1 1
1 k
t i
t i t
t i
Y Y
Y
..........................................................................................11 Ketika dua atau lebih variabel yang terlibat dalam suatu persamaan pada
data level tidak stasioner maka kemungkinan terdapat kointegrasi pada persamaan tersebut Verbeek, 2000. Jika setelah dilakukan uji kointegrasi terdapat
persamaan kointegrasi dalam model yang kita gunakan maka dianjurkan untuk memasukkan persamaan kointegrasi kedalam model yang digunakan. Kebanyakan
data time-series memiliki I1 atau stasioner pada perbedaan pertama. Untuk mengantisipasi hilangnya informasi jangka panjang digunakan model VECM jika
ternyata data yang digunakan I1. Adapun persamaan VECM cointegrated VAR secara matematis ditunjukkan oleh persamaan berikut Verbeek, 2000 :
...............................................................12
dimana :
= koefisien hubungan jangka pendek = koefisien hubungan jangka panjang
= kecepatan menuju keseimbangan speed adjustment
2.3. Pass-Through Effect
Analisis pass-through effect efek perubahan pada umumnya adalah untuk mengetahui efek perubahan nilai tukar terhadap perubahan tingkat harga baik itu
berupa harga impor, harga ekspor maupun tingkat harga umum yang diukur melalui Indek Harga Konsumen IHK, oleh karena itu dikenal nama Exchange
Rate Pass-Through ERPT. ERPT dapat didefinisikan sebagai perubahan harga
-1 -1
t t
t t
E u u A E
A
-1 -1
A DA
harga ekspor, harga impor maupun harga konsumen atau produsen dalam negeri sebagai akibat perubahan satu persen dalam kurs domestik terhadap kurs asing.
Menurut Moosa 2004 dan Batiz 1994, ERPT dapat disebut sebagai efek perubahan kurs atau persentase perubahan kurs terhadap persentase perubahan
harga ekspor dan harga impor. Akan tetapi analisis ini dapat dikembangkan lagi untuk dilihat dampaknya terhadap investasi dan volume perdagangan Hartati,
2004. Berdasarkan hal ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan analisis pass-through effect
efek perubahan harga dan volume impor terhadap produksi, konsumsi dan harga domestik, baik harga di tingkat konsumen dan produsen di
Indonesia. Dalam penelitian ini, analisis pass-through effect dilakukan dengan model analisis SVAR atau VECM menyesuaikan karakteristik data time series
yang berhasil dikumpulkan untuk dianalisis. Ditemukan banyak peneliti yang menggunakan pendekatan analisis pass-
through effect dengan menggunakan model analisis VAR, SVAR dan ECM
diantaranya adalah Sato et al. 2005, Windarti 2004, Hartati 2004, Zainal
2005 dan Nugraha 2006. Sato et al. 2005 yang meneliti pengaruh ERPT terhadap harga impor, harga produsen, dan indeks harga konsumen di sembilan
negara Asia yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia, Hongkong, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan dengan menggunakan data bulanan dari bulan
pertama tahun 1995 sampai bulan kedelapan tahun 2004 dengan menggunakan metode VAR. Windarti 2004 yang melakukan penelitian mengenai ERPT
terhadap perubahan tingkat harga di Indonesia dengan menggunakan analisis SVAR. Model SVAR juga digunakan oleh Nugraha 2006 terhadap efek
perubahan pass-through effect kurs terhadap IHK di ASEAN-5, Jepang dan
Korea Selatan. Kemudian, Hartati 2004 juga meneliti topik yang sama dengan Windarti 2004 akan tetapi model dan alat analisis yang digunakan berbeda, yaitu
VAR. Model analisis ECM digunakan oleh Zainal 2005 dalam studinya mengenai ERPT terhadap harga komoditi ekspor di Indonesia.
Pada dasarnya pass-through effect akan menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung dalam perekonomian terbuka. Menurut McCarthy 2000
direct pass-through efek langsung lintasan nilai tukar terhadap inflasi adalah
melalui perubahan harga barang-barang impor. Dalam konsep ini depresiasi mata uang akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang impor imported
inflation . Barang-barang tersebut dapat berupa barang konsumsi, bahan baku, dan
barang modal. Menurut Hartati 2004 dampak perubahan nilai tukar yang
langsung mempengaruhi inflasi dapat digolongkan menjadi dua jenis. Pertama,
first direct pass-through , yaitu dampak melalui barang konsumsi karena
perubahan harga barang impor dapat langsung mempengaruhi harga jual produk dalam negeri. Kelompok barang ini memiliki elastisitas yang tinggi terhadap
perubahan kurs. Kedua, second direct pass-through, yaitu dampak melalui impor
bahan baku dan barang modal. Proses pembentukan harganya melalui proses produksi terlebih dahulu, sehingga elastisitasnya lebih rendah dibandingkan
kelompok barang konsumsi. Melalui first direct pass-through, dampak fluktuasi nilai tukar terhadap inflasi dapat terjadi seketika contemporaneous. Sementara
pada second direct pass-through mempunyai efek tunda lag effect. McCarthy 2000 berpendapat bahwa dengan menggunakan model of pricing along
distribution chain dapat dianalisis efek langsung dari perubahan nilai tukar
melalui beberapa tiga tahapan. Pertama, gejolak dari sisi penawaran supply
shock yang diidentifikasi melalui inflasi harga minyak oil price. Kedua,
gejolak dari sisi permintaan demand shock yang diidentifikasi dengan menggunakan proksi output gap yang dihitung dari selisih output riil dengan
output potensial ditambah gejolak dari sisi penawaran. Ketiga, gejolak dari sisi
kurs yang diidentifikasi melalui perubahan pergerakan kurs ditambah guncangan sisi permintaan dan penawaran. Selanjutnya menurut McCarthy 2000, efek
tidak langsung yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar ditransmisikan melalui Producer Price Index PPI. Sementara itu, hasil penelitian Sato et al.
2005 menemukan bahwa efek tidak langsung yang ditimbulkan oleh perubahan kurs melalui gejolak sisi permintaan dan sisi penawaran. Analisis dari sisi
permintaan mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan eksportir dalam negeri akan meningkatkan permintaan mereka terhadap barang dan jasa.
Kemudian dari sisi penawaran adalah peningkatan harga bahan baku intermediate input yang memiliki komponen impor yang pada selanjutnya akan
meningkatkan biaya produksi perusahaan. Hyder dan Shah 2004 juga menemukan bahwa di Pakistan efek tidak langsung yang bersumber dari
peningkatan harga bahan baku pada akhirnya akan meningkatkan harga barang ekspor sehingga ekspor menjadi tidak murah lagi ketika terjadi depresiasi mata
uang Pakistan Pak Rupee.
2.4. Review Hasil Penelitian Sebelumnya