Analisis Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

susun dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Untuk data tabular, indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter di bawah. Dari nilai indeks ini maka dapat diperoleh tabel kesesuaian dengan kriteria Sangat sesuai S1, Cukup sesuai S2, dan Tidak sesuai S3. Tabel 4. Parameter Lingkungan dengan Bobot dan Skor No Parameter bobot S1 S2 S3 Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor 1 Keterlindungan 25 Sangat terlindung 5 terlindung 3 terbuka 1 2 Kecepatan arus ms 25 0,2 - 0,3 5 0,1 - 0,2 atau 0,3 - 0,4 3 0,1 atau 0,4 1 3 Kedalaman m 15 15 - 25 5 6 - 15 atau 25 - 40 3 6 atau 40 1 4 Substrat 15 Pasir berkarang 5 Pasir berlumpur 3 lumpur 1 5 Kecerahan 10 85 - 100 5 70 - 85 3 70 1 6 Salinitas o oo 10 30 - 33 5 29 atau 33 - 35 3 29 atau 35 1 7 Suhu o C 10 27 - 30 5 24 - 27 atau 30 - 34 3 24 atau 34 1 8 Oksigen terlarut mgl 10 7 - 8 5 5 - 7 atau 8 - 10 3 5 atau 10 1 9 pH 10 7,5 - 8 5 7 - 7,5 atau 8 - 8,5 3 7 atau 8,5 1 Total Bobot x Score 650 390 130 Sumber: Modifikasi dari Ali 2003, Hartami 2008, Tiensongrusmee et al 1986 di dalam Sunyoto 1997 Tabel 5. Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan No Analisis kesesuaian Kriteria Kelas 1 Sangat sesuai S1 80 520 - 650 2 Cukup sesuai S2 40 – 80 260 - 520 3 Tidak sesuai S3 40 130 - 260 Setelah menyelesaikan proses dalam tabel di atas maka selanjutnya dibuat peta arahan di ArcView GIS 3.2 berdasarkan poligon-poligon dengan kriteria Sangat sesuai, Cukup sesuai, dan Tidak sesuai. Selanjutnya peta arahan kesesuaian kawasan disajikan mengikuti aturan pemetaan. Keluaran dari proses ini berupa peta arahan kesesuaian kawasan untuk budidaya kerapu yaitu kesesuaian lahan perairan aktual atau kesesuaian pada saat ini, dimana kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan hanya didasarkan informasi parameter lingkungan perairan dan belum mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor penghambat yang ada. Dalam mencari luasan dari kesesuaian kawasan yang digunakan adalah metode pendekatan matematis melalui cara perkalian dan penjumlahan parameter, sedangkan penilaian kelas kesesuaian dilakukan pada tingkat kelas. Pada tingkat kelas, kawasan perairan dibedakan menjadi kelas S1 Sangat sesuai, S2 Cukup sesuai, S3 Tidak sesuai sehingga diperoleh luasan berdasarkan kriteria di atas dalam satuan hekto are ha. Kelas S1 yaitu tingkat Sangat sesuai, dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkelanjutan. Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai, dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi optimum. Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai, dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat. Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu.

3.4.2. Analisis Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan dua pendekatan di bawah ini : 1 Pendekatan baku mutu lingkungan Perhitungan daya dukung lingkungan mengenai konsentrasi unsur kimia dan logam berat dapat mengacu pada baku mutu air laut untuk biota laut KepmenLH No. 51 tahun 2004 sehingga diperoleh nilai parameter lingkungan dari hasil uji laboratorium apakah sudah melewati atau belum melewati daya dukung lingkungan perairan laut. Jika nilainya sudah melewati ambang batas baku mutu maka perairan tersebut sudah melebihi daya dukung lingkungan dan jika nilainya di bawah ambang batas baku mutu maka perairan tersebut masih aman dan memenuhi kriteria daya dukung lingkungan. 2 Pendekatan fisik kawasan Daya dukung lingkungan perairan untuk pengelolaan budidaya ikan kerapu dengan KJA dilakukan dengan pendekatan fisik kawasan sehingga selanjutnya disebut daya dukung kawaasan DDK yaitu dengan menghitung luas kawasan budidaya yang sesuai kelas S1 dan S2. Selanjutnya perlu mengetahui kondisi unsur kimia di sekitar KJA eksisting, berapa luas maksimum yang masih memenuhi daya dukung lingkungan untuk dijadikan acuan dalam menentukan luasan KJA yang masih aman dari pencemaran. Berdasarkan informasi dari salah satu narasumber, KJA sebaiknya dibuat berdasarkan kelompok masyarakat atau pokmas. Alasan dibuat pengelompokan adalah untuk memperkuat tali jangkar KJA dan memudahkan kontrol dari gangguan keamanan. Satu kelompok masyarakat pembudidaya ikan kerapu terdiri dari 10 unit KJA, dan setiap unit KJA dapat menghidupi 1 kepala keluarga. Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10 m x 10 m = 100 m 2 . Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m = 27 m 3 . Desain KJA per kelompok dengan panjang sebanyak 5 unit KJA atau 60 m dan lebar sebanyak 2 unit KJA atau 30 m termasuk ruang kosong antar unit KJA, serta terdapat ruang kosong dari KJA terluar sejauh 50 m maka panjang total adalah 160 m dan lebar total adalah 130 m Gambar 3 dan 4. Gambar 3. Desain 10 Unit KJA Ruang kosong 60 x 10 m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 30 m 60 m