6.00 15.00 25.00 Tujuan Penelitian Hasil yang Diharapkan Manfaat Penelitian

Catatan : Harga impor, harga konsumen dan harga produsen adalah harga riil 2007 = 100. Sumber : Departemen Perdagangan dan BPS diolah Gambar 2. Perkembangan Tarif Impor, Volume Impor, Harga Impor, Harga Konsumen, dan Harga Produsen Komoditas Jagung Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 Gambar 2, menunjukkan penurunan tarif impor jagung yang dilakukan pada tahun 1995 telah mendorong juga terjadinya penurunan harga impor, harga konsumen, dan harga produsen serta peningkatan volume impor. Sedikit berbeda dengan beras, mengingat tarif impor jagung sudah relatif rendah, maka tekanan terhadap harga domestik lebih ditunjukkan oleh pengaruh volume impor, jika dibandingkan pengaruh harga impor. Namun demikian kejadian tersebut tetap berhubungan erat dengan perubahan tarif impor. Dapat dilihat juga bahwa kecuali pada masa krisis tahun 1997 - 1998 dan 2008, peningkatan volume impor dan juga penurunan tarif impor menyebabkan penurunan harga impor dan harga domestik, baik harga konsumen maupun harga produsen. Gambar 3, menunjukkan penurunan tarif impor kedele yang dilakukan sejak tahun 1995 hingga seterusnya, juga telah mendorong terjadinya penurunan

0.00 2.00

4.00 6.00

8.00 10.00

12.00 0.00 1 000.00 2 000.00 3 000.00 4 000.00 5 000.00 6 000.00 7 000.00 T a rif Im po r P er sen H a rg a Rp per K g da n Vo lum e T o n Bulan Harga Konsumen Harga Impor harga impor, harga konsumen, dan harga produsen serta peningkatan volume impor. Dapat dilihat bahwa kecuali pada masa krisis 1997 - 1998 dan 2008, penurunan tarif impor diiringi dengan peningkatan volume impor kedele, dan penurunan tarif juga menyebabkan penurunan pada harga impor dan harga domestik, baik harga konsumen maupun harga produsen. Catatan : Harga impor, harga konsumen dan harga produsen adalah harga riil 2007 = 100. Sumber : Departemen Perdagangan dan BPS diolah Gambar 3. Perkembangan Tarif Impor, Volume Impor, Harga Impor, Harga Konsumen, dan Harga Produsen Komoditas Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009. Upaya untuk memberikan perlindungan khusus bagi komoditas pertanian secara umum dan khususnya terhadap komoditas beras, jagung, dan kedele dari dampak negatif liberalisasi selama ini telah dilakukan. Indonesia sebagai koordinator G-33, beserta anggotanya, berupaya keras memperjuangkan agar formula SSG dirubah menjadi SSM dalam forum WTO. Namun demikian perjuangan tersebut hingga saat ini masih belum berhasil. Rumusan formula SSM

