KJA maka faktor yang paling menentukan adalah perbedaan harga bibit, survival rate, rasio konsumsi pakan FCR, masa panen, dan harga pokok penjualan. Berdasarkan analisis ekonomi dengan kriteria penilaian investasi seperti RC, PP, BEP, NPV, Net BC, dan IRR maka budidaya kerapu sunuk, kerapu macan, dan kerapu tikus sistem KJA adalah layak direkomendasikan.

5.6. Strategi Pengembangan Budidaya Kerapu

Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011 menyebutkan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah “Bangka Selatan Makmur”. Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut : 1 Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia 2 Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3 Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif 4 Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa 5 Meningkatkan Infrastruktur yang Handal. Dengan mengacu pada visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan budidaya kerapu sistem KJA di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut :

5.6.1. Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menuju visi “Bangka Selatan Makmur” dan membawa misi “Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif” maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu sistem KJA. Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk pengembangan budidaya laut sebagai konsekwensi dari lokasi yang remote atau terpencil dari daratan utama Kabupaten Bangka Selatan. Namun demikian, dengan ditetapkannya Kecamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya laut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Gambar 19 maka perlu adanya informasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budidaya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk munculnya pencemaran. Berdasarkan data dan informasi mengenai kuasa penambangan KP bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung, tak terkecuali di Pulau Pongok, hal ini akan berpotensi munculnya pencemaran perairan dari pelumpuran dan logam berat. Dengan hasil penelitian ini maka pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan dapat mempertimbangkan bahwa salah satu potensi pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu Famili Serranidae sistem KJA dengan kesesuaian kawasan berdasarkan parameter lingkungan atau biofisik seperti pada Gambar 16. Selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan perlu menetapkan spot-spot lokasi yang paling realistis berdasarkan kajian akademis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempertimbangkan peruntukan lainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukum.