Kecerahan Arus Perairan Kondisi Parameter Lingkungan

manajemen usaha yaitu lokasinya mudah dikontrol dari aspek keamanan karena dekat dengan pemukiman penduduk dan rumah pemilik KJA. Dari sisi pasokan pakan ikan rucah, lokasi ini tidak mendapat kesulitan dalam hal transportasi pengangkutan pakan sehingga mobilitas pengelola menjadi cepat dan lancar. Pakan diperoleh dari nelayan bagan dan nelayan jaring Lampiran 4. Saat musim barat, KJA tidak terlalu terganggu dari ancaman gelombang walaupun masih terasa guncangan yang cukup kuat pada malam hari. Saat musim timur atau pancaroba, kondisi arus perairan menjadi tenang bahkan terlalu tenang dengan kecepatan arus kurang dari 0,2 ms. Hal ini dapat membahayakan ikan kerapu budidaya terutama dari ancaman penyakit dan parasit. Sisa-sisa makanan yang tertimbun di dasar perairan dalam jumlah yang banyak dapat meracuni badan perairan di atasnya serta akan menjadi tempat persembunyian organisme parasit dan sumber makanan bagi parasit seperti kutu air yang suka menyerang pada ikan budidaya. Gambar 16. Peta Kesesuaian KJA Perairan

5.3. Pendugaan Daya Dukung Lingkungan

Mengacu pada UU No. 27 tahun 2007, daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah kemampuan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Hal ini menunjukan bahwa pendugaan daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan diantaranya pendekatan baku mutu lingkungan yang disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara atau pemerintah daerah, dan pendekatan secara fisik kawasan terkait dengan luas kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu supaya dapat diketahui daya tampung yang masih aman terhadap lingkungan. Mengenai kedua pendekatan ini dapat diuraikan sebagai berikut :

