dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah kenaikan tarif, tarif quota, atau batasan kuantitatif yang harus diterapkan untuk merespon banjir impor. Simulasi
respon akan dicoba untuk dilakukan dalam menemukan jawaban yang tepat. Nilai elastisitas perubahan berdasarkan hasil analisis derajat pass through yang
dihasilkan akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan besaran tariff remedy.
Kelima, durasi atau berapa lama SSM boleh diterapkan. Durasi atau jangka
waktu pengaruh shock akan normal kembali atau saat respon variabel terhadap guncangan variabel tertentu mencapai titik stabil yang akan ditentukan
berdasarkan hasil analisis IRF, DFEV dan pass-through effect.
4.5. Definisi dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, jumlah variabel yang diolah dengan menggunakan metoda S-VAR adalah 10 variabel untuk masing-masing komoditas adalah
sebagai berikut :
1. Harga dunia atau PW
yaitu harga beras, harga jagung, dan harga kedele dunia dalam satuan Rp per Ton; data yang diolah merupakan data harga riil 2007 =
100. Harga beras merupakan harga broken rice untuk transaksi Friday Closing Date
. Harga jagung merupakan harga jagung kuning transaksi USA Port Gulf Export Price
dan harga kedele merupakan harga kedele transaksi USA Yellow No 2 untuk Port Rotterdam.
2. Tarif impor yang diwakili oleh marjin perdagangan atau trade import margin atau
TM1 yang merupakan besaran marjin perdagangan dunia dan importir beras, jagung, kedele Indonesia dalam satuan Rp per Ton. Data yang diolah merupakan
data harga riil 2007 = 100. Selain tarif impor, komponen TM1 terdiri dari transportation cost
atau freight cost, container park cost biaya parkir kontainer,
inspection cost biaya inspeksi dan pengeluaran resmi lainnya, biaya bongkar
muat, insurance cost biaya asuransi dan marjin keuntungan importir. 3.
Harga impor atau PM terdiri harga impor beras, harga impor jagung, harga impor kedele dalam satuan Rp per Ton. Data yang diolah merupakan data harga
riil 2007 = 100. Harga impor pada pelabuhan impor setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang termasuk dalam kategori TM1 dan siap masuk gudang
importir dan siap didistribusikan dalam pasar domestik. Harga impor merupakan harga tertimbang dengan persentase distribusi produksi seperti terinci pada Tabel
7. Tabel 7.
Rata-Rata Persentase Komponen Impor Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Tahun 1994
– 2009
Kode Produk HS 6 Digit
Deskripsi Produk Nilai
Persentase 100610
Rice in the husk paddy or rough 0.63
100620 Husked brown rice
4.49 100630
Semi-milled or wholly milled rice 58.62
100640 Broken rice
35.88 110230
Rice flour 0.17
110314 Groats and meal of rice
0.08 230220
Brans, sharps and other residues of rice 0.13
Total 100.00
Jagung 100510
Maize seed 0.24
100590 Maize excl. seed
94.59 110220
Maize corn flour 0.16
110313 Groats and meal of maize corn
0.10 110313
Groats and meal of maize corn 0.10
110423 Other worked grains of maize corn, nes
0.01 110812
Maize corn starch 4.63
151521 Crude maize corn oil
0.00 151529
Maize corn oil excl. crude and fractions 0.12
230210 Brans, sharps and other residues of maize
0.06 Total
100.00 Kedele
120100 Soya beans
38.75 120810
Soya bean flour and meal 0.38
150710 Crude soya-bean oil
0.02 150790
Soya-bean oil excl. crude and fractions 0.53
210310 Soya sauce
0.10 230400
Oil-cake and other solid residues, of soya-bean 60.25
Total 100.00
Sumber : BPS diolah
4. Volume impor atau QM terdiri dari volume impor beras, volume impor jagung,
dan volume impor kedele dalam satuan Ton; dengan rincian jenis volume impor dihitung setara beras, setara jagung dan setara kedele dengan komponen terinci
pada Tabel 7. 5.
Marjin perdagangan antara importir dan pedagang pengecer atau TM2 terdiri marjin perdagangan importir dan konsumen beras, jagung, kedele dalam satuan
Rp per Ton. Data yang diolah merupakan data harga riil 2007 = 100. Besaran marjin perdagangan ini dihitung berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
importir hingga komoditas berada di tangan distributor atau pengecer yang memasarkan komoditas ke pabrik pakan atau industri pangan olahan dan
konsumen. Biaya-biaya tersebut diantaranya terdiri dari biaya gudang, biaya angkutan, biaya kemasan dan biaya-biaya lainnya, serta didalamnya termasuk
marjin keuntungan pedagang importir dan pengecer. 6.
Harga konsumen atau PC terdiri harga konsumen beras, harga konsumen jagung dan harga konsumen kedele dalam satuan Rp per Ton. Data yang diolah
merupakan data harga riil 2007 = 100. Harga konsumen ini adalah harga konsumen atas jenis komoditas beras, jagung dan kedele menurut kualifikasi
BULOG dan BPS yaitu harga konsumen beras untuk kualitas medium, harga jagung kuning pipilan kering dan kedele kuning ose kering.
