susun sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Perhitungan ekonomi diperlukan untuk mengetahui komponen biaya apa saja yang harus ditanggung
serta perhitungan nilai produksi sehingga dapat diketahui nilai manfaat dari suatu usaha budidaya laut tersebut. Pendekatan ekonomi ini dapat memberikan
pertimbangan jenis usaha apa sehubungan dengan keterbatasan dana yang dimiliki sehingga nantinya akan menjadi skala prioritas usaha untuk dijalankan.
Pengembangan usaha budidaya kerapu akan berhasil jika ditunjang oleh faktor keterlibatan masyarakat atau usaha kelompok masyarakat dan dukungan
dari pemerintah setempat serta adanya entrepreneur yang dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat. Peluang keberhasilan budidaya laut di
Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat dari beberapa alasan : a.
Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut cukup tinggi b.
Masyarakat lokal lebih memahami permasalahan di sekitarnya c.
Pengelolaan berbasis masyarakat dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya laut
d. Pengawasan dan kontrol oleh masyarakat terhadap sumberdaya akan lebih
efektif.
3.3.2. Metodologi
1 Persiapan
Tahap ini meliputi persiapan administrasi kepada instansi dalam pengumpulan data sekunder yang mendukung penelitian. Instansi ini seperti Dinas
Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Badan Statistik Pusat dan daerah,
Universitas Bangka Belitung, Kementerian Kelautan Perikanan, Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI dan instansi lainnya guna mengumpulkan data pendukung.
2 Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer ini meliputi survey lapangan untuk melengkapi data sekunder yang sudah diperoleh. Data ini termasuk data parameter lingkungan
perairan, wawancara dengan pengusaha KJA dan nelayan untuk memperoleh gambaran komponen biaya untuk suatu usaha KJA. Selanjutnya diskusi dan
wawancara dengan masyarakat setempat untuk memperoleh informasi tambahan
mengenai penangkapan ikan kerapu sunuk serta potensi konflik pemanfaatan wilayah pesisir.
Tabel 3. Parameter, Metode dan Alat Pengukuran No.
Parameter Metode
Alat
1 Suhu
o
C insitu
Thermometer 2
Salinitas
o
oo insitu
Hand- refractometer
3 Kecepatan ms dan
arah arus
o
U insitu
Layang-layang arus
4 Substrat
insitu Grab sampler
5 Keterlindungan
insitu Visual
6 Tinggi gelombang m
insitu Tiang berskala
7 Tunggang pasut m
Sensor, BOST Center
Kalesto, tiang berskala
8 Kecerahan dan m
insitu Sechi disk
9 Kedalaman m
insitu Tali dan peta LPI
10 Derajat keasaman pH
insitu pH meter
11 DO mgl
insitu DO meter
12 Posisi koordinat
insitu GPS Garmin
13 Unsur kimia lainnya :
Ammonia NH
3
-N, Nitrit NO
2
- N, Nitrat NO
3
-N, Orthophospat PO
4
-P, Timbal Pb mgl Laboratorium
Proling MSP IPB
14 Timbal Pb pada kerapu mgl
Laboratorium Proling MSP IPB
Keterangan : BOST Bangka Belitung Ocean Science and Technology Proling Produktifitas dan Lingkungan Perairan
3 Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder ini meliputi pencarian literatur-literatur terkait yang diperoleh dari perpustakaan IPB, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan
Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan, Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Bangka Belitung, Universitas Bangka Belitung, Kementerian Kelautan Perikanan, dan Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI Jakarta.
4 Kompilasi data
Kompilasi data merupakan penyusunan data-data primer dan sekunder yang berguna yang akan dipakai, serta pemisahan terhadap data-data yang tidak
berguna yang tidak perlu dilibatkan dalam tahap analisis selanjutnya.