5.3.1. Pendekatan Baku Mutu Lingkungan

Pendugaan daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan perairan yang masih dapat mentolerir unsur kimia pencemar atau limbah dalam jumlah tertentu tanpa menyebabkan polusi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil sampel kualitas air laut dan membandingkannya dengan KepmenLH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. Stasiun pengamatan 1 sampai 5 Lampiran 20 pada tabel menunjukan posisi stasiun nomor 21 sampai 25 Lampiran 1 pada saat survey lapangan. Beberapa parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Parameter Kimia untuk Biota Laut No Parameter BM mgl DL mgl Stasiun Nilai Rata-rata dalam mgl 1 2 3 4 5 Kimia 1 Ammonia NH 3 -N 0,3 0,003 0,185 0,142 0,090 0,153 0,104 2 Nitrit NO 2 -N - 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 3 Nitrat NO 3 -N 0,008 0,001 0,026 0,039 0,018 0,018 0,070 4 Orthophospat PO 4 -P 0,015 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 Logam berat 1 Timbal Pb 0,05 0,005 0,019 0,014 0,026 0,016 0,024 Keterangan: BM = Baku Mutu DL = Detection Limit Sebagai perbandingan bahwa data mengenai kedalaman, suhu, salinitas, kecepatan arus, arah, kecerahan, pH, DO, PO 4 , NO 3 , NO 2 , NH 3 , dan SiO 3 pada Bulan Agustus 2006 dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Parameter Kimia di Kabupaten Bangka Selatan Agustus 2006 No. Sta Parameter Keda- laman m Suhu o C Sali- nitas o oo Arus Kece- rahan m pH DO mll PO 4 NO 3 NO 2 NH 3 SiO 3 Kec cms Arah o µgAl 1 29,79 32,64 31,76 207 3 8,00 4,48 0,41 0,51 0,15 1,39 1,79 10 29,64 32,77 31,65 120 8,02 4,19 0,52 0,69 0,12 1,54 2,04 dasar 29,12 32,95 19,20 117 8,04 3,94 0,73 0,81 0,23 1,71 2,87 2 28,92 32,92 24,78 214 5 8,02 4,27 0,46 0,53 0,13 1,51 1,81 10 28,86 32,98 24,76 175 8,07 4,11 0,58 0,70 0,24 1,80 2,00 dasar 28,09 33,17 22,51 189 8,08 3,91 0,81 0,85 0,35 2,00 3,17 3 29,16 33,18 42,24 184 12 8,12 4,52 0,42 0,51 0,07 1,25 1,65 10 29,09 33,22 32,12 241 8,16 4,20 0,49 0,57 0,10 1,47 1,74 dasar 28,96 33,53 32,18 245 8,22 3,95 0,63 0,72 0,15 1,67 1,82 4 29,24 33,24 35,26 317 10 8,02 4,29 0,41 0,62 0,12 1,03 1,61 10 29,16 33,27 32,12 218 8,05 4,12 0,61 0,80 0,18 1,22 2,09 dasar 29,01 33,49 32,08 219 8,14 3,96 0,72 1,00 0,30 2,50 3,38 5 29,18 32,90 36,20 269 4 8,04 4,39 0,55 0,67 0,11 1,18 1,72 10 29,12 32,92 31,09 193 8,10 4,17 0,62 0,85 0,22 2,29 2,12 dasar 29,00 33,11 33,14 171 8,16 3,94 0,87 1,07 0,35 2,73 3,60 6 29,28 32,94 37,19 3,09 6 8,01 4,43 0,41 0,61 0,14 1,32 2,26 10 29,15 33,05 28,15 228 8,12 4,29 0,52 0,82 0,18 2,65 3,63 dasar 28,98 33,25 26,68 211 8,16 4,00 0,70 0,98 0,29 3,69 4,21 7 29,15 32,92 32,53 329 7 8,02 4,28 0,42 0,51 0,17 1,48 1,82 10 29,06 33,03 22,77 227 8,07 4,11 0,53 0,72 0,27 1,92 2,90 dasar 28,97 33,28 23,06 215 8,14 3,96 0,61 0,98 0,39 2,97 3,82 8 29,15 33,07 39,13 236 8 8,02 4,15 0,48 0,56 0,15 1,68 2,45 10 29,09 33,10 21,26 119 8,06 4,03 0,57 0,79 0,20 2,73 3,14 dasar 28,95 33,19 19,87 135 8,10 3,90 0,79 0,88 0,27 4,37 5,24 Min 28,09 32,64 19,20 3,09 3 8,00 3,90 0,41 0,51 0,07 1,03 1,61 Max 29,79 33,53 42,24 329 12 8,22 4,52 0,87 1,07 0,39 4,37 5,24 Rerata 29,09 33,09 29,57 199,25 6,88 8,08 4,15 0,58 0,74 0,20 2,00 2,62 Sumber : DKP Kabupaten Bangka Selatan 2007