7. Volume konsumsi atau QC terdiri dari volume konsumsi beras, volume
konsumsi jagung, dan volume konsumsi kedele dalam satuan Ton. Volume konsumsi adalah setara beras untuk beras, setara jagung pipilan kering untuk
jagung dan setara kedele ose kering untuk kedele. Besaran standar konversi untuk konsumsi di luar konsumsi rumah tangga langsung dihitung berdasarkan
besaran volume penggunaan bahan baku masing-masing jenis industri yang mengkonsumsi bahan baku beras, jagung dan kedele. Dalam periode 1994 -
2009, persentase distribusi konsumsi dalam setara beras, jagung pipilan kering dan kedele ose kering disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Persentase Konsumsi Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia Menurut Jenisnya, Tahun 1994 - 2009.
Jenis Konsumsi Rata-rata Persentase Konsumsi
Beras Jagung
Kedele Konsumsi Industri Pangan
7.17 28.05 39.65
Konsumsi Industri Pakan dan Non Pangan 4.15 39.79
28.80 Konsumsi Benih
1.87 1.15 1.71
Konsumsi Lainnya 1.75 4.23
1.76 Konsumsi Pangan Rumah Tangga
85.06 26.79 28.08
Konsumsi Total 100.00
100.00 100.00
Sumber : Neraca Bahan Makanan FAO dan Badan Bimas dan Ketahanan Pangan, Statistik Industri, BPS dan Susenas, BPS diolah
8. Marjin perdagangan antara konsumen dan produsen atau TM3 yang terdiri dari
marjin perdagangan konsumen dan produsen beras, jagung dan kedele dalam satuan Rp per Ton. Data yang diolah merupakan data riil 2007 = 100. Besaran
marjin perdagangan ini dihitung berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer, pedagang pengolah dan pedagangan perantara dalam ranatai
tataniaga mulai dari produsen hingga pedagang pengecer atau konsumen. Marjin tersebut terdiri dari biaya gudang, biaya angkutan, biaya pengolahan, biaya
pengeringan, biaya kemasan dan biaya-biaya lainnya, serta didalamnya termasuk marjin keuntungan pedagang pengolah, pedagangan perantara dan pengecer.
9. Harga produsen atau PF terdiri dari
hyarga produsen atau harga di tingkat petani yaitu untuk beras merupakan harga Gabah Kering Giling GKG, untuk
jagung merupakan harga jagung pipilan kering, dan untuk kedele merupakan harga biji kedele kuning ose kering dalam satuan Rp per Ton. Data yang diolah
merupakan data riil 2007 = 100. Harga merupakan harga produsen berdasarkan kualifikasi harga produsen BULOG dan statistik harga produsen pedesaan BPS.
10. Volume Produksi atau QF terdiri dari volume produksi beras, volume produksi
jagung, dan volume produksi kedele dalam satuan Ton. Volume produksi beras dihitung berdasarkan standar konversi GKG ke beras 0.6325, produksi jagung
dalam bentuk jagung pipilan kering dan produksi kedele dalam bentuk kedele ose kering. Bentuk produksi disesuaikan dengan kualifikasi Pusat Data dan
Informasi Pertanian dan Badan Pusat Statistik.
V.
GAMBARAN UMUM SITUASI DAN KONDISI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS, JAGUNG, DAN KEDELE
DUNIA DAN INDONESIA TAHUN 1994 - 2009 5.1.
Perkembangan Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele
Dalam periode 1994 – 2009, rata-rata harga beras dunia mengalami
peningkatan 15.61 persen per tahun, sementara harga jagung meningkat 4.96 persen per tahun dan harga kedele meningkat 6.50 persen per tahun. Dalam
periode tersebut, rata-rata harga terendah beras dan kedele terjadi pada tahun 2003 yaitu US 125.83 per Ton untuk beras dan US 235.50 per Ton untuk kedele
pada 1994, sedangkan harga jagung mengalami titik terendah pada tahun 1999 yaitu US 93.78 per Ton. Pada tahun 2008, rata-rata harga ketiga komoditas
tersebut mencapai titik tertinggi yaitu US 781.84 per Ton untuk beras, US 231.07 per Ton untuk jagung dan US 620.62 per Ton untuk kedele.
Perkembangan rata-rata harga beras, jagung dan kedele dunia tahunan disajikan pada Tabel 9.
Jika dilihat perkembangan bulanan, harga beras dunia meningkat rata-rata 2.21 persen per bulan dalam periode September 1994 - Oktober 2009. Harga
beras dunia mengalami titik terendah pada bulan April 2001 yaitu mencapai US 123.81 per Ton dan tertinggi pada bulan Mei 2008 mencapai US 748.90 per Ton.
