Kerangka Pemikiran Teoritis KERANGKA PEMIKIRAN

3.2. Kerangka Pemikiran Teoritis

Penurunan tarif di sektor pertanian dalam rangka penerapan perjanjian WTO menyebabkan penurunan harga impor. Penurunan harga impor menyebabkan peningkatan volume impor yang menimbulkan serbuan produk impor dan mengakibatkan banjir impor dan penurunan harga dalam negeri. Sekalipun dapat menyebabkan peningkatkan permintaan untuk konsumsi, kondisi ini beresiko menekan harga produsen dalam negeri. Oleh karena itu, penerapan perjanjian WTO dapat mengancam penerimaan dan pendapatan petani karena resiko turunnya harga domestik baik harga konsumen maupun harga produsen, dan suatu perlindungan khusus melalui penerapan kerangka SSM diharapkan dapat mengatasi dampak negatif tersebut. Gambar 4 menunjukkan konsep dan kerangka SSM secara sederhana. Berdasarkan gambar tersebut, negara importir mengalami kondisi kelebihan permintaan dan memberlakukan tarif impor sebesar T 1 sebelum berlakukanya kesepakatan WTO. Pada saat itu tingkat harga sesuai besaran tarif adalah P 1 dan jumlah atau volume impor sebesar M 1 . Sesuai dengan perjanjian WTO, maka negara tersebut menurunkan tarif impor, sehingga besaran tarif T 2 . Dalam kondisi ini maka tingkat harga yang terjadi P 2 dan jumlah atau volume impor sebesar M 2 . Sebelum terjadinya penurunan tarif negara importir mengkonsumsi komoditas sebesar 0Q d 1 dan memproduksi komoditas tersebut sebesar 0Q s 1 , dan setelah penurunan tarif negara tersebut mengkonsumsi 0Q d 2 dan memproduksi komoditas sebesar 0Q s 2 . Hal ini menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan melalui penurunan tarif sesuai kesepakatan WTO menyebabkan penurunan harga dalam negeri yang dapat menyebabkan peningkatan konsumsi dalam negeri, meningkatkan volume impor namun juga menyebabkan penurunan produksi dalam negeri yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kesejahteraan produsen yang dalam hal ini adalah petani karena penurunan produksi disertai dengan penurunan harga dalam negeri, seperti digambarkan pada Gambar 5 merupakan pemindahan dari Gambar 4c dan Tabel 5. Pasar negara importir yang semakin terbuka terhadap impor, menyebabkan negara-negara eksportir berupaya untuk memasuki pasar tersebut. Semakin besarnya peluang pasar negara impor menyebabkan setiap negara yang memiliki biaya produksi relatif sama atau lebih rendah dengan eksportir sebelumnya akan memasarkan komoditasnya pada negara importir. Hal ini mengakibatkan terjadinya tekanan harga pada negara importir sehingga harga yang seharusnya P 2 pada tingkat tarif T 2 , menurun menjadi P 3 . Volume impor negara importir meningkat menjadi M 3 dan produksi negara importir menjadi 0Q s 3 , sementara itu konsumsi meningkat menjadi 0Q d 3 dan volume impor menjadi M 3 . Jatuhnya harga dari P 1 menjadi P 3 merupakan dampak dari liberalisasi perdagangan dan kondisi banjir impor terjadi dari perbedaan harga antara P 2 dan P 3 P 3 – P 2 = ΔP yang menjelaskan terjadinya banjir impor dari segi jatuhnya harga dan perbedaan antara M 2 dan M 3 M 3 – M 2 = ΔM yang menjelaskan banjir impor dari segi peningkatan volume impor. Upaya perlindungan dengan SSM untuk mengatasi dampak banjir impor tersebut. Penambahan tarif dengan besaran tertentu dapat diberikan dalam rangka mengatasi banjir impor tersebut. P 2 dapat dipakai batasan pemicu harga dan M 2 dapat dipakai batasan pemicu volume. Penerapan tarif dengan besaran tertentu tersebut adalah dalam rangka mengembalikan tingkat harga dan volume impor pada P 2 dan M 2 . Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa produsen mengalami pengurangan surplus yang semula m+n+s+z pada masa sebelum penerapan WTO atau perjanjian GATT 1994 menjadi n+s+z setelah penerapan perjanjian GATT 1994. Para produsen semakin berkurang tingkat kesejahteraannya dengan adanya banjir impor dengan tingkat kesejahteraan hanya tinggal s+z. Kondisi ini menyebabkan dampak negatif dan sumber injury bagi negara-negara berkembang yang umumnya adalah negara net importir dari produk-produk atau komoditas yang dihasilkan oleh negara-negara maju. Oleh karenanya, tanpa memiliki sebuah mekanisme perlindungan yang efektif, negara-negara berkembang sebagai negara yang memiliki tingkat ketergantungan impor tinggi dan sebagai net importir khususnya produk pertanian dan pangan, produksi domestiknya akan mengalami penurunan yang signifikan sehingga berdampak pada penurunan pendapatan dan kesejahteraan, dan pada akhirnya juga akan mengalami peningkatan jumlah pengangguran. Dalam kondisi dimana perlindungan SSG tidak efektif, upaya untuk mengembangkan mekanisme perlindungan baru yang lebih efektif dan efisien penting untuk diupayakan. SSM sebagai sebuah mekanisme perlindungan yang baru diupayakan oleh negara berkembang khususnya G-33 dalam forum WTO. Mekanisme perlindungan yang baru ini diharapkan dapat mengembalikan kondisi tingkat perdagangan pada tingkat tarif, yang disertai harga domestik, volume impor, volume konsumsi dan produksi sesuai dengan harapan penerapan perjanjian WTO atau GATT 1994, sehingga dampak negatif liberalisasi perdagangan tidak terlalu besar bagi negara berkembang. P P P Sm Pe e Dw Sw P 1 P 2 T 1 Pw Sx P 3 T 2 T 2 T 1 Dm Pe M1 X1 X2 Dx M2 X3 M3 0 Q d 3 Q d 2 Q d 1 Q s 1 Q s 2 Q s 3 Q 0 Q 1 w Q 2 w Q 3 w Q w Q 0 Q s 3 Q s 2 Q s 1 Q d 1 Q d 2 Q d 3 Q a. Pasar Negara Eksportir b. Pasar Dunia c. Pasar Negara Importir Gambar 4. Kerangka Special Safeguards Mechanism dalam Rangka Mengatasi Dampak Banjir Impor Akibat Berlakunya Perjanjian Penurunan Tarif Sesuai Kesepakatan World Trade Organization Dampak Liberalisasi Perdagangan Penurunan Tarif Sesuai Perjanjian WTO Banjir Impor Import Surge Upaya Perlindungan SSM untuk Mengatasi Dampak Banjir Impor Import Surge 89 P T 2 T 1 Q Gambar 5. Analisis Dampak Banjir Impor pada Negara Importir Tabel 5. Perubahan Tingkat Kesejahteraan sebagai Dampak Terjadinya Banjir Impor pada Negara Importir Akibat Berlakunya GATT 1994 Perubahan Kesejahteraan Perdagangan bebas Tanpa perdagangan autarki Sebelum GATT 1994 tarif impor T1 Penerapan GATT 1994 Tarif Impor T2 Setelah GATT 1994 banjir impor Harga Pw Pe P1 P2 P3 Volume Penawaran Q s w Qe Q s 1 Q s 2 Q s 3 Volume Permintaan Q d w Qe Q d 1 Q d 2 Q d 3 Volume Impor M w M 1 M 2 M 3 Surplus Produsen z l+m+n+s+z m+n+s+z n+s+z s+z Surplus Konsumen k+l+m+n+s+a+b +c+d+f+g+u+v+ R 1 +R 2 +R 3 +R 4 +R 5 +R 6 k k+l+a+b k+l+m+a+b+c+ d+R 1 k+l+m+n+a+ b+c+d+f+g+ R 1 + R 2 +R 3 Penerimaan Pemerintah R 1 +R 2 +R 4 R 2 +R 3 +R 4 +R 5 R 4 +R 5 +R 6 Sumber : Gambar 4 dan Gambar 5 M w b R3 d c e a Dm P W P 1 Sm R 6 R 5 R 5 Q d 3 P e R 6 P 2 R2 R3 R1 M 2 M 1 P 3 R4 f Q s 1 Q s 3 Q s 2 Q d 2 Q e g Penurunan Tarif Sesuai Perjanjian WTO Dampak Liberalisasi Perdagangan Upaya Perlindungan SSM untuk Mengatasi Dampak Banjir Impor Import Surge Banjir Impor Import Surge Autarky Free Trade Sebelum GATT 1994 Penerapan GATT 1994 Setelah GATT 1994 Q d 1 i j k l m n s z u v Q s w Q d w M 3

3.3. Kerangka Pemikiran Analisis