Pasang Surut Kondisi Parameter Lingkungan

5.1.8. pH

pH atau derajat keasaman suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang penting dalam memantau kualitas lingkungan perairan. pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan senyawa-senyawa yang bersifat asam dimana CO 2 ini terkait dengan proses fotosintesis dan respirasi biota laut terutama fitoplankton. Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik, hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan. Nilai pH air laut di bawah 7,00 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya. Dalam proses biokimia, jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir. Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 8,30 dan nilai terendah sebesar 7,30 dengan nilai rata-rata sebesar 7,74 Gambar 13. Pada lokasi KJA eksisting diperoleh nilai pH 7,80, artinya di lokasi ini tidak ada hambatan dengan masalah pH air laut sehingga ikan dapat tumbuh dengan normal. Nilai pH rata-rata menunjukan bahwa kondisi ini bagus untuk dikembangkannya budidaya kerapu dengan sistem KJA.

5.1.9. DO

Sumber utama oksigen terlarut atau dissolve oksigen DO di perairan adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota perairan yang berklorofil. Kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air sangat lambat, oleh karena itu fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut di perairan. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, salinitas, arus perairan, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer, dan persentase oksigen disekitarnya. Kelarutan oksigen akan menurun seiring dengan meningkatnya suhu perairan dan seiring dengan menurunnya tekanan udara. Oksigen terlarut di dalam air digunakan oleh ikan kerapu untuk proses metabolisme tubuh yang akan mengkonversikan pakan yang dimakan menjadi ukuran pertumbuhan. Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya berkisar 5 – 8 mgl jika nilai DO kurang dari 5 mgl maka nafsu makan ikan berkurang dan pertumbuhan akan terganggu. Berdasarkan survey lapangan, nilai DO terendah di perairan Pulau Pongok adalah sebesar 5,5 mgl dan tertinggi sebesar 8,0 mgl dengan nilai DO rata-rata 6,62 mgl. Terdapat hubungan antara nilai DO dan suhu perairan seperti ditunjukan pada stasiun 30, nilai DO terendah terjadi pada pukul 9.30 WIB saat suhu perairan 31 o C sedangkan nilai DO tertinggi terjadi pada stasiun 27 pukul 14.45 WIB dengan suhu 32 o C. Hal ini agak menyimpang dari teori bahwa ketika suhu tinggi maka nilai DO cenderung turun, namun pada stasiun pengamatan lainnya masih menunjukan gejala yang mendekati teori. Effendi 2003 menyebutkan kadar oksigen terlarut DO berfluktuasi secara harian diurnal dan musiman, tergantung pada percampuran mixing dan pergerakan turbulence massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah effluent yang masuk ke badan air. Berdasarkan kondisi DO di perairan Pulau Pongok dinyatakan masih memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA, sebaran nilai DO dapat dilihat pada Gambar 14.

5.1.10. Substrat Perairan

Substrat di perairan Pulau Pongok pada saat survey lapangan diperoleh informasi bahwa perairan Kecamatan Lepar Pongok dikelilingi oleh terumbu karang dan karang mati serta sebagian kecil terdapat alga, lamun dan perairan berpasir. Hal ini menunjukan kondisi yang sama dengan analisis citra Landsat 7ETM yang diperoleh sebelum turun ke lapangan. Menurut wawancara dengan nelayan setempat, sekitar Pulau Pongok sangat kaya dengan substrat berkarang sehingga salah satu pulau kecilnya dinamakan Pulau Celaka karena banyak yang celaka akibat banyaknya lokasi yang berkarang, sekarang ini lebih dikenal dengan nama Pulau Celagen. Ke arah daratan Pulau Pongok dan Pulau Celagen memiliki mangrove dengan jenis Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Exoecaria agallocha, Pandanus testorius, Rhyzophora apiculata, Sonneratia alba dan Thespesia populnea. Bagian barat Pulau Celagen terlihat sudah mengalami abrasi sehingga kondisi mangrove menjadi menipis dan daratan semakin tergerus air. Mengacu pada peta laut, panjang rataan terumbu karang di perairan Pulau Pongok dapat mencapai jarak sekitar 200 m ke arah laut. Ketika survey lapang, berdasarkan informasi dari nelayan penyelam bubu pada kedalaman sekitar 40 m masih ditemukan terumbu karang dan lokasinya menyebar sampai sekitar 200 m ke arah laut. Dengan kecerahan tinggi, pada kedalaman sekitar 10 m masih terlihat terumbu karang yang tumbuh padat dengan koloni yang besar. Pertumbuhan karang sangat didominasi dengan karang bercabang dari jenis Acropora sp. Gambar 14. Peta Oksigen Terlarut Perairan Gambar 15. Peta Sebaran Substrat Perairan