Sementara itu, harga jagung mencapai titik terendah pada bulan Juli 1998 yaitu US 68.67 per Ton dan harga kedele mencapai titik terendah pada bulan Oktober
1998 yaitu US 187.32 per Ton. Sekalipun sama-sama mengalami titik tertinggi pada tahun 2008, namun
waktu terjadinya titik tertinggi harga ketiga komoditas tersebut berbeda-beda. Harga jagung mengalami titik tertinggi pada bulan Maret 2008 yaitu US 290.74
per Ton, sedangkan harga kedele mengalami titik tertinggi pada bulan Juli 2008, yaitu US 699.66 per Ton. Seperti harga beras, dalam periode Sepetember 1994 -
Oktober 2009, harga jagung dan kedele bulanan juga menunjukkan peningkatan, yaitu rata-rata 0.54 persen per bulan untuk jagung dan 0.64 persen per bulan untuk
kedele. Perkembangan harga dunia beras, jagung dan kedele dalam nilai mata uang US disajikan pada Gambar 7.
Tabel 9. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Bulanan Komoditas Beras,
Jagung, dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang US, Tahun 1994
– 2009
US per Ton
Tahun Beras
Jagung Kedele
1994 218.02
104.60 235.50
1995 332.21
139.10 259.51
1996 349.24
159.29 304.69
1997 306.95
157.22 303.18
1998 280.44
110.96 252.72
1999 191.83
93.78 252.49
2000 159.58
98.77 243.21
2001 134.25
96.71 235.94
2002 126.42
107.91 238.68
2003 125.83
116.58 287.35
2004 225.27
115.58 358.86
2005 267.68
108.49 302.48
2006 232.98
147.68 306.38
2007 265.81
195.18 403.95
2008 781.84
231.07 620.62
2009 584.80
163.21 473.75
R1 15.61
4.96 6.50
R2 2.21
0.54 0.64
Keterangan : data sampai dengan bulan Oktober 2009 R1 = Rata-rata perkembangan tahunan dalam persen per tahun; R2 = Rata-rata perkembangan
bulanan dalam persen per bulan Sumber : World Bank, IMF dan FAO diolah
Perkembangan harga dunia tidak terlepas dari situasi produksi dunia, ekspor dunia, impor dunia, serta situasi dan kondisi perkembangan perekonomian
dunia. Pada komoditas beras, rendahnya harga yang terjadi pada tahun 2003
disebabkan oleh peningkatan produksi padi dunia sebesar 2.68 persen dibanding tahun 2002, yaitu dari 569.48 juta Ton pada tahun 2002 menjadi 584.72 ton pada
tahun 2003, setelah tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan produksi Tabel 10 dan Tabel 11. Pada tahun 2003 ekspor dan impor beras mencapai
28.82 juta ton dan 27.94 juta ton atau meningkat 2.01 persen dan 2.99 persen dibanding tahun 2002. Pertumbuhan ekspor dan impor beras pada tahun 2003
jauh lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan impor tahun 2002 yang mencapai masing-masing mencapai 3.49 persen untuk ekspor dunia dan 14.40
persen untuk impor dunia dibandingkan tahun 2001.
Sumber : World Bank, IMF dan FAO diolah
Gambar 7. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Bulanan Komoditas Beras,
Jagung, dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang US, Periode September 1994
– Oktober 2009
Peningkatan pasokan beras pada pasar dunia tidak terlepas dari peningkatan produksi dan pasokan dari negara-negara produsen utama dan
eksportir beras di Asia, yaitu Bangladesh yang meningkat 2.04 persen, Kamboja yang meningkat 23.24 persen, India yang meningkat 23.26 persen, Myanmar yang
- 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00 900.00
1,000.00
H a
rg a
Du n
ia US
p er
To n
Bulan Bera
s
Jagu ng
meningkat 6.15 persen, Pakistan yang meningkat 8.24 persen, dan Thailand yang meningkat 3.76 persen pada tahun 2003 dibandingkan tahun 2002. Pada tahun
2003 peningkatan produksi Vietnam hanya mencapai 0.35 persen dibandingkan tahun 2002, namun pada tahun 2002 produksi negara tersebut mengalami
peningkatan 7.28 persen dibandingkan tahun 2001. Tabel 10.
Perkembangan Volume Produksi, Ekspor dan Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Tahun 1994
– 2008
Juta Ton
Tahun Produksi
Ekspor Impor
Beras Jagung
Kedele Beras
Jagung Kedele
Beras Jagung
Kedele 1994
538.92 568.62 136.45 18.75
68.48 65.23 17.22 66.04 63.66
1995 547.43
517.33 126.95 23.19 81.51 70.34 22.18
80.12 68.83 1996
568.91 589.46 130.20 20.43
74.92 71.28 22.23 73.62 68.83
1997 576.99
585.51 144.36 21.51 76.11 79.89 19.25
74.96 76.97 1998
579.19 615.80 160.13 29.63
78.88 85.00 25.08 75.57 82.61
1999 610.94
607.52 157.78 25.86 81.55 87.51 27.69
81.13 86.94 2000
599.36 592.48 161.29 24.26
85.26 92.07 23.09 85.21 92.89
2001 598.25
615.48 178.25 27.30 86.58 109.11 23.71
84.90 108.65 2002
569.48 604.92 181.68 28.26 90.44 109.58 27.13
90.79 112.32 2003
584.72 645.23 190.66 28.82
93.30 125.47 27.94 92.97 123.77