sebelumnya, dan peningkatan impor yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Pada komoditas jagung penurunan harga dunia selama periode 1999 - 2001 dan titik terendah terjadi pada tahun 1999 lebih disebabkan oleh dampak
krisis moneter yang melanda Asia yang mengakibatkan industri mengalami kebangkrutan dan diantaranya adalah industri pangan dan pakan ternak.
Melemahnya nilai tukar tukar mata uang terhadap nilai tukar US menyebabkan permintaan akan komoditas impor jagung mengalami kelesuan, karena USA
merupakan negara produsen sekaligus ekspor jagung terbesar di dunia.
Sumber : BPS diolah
Gambar 11. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,
Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang US, Periode September 1994
– Oktober 2009 Disamping hal-hal seperti tersebut di atas, jika dilihat dari produksi dan
perdagangan masing-masing negara, adanya penurunan harga jagung dunia yang disertai peningkatan ekspor dan impor adalah karena adanya peningkatan
produksi dan pasokan ke pasar dunia dari negara-negara Afrika, Eropa, Brasil dan Canada Philipina dan India yang meningkat tajam pada tahun 1999
0.00 200.00
400.00 600.00
800.00 1 000.00
1 200.00 1 400.00
H a
rg a
Im p
o r
US p
er To
n
Bulan Beras
Jagung Kedele
dibandingkan tahun 1998. Pada komoditas kedele, harga terendah kedele dunia terjadi pada tahun 1994 dan hampir sama dengan tahun 2001. Hal ini terjadi
karena, peningkatan produksi kedele dunia menyebabkan peningkatan pasokan pada pasar dunia pada tahun 2001, merupakan salah satu penyebab posisi harga
tahun 2001 hampir sama dengan tahun 1994. Produksi kedele dunia yang mencapai 178.25 juta Ton yang meningkat 10.51 persen dibandingkan tahun
2000. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya pasokan kedele pada pasar dunia hingga ekspor kedele dunia meningkat 18.50 persen dan impor meningkat 16.96
persen dibandingkan tahun 2000. Berbeda dengan kondisi pada saat terjadinya harga terendah, tingginya
harga impor pada tahun 2008 disebabkan oleh Pertama, terjadinya krisis
finansial global yang mengakibatkan jatuhnya nilai tukar terhadap US menyebabkan negara-negara produsen pangan mengutamakan kebutuhan
konsumsi domestik sehingga pasokan komoditas beras, jagung dan kedele ke pasar dunia atau ekspor dan impor dunia tahun 2008 menurun dibandingkan tahun
2007, sekalipun pada saat yang sama produksi dunia meningkat. Kedua,
pengembangan biofuel dan bio ethanol membawa konsekueksi peningkatan permintaan jagung dan membawa pengaruh terhadap komoditas lainnya, yaitu
mendorong peningkatan harga beras, jagung dan kedele dunia. Ketiga, kebijakan
pengembangan biofuel dan bio ethanol menyebabkan negara-negara produsen pangan besar mengalihkan sebagian lahannya untuk meningkatkan produksi
komoditas bahan baku biofuel dan bioethanol. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pada komoditas pangan non bahan baku biofuel
dan bio ethanol terutama kedele pada periode 2004 - 2007. Peningkatan produksi
di beberapa negara lain tidak mampu menyeimbangkan pasokan ke pasar dunia yang ditunjukkan oleh menurunnya ekspor beras, jagung dan kedele pada pasar
dunia sehingga mendorong peningkatan harga. Keempat, kenaikan harga minyak
bumi yang menyebabkan kenaikan biaya produksi baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan biaya penggunaan BBM. Hal ini
mendorong kenaikan biaya produksi, pengolahan dan pemasaran atau perdagangan komoditas, sehingga harga-harga komoditas pangan termasuk beras,
jagung dan kedele juga meningkat. Kelima, krisis finansial global menyebabkan
jatuhnya nilai saham pada bursa pasar modal. Para pemilik modal beralih dari bursa pasar modal ke bursa pasar komoditas, sehingga menyebabkan peningkatan
spekulasi harga dan perdagangan komoditas pangan termasuk beras, jagung dan
kedele. Keenam, cekaman iklim akibat pemanasan global dan El Nino pada
tahun 2008 dan perkiraan akan berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, dan melemahnya nilai tukar terhadap
US , peningkatan harga impor dan tingginya inflasi. Hal ini menyebabkan beberapa negara melakukan penyesuaian kebijakan sehingga terjadi gejolak
berupa peningkatan harga. Sekalipun respon masing-masing komoditas berbeda- beda keenam hal tersebut menyebabkan peningkatan harga beras, jagung dan
kedele pada tahun 2008. Dalam nilai mata uang Rupiah Tabel 15, dalam periode September 1994
– Oktober 2009, harga impor beras, jagung dan kedele terendah terjadi pada tahun 1994, yaitu Rp. 650 591.59 per Ton untuk beras, Rp. 545 604.00 per Ton
untuk jagung, dan Rp. 926,968.01 per Ton untuk kedele. Harga tertinggi beras, jagung dan kedele teringgi terjadi pada tahun 2008, yaitu Rp. 7 622 261.89 per
Ton untuk beras, Rp. 4 227 539.31 per Ton untuk jagung dan Rp. 6 537 964.68 per Ton untuk kedele. Harga impor beras, jagung dan kedele masing-masing
meningkat rata-rata 30.69 persen per tahun, 16.66 persen per tahun, dan 23.24 persen per tahun dalam periode 2004 - Oktober 2009.
