1 000 00 Perkembangan Nilai Marjin Perdagangan Produsen dan Konsumen
Perkembangan marjin perdagangan antara harga konsumen dan produsen pada komoditas beras, jagung, dan kedele dapat dapat dilihat pada Gambar 17.
Dalam periode September 1994 - Oktober 2009, marjin perdagangan beras meningkat rata-rata 1.80 persen per bulan, jagung meningkat rata-rata 6.22 persen
per bulan, dan kedele meningkat rata-rata 1.84 persen per bulan. Dalam periode tersebut marjin perdagangan terendah beras terjadi pada bulan September 1994
sebesar Rp. 346 330.58 per Ton dan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2008 sebesar Rp. 5 240 023.38 per Ton. Pada komoditas jagung marjin perdagangan terendah
terjadi pada bulan Desember 1995 sebesar Rp. 177 455.05 per Ton dan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 sebesar Rp. 2 051 487.22 per Ton. Sedangkan pada
komoditas kedele marjin perdagangan terendah terjadi pada bulan Mei 1996 sebesar Rp. 169 052.67 per Ton dan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 sebesar
Rp. 1 480 224.83 per Ton.
Sumber: BPS dan Departemen Perdagangan diolah
Gambar 17. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Bulanan Harga
Konsumen dan Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994
– Oktober 2009
0.00 1 000 000.00
2 000 000.00 3 000 000.00
4 000 000.00 5 000 000.00
6 000 000.00
M a
rjin Per
d a
g a
n g
a n
K o
n su
m en
De n
g a
n
Pro d
u se
n Rp
Per To
n
Bulan Beras
Jagung Kedele
Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, perubahan nilai marjin perdagangan antara konsumen dan produsen dipengaruhi oleh
Pertama, adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi antar harga konsumen
dan perilaku pedagang importir, pedagang pengecer, distributor, pedagang perantara gabah dan penggilingan, dan kebijakan pemerintah. Perkembangan
nilai marjin perdagangan antara konsumen dan produsen bulanan menunjukkan bahwa baik bagi komoditas beras, jagung maupun kedele pada saat terjadinya
nilai marjin perdagangan tinggi umumnya bersamaan dengan pasokan dari produksi dalam negeri tidak selalu rendah atau tinggi dan demikian juga untuk
pasokan dari impor. Tinggi dan rendahnya nilai marjin perdagangan lebih banyak ditentukan oleh kelancaran distribusi dan pasokan komoditas baik dari produksi
dalam negeri maupun dari impor dan apakah pemerintah melakukan kebijakan intervensi seperti operasi pasar, kebijakan mengurangi subsidi seperti BBM dan
mengumumkan akan melakukan impor, meningkatkan HPP dan menaikkan HET pupuk. Seluruh pelaku perdagangan baik importir, pedagang pengecer, distributor,
pedagang perantara dan pengolah mengambil reaksi dengan meningkatkan marjin perdagangan ketika kebijakan diberlakukan. Berdasarkan data yang berhasil
dikumpulkan, kebijakan-kebijakan pemerintah selalu diikuti oleh peningkatan
nilai marjin perdagangan. Kedua, adalah marjin perdagangan antara konsumen
dan produsen selalu meningkat pada saat hari-hari besar nasional. Peningkatan harga konsumen yang terjadi pada saat perayaan ini dimanfaatkan oleh para
pedagang untuk mendapatkan nilai marjin yang lebih tinggi, sekalipun pasokan baik dari produksi dalam negeri maupun impor meningkat. Marjin perdagangan
yang tinggi umumnya terjadi satu bulan sebelum perayaan hari besar hingga
sebulan setelah perayaan hari raya. Ketiga, adalah bahwa marjin perdagangan
antara konsumen dan produsen selalu tinggi pada saat panen raya terjadi dan pasokan impor menurun ataupun meningkat. Ketika pasokan dalam negeri
melimpah, pasokan impor menurun dan harga importir juga menurun, namun harga konsumen memiliki penurunan lebih rendah dari penurunan harga impor
dan harga produsen menurun lebih tinggi dibandingkan dengan harga konsumen, maka pada saat itu marjin antara konsumen dan produsen menjadi tinggi.
Demikian juga ketika pasokan dalam negeri menurun, ternyata pasokan impor meningkat dan harga importir juga meningkat, baik harga konsumen meningkat
ataupun menurun dan harga di tingkat produsen tetap menurun, sehingga pada
saat itu marjin antara konsumen dan produsen tetap tinggi. Keempat, adalah
bahwa marjin perdagangan antara konsumen dan produsen juga terjadi pada saat kondisi nilai tukar Rupiah terhadap US menurun. Pada saat krisis ekonomi yang
terjadi tahun 1997 hingga 1999 dan krisis keuangan dan meningkatnya harga impor pada tahun 2008. Berdasarkan data dan informasi perkembangan nilai
marjin perdagangan antara konsumen dan produsen, keempat hal di atas`mempengaruhi nilai marjin yang terjadi antara konsumen dan produsen.