Kondisi bubu tidak tahan lama sehingga perlu pembaharuan, bubu biasa diganti setiap 3 bulan. Bahan dasar bubu di Pulau Pongok terdiri dari ram kawat
dan rotan yang nantinya dirakit menjadi bubu oleh juragan dengan perhitungan tertentu berdasarkan jumlah lobang ram kawat. Setiap juragan biasa mempunyai
bubu sebanyak 80 buah bubu, mengenai biaya bubu ini sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha KJA dengan jaminan bahwa ikan tangkapan di jual kepada
pengusaha KJA tersebut. Ikan hasil tangkapan dari bubu ini disetorkan kepada pengusaha KJA setiap pulang melaut, ditimbang dan dicatat yang nantinya
dibayarkan setiap akhir bulan atau dibayarkan setiap awal bulan berikutnya. Jumlah hasil tangkapan ikan kerapu tidak sama setiap bulan dalam setahun
yaitu terdapat masa panen, panen standar, panen menurun, masa paceklik, dan masa istirahat Gambar 18. Masa panen biasanya terjadi pada Bulan Februari,
Maret, April, Oktober, dan Nopember dimana kondisi perairan menjadi bening, kecepatan arus dasar perairan sekitar 0,3 ms. Panen standar biasanya terjadi pada
Bulan Agustus dan September dimana hasil tangkapan ikan sekitar 50 dari masa panen yang normal. Panen menurun biasanya terjadi pada Bulan Mei dengan
jumlah tangkapan ikan sekitar 85 dari masa panen yang normal dimana kondisi perairan menjadi bening dan kecepatan arus dasar perairan mulai mereda. Masa
paceklik biasanya terjadi pada Bulan Juni dan Juli dengan jumlah tangkapan ikan sekitar 35 dari masa panen yang normal dimana kondisi perairan terjadi
peralihan atau perubahan arah dan kecepatan arus dasar perairan. Masa istirahat dipergunakan untuk tidak melaut yaitu pada Bulan Desember dan Januari.
Istirahat dilakukan untuk menjaga keselamatan ABK Anak Buah Kapal karena pada bulan tersebut arus perairan menjadi kencang, gelombang tinggi, curah hujan
tinggi, dan biasanya terjadi angin barat laut atau barat daya yang sangat kencang.
5.4.2. Pengusaha KJA
Sumber daya pesisir dan laut membutuhkan pengelolaan yang baik agar dalam pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Berbicara mengenai budidaya kerapu
sistem KJA sampai saat ini terdapat beberapa jenis yang menjadi andalan pengusaha KJA di Pulau Pongok yaitu kerapu sunuk Plectropomus areolatus;
Polkadot cod, kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus; Flowery cod, kerapu
lumpur Epinephelus suillus; Mud grouper, kerapu katarap Epinephelus lanceolatus; Queensland grouper, dan ikan napoleon Cheilinus undulatus;
Double-headed maori wrasse yang bibitnya diperoleh dari alam. Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu tikus Cromileptes altivelis;
Barramundi cod dan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh sampai saat ini, benih kerapu tikus untuk
kebutuhan di Kabupaten Bangka Selatan dapat diperoleh dari hatchery skala rumah tangga di Kabupaten Belitung, sedangkan benih kerapu macan dapat
diperoleh dari Kota Batam. Selain mengandalkan tangkapan dari alam, pengusaha KJA di Pulau Pongok sudah mulai merintis pembesaran ikan kerapu bebek
Cromileptes altivelis dalam satu lobang keramba namun kondisinya masih berukuran kecil karena baru sekitar satu bulan. Dalam penelitian ini, kita akan
memperdalam informasi tentang budidaya ikan kerapu hasil tangkapan dari alam oleh nelayan bubu di perairan Kecamatan Lepar Pongok yang dijual kepada
pengusaha KJA di Pulau Pongok.
5.4.2.1. Sarana Prasarana Budidaya Kerapu
Sarana pokok dalam budidaya kerapu adalah rakit atau keramba jaring apung yang dilengkapi dengan rumah jaga. Sarana KJA di perairan Pulau Pongok
dirakit sendiri oleh pengusaha KJA dibantu oleh tukang bas yang pengadaan barangnya dibeli dari Kabupaten Belitung karena akses Pulau Pongok melalui laut
lebih dekat dari Kabupaten Belitung. Khusus mengenai pengadaan kayu diperoleh dari Pulau Pongok berupa batang kayu kelapa atau kayu keras lainnya seperti
kayu gelam. Pengusaha KJA sampai saat ini memiliki alat penunjang perahu yang sudah dilengkapi dengan GPS, timbangan, genset, wadah fiber glass, wadah drum
plastik, dan lain-lain. Untuk lokasi penangkaran berada di perairan antara Pulau Pongok dan
Pulau Celagen dengan luas yang dimanfaatkan untuk budidaya menggunakan KJA sekitar 800 m
2
atau panjang 40 m x lebar 20 m sudah termasuk dua buah rumah jaga, dengan ukuran satu lobang KJA berukuran panjang, lebar, dan tinggi sebesar
3 m x 3 m x 3 m. Keramba yang dibuat menunjukan satu hamparan atau satu unit dengan jumlah lobang sekitar 78 lobang keramba. Namun demikian, keramba