Tabel 15. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,
Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah, Tahun 1994
– 2009
Rp per Ton Tahun
Beras Jagung
Kedele 1994
650 591.59 545 604.00
926 968.01 1995
946 590.03 800 030.15
1 136 456.06 1996
1 005 035.99 814 714.04
1 264 416.21 1997
1 036 021.86 1 121 268.65
1 333 907.02 1998
2 974 948.76 1 633 190.61
4 737 264.40 1999
1 683 939.89 1 195 086.17
2 762 790.58 2000
1 448 003.87 1 167 696.70
2 064 046.45 2001
1 521 339.29 1 227 733.32
2 181 909.84 2002
1 223 465.87 1 155 777.06
2 236 564.04 2003
1 132 946.08 1 153 738.61
2 101 486.81 2004
2 205 615.00 1 619 533.40
2 377 186.07 2005
2 793 455.15 2 045 638.61
2 935 271.96 2006
2 306 191.04 2 071 149.96
2 964 152.83 2007
2 544 786.70 2 048 956.55
3 046 380.60 2008
7 622 261.89 4 227 539.31
6 537 964.68 2009
6 405 021.57 3 172 787.20
4 182 627.87 R1
30.69 16.66
23.24 R2
3.40 2.17
1.43
Keterangan: data sampai dengan bulan Oktober 2009 R1 = Rata-rata perkembangan tahunan dalam persen per tahun; R2 = Rata-rata
perkembangan bulanan dalam persen per bulan Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah
Gambar 12, menampilkan perkembangan harga impor beras, jagung dan kedele Indonesia periode September 1994 - Oktober 2009. Berdasarkan data
bulanan periode September 1994 - Oktober 2009, rata-rata harga impor beras, jagung dan kedele mengalami peningkatan rata-rata 3.40 persen per bulan, 2.17
persen per bulan dan 1.43 persen per bulan. Dalam periode September 1994 -
Oktober 2009, rata-rata harga impor terendah beras adalah Rp. 623 701.55 per
Ton terjadi pada bulan November 1994 dan harga tertinggi Rp. 10 836 414.79 per Ton terjadi pada bulan Mei 2008. Sementara itu harga jagung terendah adalah
Rp. 523 070.68 per Ton pada bulan September 1994 dan harga tertinggi yaitu Rp. 5 318 302.09 per Ton terjadi pada bulan Mei 2008. Sedangkan harga kedele
terendah Rp. 898 377.06 terjadi pada bulan September 1994 dan harga tertinggi Rp. 8 621 634.42 per Ton terjadi pada bulan Mei 2008.
Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah
Gambar 12. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,
Jagung dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah, Periode September 1994
– Oktober 2009 Perubahan harga impor dalam nilai Rupiah di samping disebabkan oleh
perubahan harga impor dalam nilai US juga disebabkan oleh perubahan nilai
tukar dan perubahan jenis komoditas yang diimpor. Pertama, tingginya harga
impor beras, jagung dan kedele disebabkan oleh nilai tukar Rupiah terhadap US
yang sangat lemah pada tahun 1998. Kedua, tingginya harga impor dalam nilai
mata uang Rupiah juga sebabkan harga impor yang tinggi seperti yang terjadi
pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Ketiga, pengalihan sumber impor dari China
0.00 2 000 000.00