5.3.1.1. Ammonia NH

3 -N Ammonia bebas NH 3 -N yang tidak terionisasi unionized bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu Effendi, 2003. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat sebagai proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Kadar ammonia NH 3 -N yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, dan limpasan run off pupuk pertanian dan peternakan. Terkait dengan kehidupan ikan, ammonia bukan ion NH 3 -N dapat meracuni ikan, sedangkan ion ammonium NH 4 + tidak berbahaya kecuali konsentrasinya sangat tinggi. Berdasarkan pengukuran nilai ammonia di perairan Pulau Pongok sebanyak tiga kali pengulangan menunjukan bahwa nilai rata-ratanya berkisar antara 0,090 – 0,185 mgl dari kelima stasiun pengamatan. Nilai rata-rata ammonia paling rendah yaitu pada stasiun 3 dengan nilai 0,090 mgl dan nilai rata-rata ammonia paling tinggi pada stasiun 1 dengan nilai 0,185 mgl Tabel 16. Berdasarkan Tabel 17 nilai ammonia di perairan Kabupaten Bangka Selatan menunjukan bahwa nilainya berkisar antara 1,03 – 4,37 µgAl, hal ini menunjukan bahwa data penelitian ammonia di perairan Pulau Pongok masih lebih rendah dari nilai ammonia pada Tabel 17 tersebut. Terdapat 3 stasiun yang memiliki nilai ammonia relatif tinggi yaitu stasiun 1, 2, dan 4. Stasiun 2 dengan nilai rata-rata ammonia 0,142 mgl merupakan stasiun yang paling dekat dengan tempat tambat kapal sehingga nilai ammonia yang tinggi dicurigai berasal dari aktifitas tersebut Lampiran 20. Stasiun 3 lokasi KJA milik Bapak Hendri memiliki nilai rata-rata ammonia 0,090 mgl, merupakan nilai paling kecil dari ke 5 stasiun pengamatan. Di lokasi ini stasiun 3, ulangan ke 1 menunjukan kondisi arus yang lemah saat air laut menuju surut, ulangan ke 2 menunjukan kondisi arus yang lemah saat air laut menuju pasang, dan ulangan ke 3 menunjukan kondisi arus yang lemah saat air laut stagnant di titik surut terendah. Namun demikian, nilai-nilai ini dapat dikatakan belum mencemari lingkungan perairan Pulau Pongok karena masih di bawah nilai baku mutu. Sebagai gambaran bahwa KJA di Kabupaten Belitung dengan luas sekitar 1 ha sampai saat ini masih aman dari pencemaran. Berdasarkan pengamatan pada stasiun 1, 4, dan 5 merupakan perairan yang belum ada aktifitas budidaya, namun memiliki nilai ammonia melebihi nilai pada stasiun 3. Pengaruh arus perairan tahunan yang membawa badan air dari dan ke perairan Pulau Pongok, dapat mengaduk badan air dan dengan nilai tunggang pasut 2,17 m maka kemampuan flushing rate cukup tinggi sehingga unsur pencemar dapat tercuci dan terencerkan.

5.3.1.2. Nitrat NO

3 -N Di perairan, nitrogen dalam bentuk nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonia NH 3 -N, ammonium NH 4 -N, nitrit NO 2 -N, dan nitrat NO 3 -N. Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai bagian dari siklus nitrogen. Nitrat NO 3 -N merupakan hasil dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Bila suatu perairan menunjukan kadar nitrat lebih dari 5 mgl, maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat lebih dari 0,2 mgl dapat mengakibatkan pengkayaan perairan eutrofikasi, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat blooming, hal ini sangat merugikan terhadap biota budidaya. Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mgl Davis dan Cornwell, 1991 di dalam Effendi, 2003. Berdasarkan data di lapangan bahwa kadar nitrat berkisar antara 0,018 – 0,070 mgl, dengan kondisi ini maka perairan Pulau Pongok masih merupakan perairan yang belum tercemar dan memberikan peluang untuk pengembangan budidaya kerapu sistem KJA. Nilai rata-rata nitrat yang paling kecil yaitu pada stasiun 3 dan 4 dengan nilai 0,018 mgl dimana stasiun 3 merupakan lokasi KJA eksisting dan nilai paling tinggi yaitu pada stasiun 5 dengan nilai 0,070 mgl, terdapat kekeliruan nilai baku mutu untuk nitrat karena nilai terlalu kecil Tabel 16 dan Lampiran 20. Berdasarkan Tabel 17 nilai nitrat di perairan Kabupaten Bangka Selatan menunjukan bahwa nilainya berkisar antara 0,51 – 1,07 µgAl, hal ini menunjukan bahwa data penelitian nitrat di perairan Pulau Pongok masih relatif kecil dan masih mendukung untuk budidaya kerapu.

5.3.1.3. Nitrit NO

2 -N Di perairan alami, nitrit NO 2 -N biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sumber nitrit dapat diperoleh dari limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Kadar nitrit yang melebihi 0,05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sensitif Moore, 1991 di dalam Effendi, 2003. Hasil pengukuran nitrit di perairan Pulau Pongok menunjukan angka rata- rata 0,002 mgl untuk masing-masing stasiun pengamatan. Hal ini menunjukan bahwa kadar nitrit di perairan masih jauh di bawah nilai tercemarnya suatu badan perairan dan masih dapat ditoleransi untuk pengembangan budidaya kerapu sistem KJA Tabel 16 dan Lampiran 20. Berdasarkan Tabel 17 nilai nitrit di perairan Kabupaten Bangka Selatan secara umum menunjukan bahwa nilainya berkisar