0.00 5.00

10.00 15.00

20.00 25.00

30.00 35.00

40.00 0.00 2 000.00 4 000.00 6 000.00 8 000.00 10 000.00 12 000.00 14 000.00 16 000.00 Ta rif Im po r P er se n H a rg a R p pe r K g da n V o lum e To n Bulan Harga Konsumen Harga Impor Volume Impor x 100 dan metode pembuktian bahwa telah terjadi banjir impor pada komoditas pertanian tertentu yang melanda salah satu atau beberapa negara anggota WTO, yang dirumuskan dan diusulkan oleh Indonesia dan negara berkembang lainnya yang tergabung dalam kelompok G-33 dinilai lemah oleh negara-negara maju. Kelemahan muncul dari penggunaan metodologi penentuan banjir impor yang menggunakan Moving Average MA. Metode ini digunakan oleh FAO 2005 dan Sawit et al. 2006 dalam membuktikan banjir impor dan merumuskan formula SSM. Penelitian Sawit et al. 2006 dengan menggunakan metode MA telah menghasilkan tiga temuan berkaitan dengan terjadinya banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele. Pertama, dalam periode 1996 – 2005 telah terjadi banjir impor empat kali untuk beras, masing-masing tiga kali untuk jagung dan kedele, dengan persentase tingkat gejolak yang tergolong sangat tinggi, jika dibandingkan negara-negara lain. Tingginya tingkat gejolak dapat dilihat dari persentase jatuhnya harga. Kedua, jatuhnya harga dapat dianalisis dengan dua pendekatan yaitu dengan 36 bulan MA dan rataan harga 36 bulan terakhir dengan hasil untuk kedua cara tersebut tidak banyak berbeda. Ketiga, telah terjadi frekuensi jatuhnya harga beras 45 kali, jagung 55 kali, dan kedele 13 kali dengan persentase masing-masing beras hingga 38.3 persen, jagung hingga 57.3 persen dan kedele 21.3 persen. Berdasarkan tiga hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa Indonesia telah mengalami dampak negatif dari banjir impor untuk beras, jagung, dan kedele. Hingga saat ini, hasil penelitian Sawit et al. 2006 merupakan salah satu rujukan dari sangat terbatasnya penelitian mengenai pembuktian banjir impor dan perumusan SSM. Dalam rapat Tim P3I TAN pada bulan Januari 2007, PTRI dan DELRI menyampaikan bahwa metode MA belum bisa diterima pada forum WTO karena dinilai lemah dalam membuktikan banjir impor. Berdasarkan pertimbangan itu, dalam merumuskan SSM, masih diperlukan metode alternatif yang dinilai relatif lebih mampu untuk meyakinkan negara-negara anggota WTO bahwa telah terjadi banjir impor untuk komoditas tertentu dan berdasarkan bukti tersebut, komoditas yang mengalami banjir impor layak untuk mendapatkan perlakukan SSM. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki kajian yang relatif memadai dalam rangka pemberlakuan SSM apabila terjadi banjir impor, di luar penggunaan metode MA. Oleh karena itu, kajian dengan menggunakan metode yang berbeda dalam upaya pemanfaatan fleksibilitas SSM bagi produk-produk pertanian dan hasil olahannya yang selama ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap impor menjadi sangat penting untuk dilakukan. Seperti yang tercantum dalam AoA WTO, July Framework 2004, penelitian Sawit et al. 2006, dan modalitas atau proposal perundingan G-33 tentang SSM, di dalam rumusan SSM akan memuat kandungan volume trigger besaran volume yang menjadi pemicu terjadinya serbuan impor, price trigger besaran harga yang menjadi pemicu terjadinya serbuan impor, remedy besaran tambahan tarif untuk membatasi tingkat harga dan volume tertentu yang menjadi pemicu banjir impor tersebut harus diberlakukan, dan product coverage cakupan produk dari turunan komoditas yang perlu ditambahkan tarifnya. Forum WTO nampaknya menghendaki dan FAO expert meeting on imports surge methodology tahun 2005 menyarankan bahwa seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir impor baik faktor eksternal seperti perubahan harga internasional atau harga dunia dan harga impor serta internal atau faktor domestik seperti perubahan tarif impor, kebijakan nilai tukar, kondisi pasar persaingan atau monopilistik, situasi konsumsi dan produksi, serta kondisi infrastruktur yang dapat mempengaruhi transmisi harga internasional ke pasar domestik dianalisis pengaruhnya dalam rangka menentukan terjadinya banjir impor dan aspek-aspek yang terkadung dalam rumusan SSM. Selama ini, metode MA tidak mampu menjelaskan interaksi antar berbagai faktor tersebut, karena analisisnya terpisah antara satu faktor dengan yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode lain selain MA untuk menjawab permasalahan umum dalam penelitian ini yaitu bagaimana rumusan SSM untuk melindungi produk pangan utama Indonesia khususnya beras, jagung, dan kedele dari dampak negatif liberalisasi khususnya banjir impor, dengan permasalahan khusus yang diteliti adalah: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya banjir impor komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia? 2. a. Berapa besarnya volume trigger dan price trigger SSM untuk komoditas beras, jagung dan kedele? b. Bagaimana formula remedial tariff SSM untuk komoditas beras, jagung, dan kedele? c. Jenis produk turunan dari komoditas beras, jagung, dan kedele apa yang perlu mendapatkan perlakuan SSM? 3. Bagaimana rumusan SSM yang mampu memberikan perlindungan bagi komoditas pangan utama Indonesia dari dampak negatif liberalisasi perdagangan khususnya banjir impor?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merumuskan SSM untuk melindungi komoditas pangan utama Indonesia dari dampak negatif liberalisasi khususnya banjir impor, dengan tujuan antaranya : 1. Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir impor sehingga dapat ditetapkan sebagai indikator dan kriteria untuk SSM bagi komoditas beras, jagung, dan kedele. 2. Merumuskan besaran volume trigger dan price trigger, formula remedy, dan product coverage dari komoditas beras, jagung, dan kedele yang perlu mendapatkan perlakuan SSM. 3. Merumuskan SSM yang mampu memberikan perlindungan bagi komoditas pangan utama Indonesia dari dampak negatif liberalisasi perdagangan khususnya banjir impor.

1.4. Hasil yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan hasil penelitian berupa: 1. Rumusan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir impor sehingga dapat ditetapkan sebagai indikator dan kriteria untuk SSM bagi komoditas beras, jagung, dan kedele. 2. Rumusan besaran volume trigger dan price trigger, formula remedy, dan product coverage dari komoditas beras, jagung, dan kedele yang perlu mendapatkan perlakuan SSM. 3. Rumusan bahan modalitas proposal kerangka kerja untuk bahan perundingan bidang pertanian bagi DELRI di dalam forum WTO khususnya dalam hal perubahan dari SSG menjadi SSM.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Bahan pertimbangan kepada pemerintah khususnya dalam peningkatan mutu pengambilan keputusan dan kebijakan di Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan yang berkaitan dengan langkah-langkah pengamanan sektor pertanian dalam negeri, peningkatan atau penghapusan bantuan domestik, persaingan ekspor dan pemotongan tarif komoditas dan sektor pertanian Indonesia. 2. Bahan pertimbangan para anggota DELRI di WTO dan tim penyusunan bahan perundingan dan penentu kebijakan mengenai SSM dan modalitas- modalitas perjanjian terkait dengannya pendisiplinan kebijakan persaingan ekspor. 3. Menambah pengetahuan penulis tentang kebijakan pemerintah terkait perdagangan internasional dan penyiapan bahan perundingan pada forum WTO terutama mengenai SSM. 4. Data dan informasi tambahan untuk penelitian yang sejenis pada bidangnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian