Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan berbeda-beda menurut jenis komoditasnya. Tekanan pada komoditas beras dan jagung lebih tinggi jika dibandingkan kedele. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi banjir impor adalah Pertama, pada komoditas beras adalah guncangan atau gejolak harga dunia, harga dan volume impor, marjin perdagangan antara harga impor dan harga konsumen, harga konsumen dan marjin perdagangan konsumen dan produsen. Kedua, pada komoditas jagung adalah guncangan atau gejolak harga dunia, tarif impor, harga impor jagung, marjin perdagangan antara harga impor dan harga konsumen, harga konsumen dan marjin perdagangan konsumen dan produsen. Ketiga, pada komoditas kedele adalah guncangan atau gejolak harga impor, tarif impor, volume impor dan harga konsumen. Adanya perbedaan pengaruh dari berbagai variabel dan perbedaan untuk masing-masing komoditas menunjukkan bahwa terjadi proses penyesuaian adjustment akibat adanya berbagai penyebab yang mempengaruhi terjadinya banjir impor yang berbeda-beda menurut jenis dan karakteristik pada masing-masing komoditas. Tekanan dan pengaruh harga dunia dan atau harga impor, tarif impor, dan volume impor terhadap harga konsumen dan harga produsen dapat dipakai sebagai indikator dan kriteria terjadinya banjir impor pada komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, dan kedele. 2. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 telah terjadi 64 kali lonjakan volume impor beras, 86 kali lonjakan volume impor jagung dan 88 kali lonjakan volume impor kedele yang menyebabkan banjir impor masing-masing komoditas tersebut di Indonesia. Berdasarkan harga nominal, pada komoditas beras terjadi jatuhnya harga lebih dari 100 kali, pada harga jagung lebih dari 95 kali dan pada harga kedele lebih dari 91 kali. Berdasarkan harga riil 2007 = 100 telah terjadi jatuhnya harga beras lebih dari 98 kali, harga jagung lebih 84 kali dan harga kedele lebih dari 96 kali. Jatuhnya harga beras baik secara nominal maupun riil lebih banyak terjadi jika dibandingkan dengan jagung dan kedele. Berdasarkan harga referensi harga impor rata-rata impor 1986 - 1988 sesuai perjanjian SSG, menunjukkan telah terjadi 144 kali jatuhnya harga beras, 44 kali jatuhnya harga jagung dan 123 kali jatuh harga kedele yang menyebabkan terjadinya banjir impor dalam periode September 1994 - Oktober 2009. Temuan penelitian ini menunjukkan frekuensi banjir impor lebih banyak dan lebih sering terjadi di Indonesia jika dibandingkan penelitian- penelitian yang dilakukan sebelumnya. 3. Dari segi country eligibility, Indonesia merupakan salah satu negara yang layak untuk mendapatkan fasilitas SSM, dan memberlakukan SSM bagi ketiga komoditas tersebut apabila terjadi banjir impor. Produk-produk turunan dari masing-masing komoditas beras, jagung dan kedele juga layak untuk memperoleh fasilitas SSM. Sementara itu dari segi products eligibility , berdasarkan analisis pass-through effect dari tekanan harga dunia dan harga impor, volume impor maupun pengaruh tarif impor terhadap harga produsen, maka seluruh produk turunan dari komoditas beras, jagung dan kedele layak untuk memperoleh fasilitas SSM, dengan tidak memperdulikan apakah memiliki tingkat bound tarif tinggi atau rendah. 4. Besaran volume trigger adalah pada saat lonjakan volume impor beras maksimum 5 persen rata-rata mencapai 104.32 persen dari rata-rata trendnya, jagung maksimum 10 persen rata-rata mencapai 109.06 persen dari rata-rata trendnya, dan kedele 9 persen rata-rata mencapai 108.58 persen dari rata-rata trendnya. 5. Besaran price trigger didasarkan pada harga nominal adalah ketika harga impor nominal impor jatuh maksimum 13 persen untuk beras hingga rata- rata 87.52 persen dari rata-rata trendnya, maksimum 14 persen untuk jagung hingga rata-rata 86.05 persen dari rata-rata trendnya, dan maksimum 14 persen untuk kedele hingga rata-rata 86.01 persen dari rata-rata trendnya. Besaran price trigger berdasarkan harga riil 2007 = 100 adalah maksimum 10 persen untuk beras hingga rata-rata 90.01 persen dari rata-rata trendnya, maksimum 11 persen untuk jagung hingga rata-rata 89.18 persen dari rata-rata trendnya, dan maksimum 10 persen untuk kedele hingga rata-rata 90.03 persen dari rata-rata trendnya. 6. Berdasarkan penggunaan indikator tekanan terhadap harga produsen, besaran remedial tariff yang diperlukan untuk melindungi harga produsen adalah Pertama untuk penurunan satu persen harga produsen yang diakibatkan oleh jatuhnya harga dunia diperlukan tambahan tarif 11.16 persen untuk beras, 2.93 persen untuk jagung, dan 2.81 persen untuk kedele. Kedua, untuk penurunan satu persen harga produsen yang diakibatkan oleh penurunan atau jatuhnya harga impor diperlukan tambahan tarif 10.68 persen untuk beras, 11.60 persen untuk jagung, dan

2.91 persen untuk kedele. Ketiga, untuk penurunan harga produsen