3.4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan ini meliputi analisis kesesuaian kawasan, analisis daya dukung lingkungan, dan analisis ekonomi. Analisis data ini harus
dilakukan secara berurutan karena memiliki keterkaitan, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
3.4.1. Analisis Kesesuaian Kawasan
Analisis kesesuaian kawasan ini dengan menggunakan parameter lingkungan sehingga kesesuaian kawasannya berdasarkan aspek bioteknis. Data-
data yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi. Hasilnya dalam bentuk spasial yang diolah untuk masing-
masing parameter atau tema kesesuaian kawasan seperti tema suhu, salinitas, dan sebagainya dengan software ArcGis 9.2. Untuk parameter substrat diperoleh dari
interpretasi citra Landsat 7ETM dan ground check pengecekan langsung di lapangan untuk memperoleh informasi yang aktual di lapangan.
Hasil pengolahan dan analisis data selanjutnya diinterpretasikan untuk mendapatkan deskripsi secara faktual dan jelas tentang lokasi untuk budidaya
kerapu di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan. Dalam analisisnya, perlu mempertimbangkan peranan dan bobot pengaruh masing-masing parameter
terhadap keberhasilan usaha budidaya. Ada parameter yang sangat berpengaruh, tetapi ada juga yang kurang berpengaruh. Dalam kondisi ini, pemberian bobot
yang berbeda sesuai dengan derajat kepentingannya atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisis ini dan
hasilnya diharapkan lebih mendekatkan pada kondisi sebenarnya. Penyusunan basis data, baik data spasial maupun data atribut, merupakan
tahap pertama dalam SIG. Data yang berbentuk peta analog dikonversi ke bentuk digital melalui proses digitasi. Untuk jenis data tabular dikompilasikan dengan
perangkat lunak Microsoft excel. Setelah basis data terbentuk, dilakukan operasi penggabungan union atau tumpang susun overlay operations dengan software
ArcGis 9.2 terhadap parameter-parameter kesesuaian budidaya kerapu dengan KJA. Operasi tumpang susun ini ditetapkan urutan dari setiap layer yang
dilibatkan sesuai dengan tingkat kepentingannya Tabel 4. Operasi tumpang
susun dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Untuk data tabular, indeks analisis
kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter di bawah. Dari nilai indeks ini maka dapat diperoleh
tabel kesesuaian dengan kriteria Sangat sesuai S1, Cukup sesuai S2, dan Tidak sesuai S3.
Tabel 4. Parameter Lingkungan dengan Bobot dan Skor
No Parameter
bobot S1
S2 S3
Kelas Skor
Kelas Skor
Kelas Skor
1 Keterlindungan
25 Sangat
terlindung 5
terlindung 3
terbuka 1
2 Kecepatan arus
ms 25
0,2 - 0,3 5
0,1 - 0,2 atau 0,3 - 0,4
3 0,1 atau
0,4 1
3 Kedalaman
m 15
15 - 25 5
6 - 15 atau 25 - 40
3 6 atau
40 1
4 Substrat
15 Pasir
berkarang 5
Pasir berlumpur
3 lumpur
1 5
Kecerahan 10
85 - 100 5
70 - 85 3
70 1
6 Salinitas
o
oo 10
30 - 33 5
29 atau 33 - 35
3 29 atau
35 1
7 Suhu
o
C 10
27 - 30 5
24 - 27 atau 30 - 34
3 24 atau
34 1
8 Oksigen
terlarut mgl 10
7 - 8 5
5 - 7 atau 8 - 10
3 5 atau
10 1
9 pH
10 7,5 - 8
5 7 - 7,5 atau
8 - 8,5 3
7 atau 8,5
1 Total Bobot x
Score 650
390 130
Sumber: Modifikasi dari Ali 2003, Hartami 2008, Tiensongrusmee et al 1986 di dalam Sunyoto 1997
Tabel 5. Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan
No Analisis kesesuaian
Kriteria Kelas
1 Sangat sesuai S1
80 520 - 650
2 Cukup sesuai S2
40 – 80
260 - 520 3
Tidak sesuai S3 40
130 - 260 Setelah menyelesaikan proses dalam tabel di atas maka selanjutnya dibuat peta
arahan di ArcView GIS 3.2 berdasarkan poligon-poligon dengan kriteria Sangat sesuai, Cukup sesuai, dan Tidak sesuai. Selanjutnya peta arahan kesesuaian
kawasan disajikan mengikuti aturan pemetaan.